Kemenbud RI Tampung Saran Tokoh Kalsel, 95% Draf Buku Sejarah Indonesia 2025 Rampung
Kementerian Kebudayaan RI menampung masukan tokoh Kalsel untuk pembaruan Buku Sejarah Indonesia 2025. Proses penyusunan draf telah mencapai 95%.
Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenbud RI) melalui Direktorat Sejarah dan Permuseuman bersama Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi, aktif menampung berbagai saran. Masukan ini berasal dari tokoh masyarakat, akademisi, serta para ahli sejarah di Kalimantan Selatan (Kalsel) terkait isi dan penyusunan rencana pembaruan Buku Sejarah Indonesia.
Langkah strategis ini diwujudkan melalui Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia Tahun 2025. Acara tersebut diselenggarakan di Banjarmasin pada Senin (28/7) lalu, bekerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kalsel.
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkaya narasi kebangsaan dalam buku sejarah yang sedang disusun. Dengan demikian, diharapkan dapat menghasilkan karya yang komprehensif dan representatif bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Pembaruan Buku Sejarah Indonesia 2025: Fokus Narasi Kebangsaan
Prof. Agus Mulyana, Direktur Sejarah dan Permuseuman Kemenbud RI, menjelaskan bahwa penekanan utama dalam penulisan Buku Sejarah Indonesia ini adalah narasi kebangsaan. Sepuluh jilid pertama direncanakan untuk menguraikan garis besar proses pembentukan Negara Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Agus Mulyana berharap bahwa masukan dari publik, khususnya dari Kalsel, dapat memperkaya isi buku sejarah yang sedang dalam tahap penyusunan. Partisipasi aktif dari berbagai pihak sangat penting untuk memastikan cakupan yang luas dan mendalam.
Buku ini dirancang untuk menjadi referensi utama yang menggambarkan perjalanan panjang bangsa Indonesia. Oleh karena itu, setiap detail dan peristiwa penting harus tercatat dengan akurat dan relevan.
Antusiasme Publik dan Kredibilitas Sumber dalam Penyusunan
Prof. Agus Mulyana mengapresiasi tinggi jalannya diskusi yang berlangsung kondusif dan interaktif. Antusiasme peserta terlihat jelas melalui berbagai aspirasi dan tanggapan kritis yang disampaikan terkait materi draf buku sejarah.
Ia menegaskan bahwa semua masukan yang disampaikan akan dipertimbangkan dan diakomodasi oleh tim penulis serta editor. Namun, syarat utamanya adalah masukan tersebut harus didukung oleh sumber yang kredibel dan mencerminkan peristiwa signifikan dalam konteks sejarah nasional.
“Kalau berbicara soal sejarah, kita bicara soal bukti,” tutur Agus. Ini menunjukkan komitmen Kemenbud RI untuk menjaga integritas dan keakuratan data sejarah. Hanya peristiwa dengan sumber valid dan dinilai penting dalam konteks keindonesiaan yang akan dimasukkan.
Transparansi Sejarah: Mengungkap Sisi Gemilang dan Kelam
Prof. Susanto Zuhdi, Editor Umum Penulisan Buku Sejarah Indonesia 2025, mengungkapkan bahwa proses penyusunan draf buku telah mencapai 90 hingga 95 persen. Capaian ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam proyek besar ini.
“Antusiasme peserta luar biasa. Ini menunjukkan bahwa sejarah memiliki peran penting dalam membentuk identitas bangsa dan menjawab tantangan zaman,” ungkap Susanto. Keterlibatan publik memperkuat legitimasi dan relevansi buku ini.
Susanto Zuhdi menambahkan bahwa sejarah Indonesia tidak hanya mencatat peristiwa gemilang, tetapi juga harus jujur terhadap sisi kelam pada masa lalu. “Sejarah harus kita pelajari secara utuh, baik yang membanggakan maupun yang menyakitkan, karena keduanya membentuk karakter dan kesadaran bangsa,” pungkasnya. Pendekatan ini memastikan penyajian sejarah yang komprehensif dan seimbang.