Kementan Jadikan Tanah Laut Percontohan Cetak Sawah Modern: Terobosan Pertanian Berkelanjutan dengan Drone!
Kementerian Pertanian menunjuk Tanah Laut sebagai percontohan program cetak sawah modern. Inovasi ini melibatkan teknologi canggih dan dukungan penuh Kementan untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan.
Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sebagai model percontohan nasional. Penetapan ini bertujuan untuk penerapan teknologi modern dalam program cetak sawah baru. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan dan berkelanjutan.
Program yang dinamakan Cetak Sawah Rakyat (CSR) ini dimulai di Desa Ujung, Kecamatan Bati-bati. Kementan bersama Pemerintah Kabupaten Tanah Laut berkolaborasi dalam proyek inovatif ini. Tujuannya adalah memanfaatkan teknologi terkini untuk mengoptimalkan hasil panen.
Penanggung Jawab Program Swasembada Pangan Kalsel, Mulyono, menyatakan bahwa ini adalah model peran yang dilakukan Kementan. Model ini menunjukkan bagaimana cetak sawah dapat dilakukan secara modern. Program ini juga melibatkan pembukaan lahan baru seluas 4.000 hektare.
Inovasi Teknologi dan Dukungan Penuh Kementan
Tahap awal program ini mencakup penanaman padi di lahan seluas 359 hektare. Proses penanaman dilakukan menggunakan drone, sebuah langkah maju dalam efisiensi pertanian. Penggunaan drone ini memperkenalkan cara tanam baru bagi petani setempat.
Kementan memberikan dukungan penuh terhadap program ini. Dukungan meliputi pembukaan lahan mati, penyediaan benih, pupuk, dan herbisida. Selain itu, alat mesin pertanian (alsintan) modern juga disalurkan.
Berbagai alsintan canggih telah didistribusikan ke Tanah Laut. Peralatan tersebut mencakup traktor roda dua, traktor roda empat, rotavator, dan pompa air. Drone penebar benih serta combine harvester juga disediakan untuk mempercepat proses tanam dan panen.
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Keberlanjutan Program
Program ini tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada pengembangan sumber daya manusia. Sebanyak 15 petani milenial telah bergabung dalam Brigade Pangan. Mereka dilatih untuk mengoperasikan alsintan modern.
Petani milenial ini juga mendapatkan pelatihan dalam manajemen usaha tani. Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan lahan dapat ditanam hingga tiga kali setahun. Peningkatan frekuensi tanam ini akan memaksimalkan hasil produksi.
Pemerintah daerah juga berperan penting dalam menjaga keberlanjutan program. Regulasi perlindungan lahan telah disiapkan, termasuk larangan alih fungsi lahan pertanian. Perjanjian minimal lima hingga sepuluh tahun menanam padi juga diterapkan.
Visi Tanah Laut sebagai Penopang Pangan Nasional
Target jangka panjang program ini sangat ambisius. Seluruh 40 ribu hektare sawah di Tanah Laut diharapkan dapat produktif panen tiga kali setahun. Pencapaian ini akan menjadikan Tanah Laut sebagai salah satu penopang utama pasokan beras nasional.
Mulyono mengapresiasi komitmen Pemerintah Kabupaten Tanah Laut. Menurutnya, jika semua bupati di Indonesia memiliki komitmen serupa, masalah pertanian akan terselesaikan. Ini menunjukkan betapa strategisnya program di Tanah Laut.
Inisiatif cetak sawah modern ini merupakan langkah konkret menuju swasembada pangan. Dengan dukungan teknologi, regulasi yang kuat, dan pengembangan SDM, Tanah Laut menjadi contoh nyata. Daerah ini menunjukkan bagaimana inovasi dapat mendorong ketahanan pangan.