Fakta Mengejutkan: Basarnas Kerahkan Drone Thermal Cari Buaya Terkam Pemancing di Sungai Menduk
Basarnas Pangkalpinang mengerahkan tim dan drone thermal canggih untuk mencari seorang pemancing yang hilang diterkam buaya di Sungai Menduk, Bangka. Apakah korban buaya terkam pemancing ini akan ditemukan?
Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, digegerkan dengan insiden hilangnya seorang pemancing yang diduga diterkam buaya. Basarnas Kota Pangkalpinang segera merespons dengan mengerahkan satu tim rescue lengkap untuk melakukan pencarian intensif. Peristiwa nahas ini menimpa seorang pria berinisial I (53) di Sungai Menduk, Kabupaten Bangka, pada Sabtu (2/8) malam.
Operasi pencarian tidak hanya mengandalkan personel, tetapi juga didukung oleh peralatan modern untuk memaksimalkan efektivitas. Kepala Basarnas Kota Pangkalpinang, I Made Oka Astawa, mengungkapkan bahwa tim juga menggunakan drone thermal dan Crocodile Attack Protection Equipment (CAPE). Kedua alat ini diharapkan dapat mempermudah deteksi keberadaan korban maupun predator buas tersebut di area pencarian.
Informasi mengenai kejadian tragis ini diterima Basarnas pada Sabtu malam, tak lama setelah insiden terjadi. Korban, yang merupakan warga Desa Paya Benua, Kabupaten Bangka, dilaporkan hilang setelah diseret buaya ke dalam air. Upaya pencarian telah dimulai sejak malam kejadian, namun belum membuahkan hasil, sehingga dilanjutkan pada keesokan harinya.
Kronologi Kejadian Mengerikan
Insiden mengerikan ini bermula ketika korban berinisial I (53) sedang mencari ikan dengan memancing di alur Sungai Menduk. Ia bersama rekannya menggunakan perahu kecil untuk aktivitas tersebut. Sungai Menduk sendiri dikenal memiliki populasi buaya yang cukup signifikan, menambah risiko bagi para pemancing.
Pada pukul 21.03 WIB, saat korban hendak memasang pancing miliknya, tiba-tiba seekor buaya menyerang. Korban langsung diterkam dan diseret ke dalam air secara cepat. Peristiwa ini terjadi begitu mendadak, menyisakan kengerian bagi siapa pun yang menyaksikannya.
Teriakan korban yang panik terdengar jelas oleh rekannya yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian. Rekan korban segera bergegas menghampiri, namun hanya bisa menyaksikan buaya tersebut menyeret tubuh korban ke dalam air yang gelap. Kejadian ini meninggalkan trauma mendalam bagi saksi mata.
Melihat kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan penyelamatan sendiri, rekan korban bergegas melaporkan kejadian tersebut. Laporan pertama disampaikan kepada Kepala Desa Payabenua, yang kemudian meneruskan informasi krusial ini kepada Basarnas Pangkalpinang untuk meminta bantuan SAR. Respons cepat dari berbagai pihak menjadi kunci dalam upaya pencarian ini.
Upaya Pencarian Canggih Basarnas
Setelah menerima laporan pada Sabtu malam, tim rescue Basarnas Pangkalpinang segera dikirim ke lokasi kejadian di Sungai Menduk. Kecepatan respons ini menunjukkan keseriusan Basarnas dalam menangani setiap insiden yang mengancam keselamatan jiwa. Tim langsung melakukan koordinasi di lapangan untuk merencanakan strategi pencarian.
Pencarian pada malam hari dilakukan dengan memanfaatkan teknologi canggih, termasuk visual drone thermal. Alat ini sangat membantu dalam mendeteksi objek berdasarkan perbedaan suhu, yang bisa menjadi krusial di lingkungan sungai yang gelap dan minim cahaya. Namun, pada pencarian awal, keberadaan korban maupun predator buas tersebut belum terdeteksi.
Selain drone thermal, Basarnas juga mengerahkan Crocodile Attack Protection Equipment (CAPE). Penggunaan alat-alat spesialis ini menunjukkan komitmen Basarnas untuk menggunakan segala sumber daya yang tersedia demi keberhasilan operasi. Peralatan ini dirancang untuk memberikan perlindungan dan membantu dalam penanganan insiden yang melibatkan buaya.
I Made Oka Astawa menyatakan bahwa upaya pencarian dilanjutkan pada hari berikutnya dengan harapan dapat segera membuahkan hasil. Koordinasi dengan pihak desa dan masyarakat setempat juga terus dilakukan untuk mengumpulkan informasi tambahan yang mungkin relevan. Keselamatan tim SAR juga menjadi prioritas utama selama operasi berlangsung di lingkungan yang berisiko tinggi.