Meriahnya Perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-80 di Beijing: Dari Guiqiao Hingga Kuliner Nusantara
Suasana gembira menyelimuti Perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-80 di Beijing, menarik perhatian ribuan pengunjung, termasuk para guiqiao, dengan ragam budaya dan kuliner.

Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, China, pada Minggu (17/8/2025) berlangsung meriah. Acara ini dipenuhi kegembiraan dan antusiasme ribuan pengunjung. Suasana semarak terasa sejak pagi hingga sore hari.
Ribuan masyarakat Indonesia dan warga negara lain turut memadati area KBRI Beijing. Mereka datang untuk mengikuti upacara bendera dan festival "Indonesia Fair 2025: Gempita Merdeka". Festival ini menjadi ajang diplomasi budaya yang efektif.
Salah satu daya tarik utama adalah kehadiran para "guiqiao" atau individu keturunan Tionghoa yang lahir di luar China namun kembali ke Tiongkok. Mereka menunjukkan ikatan kuat dengan Indonesia. Partisipasi mereka menambah warna perayaan istimewa ini.
Antusiasme Guiqiao dan Pengunjung
Dai Biyue, seorang "guiqiao" berusia 85 tahun kelahiran Malang, Jawa Timur, menjadi salah satu sosok inspiratif. Ia tetap fasih berbahasa Indonesia dengan logat Jawa-Timuran meskipun telah bermigrasi ke China pada tahun 1960. Biyue, bersama teman-teman "guiqiao" lainnya, tiba di KBRI Beijing sejak pukul 07.00 pagi. Mereka mengikuti upacara bendera dan berkeliling "Indonesia Fair 2025".
Istilah "guiqiao" sendiri merujuk pada orang-orang Tionghoa perantauan yang kembali ke Tiongkok pada periode 1950-1960. Mereka kini telah menjadi warga negara China setelah menetap lebih dari 60 tahun. Kehadiran mereka di setiap perayaan 17 Agustus di KBRI Beijing menunjukkan ikatan emosional yang kuat. Ini adalah bukti persahabatan lintas generasi dan negara.
Antusiasme juga datang dari mahasiswa Indonesia seperti Zahrotul Lailiyah dan Qori Allam. Mereka rela menempuh perjalanan 15 jam dari Dalian Jiaotong University di Liaoning untuk mengikuti upacara bendera dan "Indonesia Fair 2025". Kehadiran mereka menegaskan pentingnya momen kebangsaan ini. Mereka ingin merasakan langsung semangat kemerdekaan.
Ketua Panitia HUT ke-80 RI, Irwansyah Mukhlis, mengungkapkan kegembiraan atas cuaca cerah yang mendukung acara. Meskipun sempat khawatir akan hujan, langit Beijing bersahabat sepanjang hari. Lebih dari 5.000 pendaftar daring hingga H-2 menunjukkan tingginya minat masyarakat. Antrean pengunjung bahkan mencapai 100 meter di depan gerbang KBRI.
Gemerlap Budaya dan Diplomasi Persahabatan
Acara dibuka dengan sambutan Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Djauhari Oratmangung. Beliau menekankan pentingnya festival sebagai momen berharga bagi masyarakat dari berbagai latar belakang. Ini adalah kesempatan untuk berbaur dan merayakan kebersamaan penuh sukacita. Momen ini menunjukkan interaksi tulus antar masyarakat.
Dubes Djauhari menyatakan bahwa festival ini merupakan wajah diplomasi sejati. Persahabatan "people-to-people" akan berkontribusi pada penguatan hubungan Indonesia dan China. Hubungan ini diharapkan memberi manfaat bagi rakyat kedua bangsa. Penampilan seni menjadi jembatan budaya yang kuat.
Panggung utama dimeriahkan oleh berbagai penampilan budaya. Sanggar tari Yingde, beranggotakan generasi kedua dan ketiga "guiqiao", membawakan tari Betawi yang memukau. Perhimpunan Persahabatan Indonesia - Tiongkok (PPIT) dari Jakarta dan Bandung juga tampil dengan pertunjukan angklung. PPIT, yang kembali aktif sejak 2015, menampilkan tarian Bajidor Kahot dan Tak Tong Tong.
Mahasiswa dari Papua Barat Daya yang berkuliah di Jining Polytechnic, Shandong, turut memeriahkan acara. Mereka menampilkan lagu dan tarian khas Indonesia Timur dengan penuh semangat. Lagu-lagu seperti "Hioko Tobelo 2" dan "Gemu Fa Mi Re" berhasil mengajak pengunjung bergoyang. Para penyanyi seperti Elvi Zubay dan Trio Obras turut memeriahkan suasana.
Pesta Kuliner dan Produk Unggulan Indonesia
"Indonesia Fair 2025" juga memanjakan lidah pengunjung dengan sekitar 20 stan kuliner dan produk khas Indonesia. Restoran "Nom Nom" menjadi favorit dengan antrean panjang. Mereka menyajikan batagor, tahu isi, lapis sagu, dan 8.000 tusuk sate ayam. Restoran "Warisan Roemah Indonesia" menawarkan rendang, ayam kalasan, dan berbagai sambal.
Ella's Kitchen, milik WNI di Beijing, menghadirkan bakso, risoles, dan es buah. Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Beijing juga berpartisipasi. Mereka menjual berbagai kuliner nusantara seperti nasi kapau, lupis, dan batik. Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Tiongkok (Permit) Beijing laris manis dengan es buah dan es sirup.
Usaha rintisan "Kopi Buat Kamu" menyediakan berbagai jenis kopi Indonesia, termasuk kopi luwak yang populer di China. Produk mie instan juga menarik perhatian, termasuk varian "gluten free" dari sagu Papua yang hanya dipasarkan di China. Yue Xiang dari Malaysia membeli sekantong besar mie instan sebagai cadangan.
Daniel Gao, warga China dari Tianjin, terkesan dengan keramahan staf KBRI dan kekayaan musik serta kuliner Indonesia. Joe Leahly dari Australia, yang datang bersama keluarga, menikmati kue, sate, dan berharap anaknya memenangkan sepeda. Perayaan ini berhasil menciptakan suasana gembira dan meriah, mempererat tali persahabatan antar bangsa.