Teater Koma Hadirkan 'Mencari Semar' dengan Sentuhan Futuristik dan 'Semarphone' Canggih
Teater Koma akan mementaskan lakon fantasi 'Mencari Semar' dengan nuansa fiksi ilmiah, membawa penonton dalam perjalanan waktu yang unik dan memikat.
Kelompok teater independen Teater Koma akan kembali memukau penikmat seni dengan pementasan lakon fantasi berjudul "Mencari Semar". Pertunjukan ini dijadwalkan berlangsung di Ciputra Artpreneur, Jakarta, mulai tanggal 13 hingga 17 Agustus 2025. Pementasan ini menawarkan pengalaman teater yang imersif dan memikat. Ini memadukan unsur mitologi Jawa dengan narasi fiksi ilmiah yang inovatif.
Lakon "Mencari Semar" merupakan karya terbaru dari penulis sekaligus sutradara Rangga Riantiarno. Ia menjelaskan bahwa pementasan ini terinspirasi dari lakon-lakon wayang Teater Koma sebelumnya. Namun, pementasan ini diperkaya dengan sentuhan fiksi ilmiah yang segar. Hal ini diharapkan dapat membawa penonton dalam perjalanan waktu yang dinamis. Ini didukung oleh tata panggung modern dan skenografi visual yang kaya.
Cerita utama dalam "Mencari Semar" berpusat pada sosok Semar. Ia adalah panakawan bijak yang telah pensiun dan kini menetap di Karang Tumaritis. Dalam tubuhnya tersimpan pusaka sakti bernama Jimat Kalimasada. Jimat inilah yang menjadi incaran utama Kekaisaran Nimacha. Kekaisaran ini adalah peradaban futuristik yang sedang terancam punah. Mereka percaya bahwa Jimat Kalimasada mampu menulis ulang "Perintah Utama" kehidupan mereka.
Inovasi Cerita dan Visual dalam "Mencari Semar"
Pementasan "Mencari Semar" tidak hanya menawarkan alur cerita yang menarik, tetapi juga menonjolkan inovasi dalam penyajian visual dan humor. Penonton akan disuguhkan dengan elemen khas Teater Koma, seperti kostum penuh warna, nyanyian jenaka, dan tarian teatrikal. Namun, semua itu dibalut dengan humor yang relevan dengan kondisi masa kini, termasuk komunikasi jarak jauh Semar yang difasilitasi oleh kecerdasan buatan "Semarphone".
Rangga Riantiarno menambahkan bahwa lakon ini juga akan menampilkan jurus pamungkas Semar yang ditakuti musuh, yaitu "ajian kentut". Detail-detail unik ini dirancang untuk menciptakan pengalaman yang menghibur sekaligus merangsang imajinasi penonton. Penggabungan unsur tradisional dengan teknologi modern menjadi daya tarik utama dalam pementasan ini.
Skenografer "Mencari Semar", Deden Bulqini, mengungkapkan rencananya untuk menyiapkan konsep skenografi yang berorientasi pada pengalaman visual responsif. Menurutnya, set panggung tidak hanya akan memperkuat suasana cerita, tetapi juga menjadi bagian integral dari dramaturgi. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap elemen visual berkontribusi pada narasi dan pengalaman imersif penonton.
Konsistensi Teater Koma Menjelang Setengah Abad
Teater Koma, yang tahun ini merayakan ulang tahun ke-48, terus menunjukkan konsistensinya dalam menghadirkan dua produksi panggung setiap tahun. Komitmen ini merupakan bagian dari perjalanan mereka menuju ulang tahun ke-50 pada tahun 2027. Dedikasi ini mencerminkan semangat berkarya yang tak pernah padam dari kelompok teater legendaris ini.
Pendiri Teater Koma, Ratna Riantiarno, menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan dan energi penonton yang selama ini menjadi pendorong utama semangat berkarya mereka. Filosofi "tidak pernah titik, selalu koma" yang dipegang teguh oleh Teater Koma menjadi landasan bagi mereka untuk terus berinovasi dan menyajikan karya-karya berkualitas tinggi kepada masyarakat.
Melalui pementasan "Mencari Semar", Teater Koma tidak hanya merayakan perjalanan panjangnya di dunia seni pertunjukan. Mereka juga menegaskan relevansinya dengan zaman melalui eksplorasi tema-tema futuristik dan penggunaan teknologi dalam penceritaan. Ini adalah bukti bahwa Teater Koma terus bergerak maju, menjaga warisan budaya sambil merangkul masa depan.