LIVE
  • Home
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
LIVE
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
HEADLINE HARI INI
  • {title}
  • {title}
  1. Hot News

Mengapa Umat Hindu Gelar Upacara Pakelem Selat Bali? Ini Makna Spiritualnya Pascakapal Tenggelam

Umat Hindu di Jembrana menggelar Upacara Pakelem Selat Bali pascatenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Cari tahu makna mendalam dan tujuannya di sini.

Jumat, 25 Jul 2025 20:03:00
konten ai
Umat Hindu di Jembrana menggelar Upacara Pakelem Selat Bali pascatenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Cari tahu makna mendalam dan tujuannya di sini. (©Planet Merdeka)
Advertisement

Umat Hindu di Kabupaten Jembrana, Bali, baru-baru ini melaksanakan upacara pakelem di Selat Bali. Ritual sakral ini bertujuan untuk menyucikan perairan dan memohon keselamatan setelah insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya yang menimbulkan korban jiwa. Upacara ini menjadi bentuk respons spiritual terhadap musibah yang terjadi.

Kegiatan yang dipusatkan di dermaga Landing Craft Machine (LCM) Pelabuhan Gilimanuk ini berlangsung pada Jumat, 25 Juli. Prosesi tersebut melibatkan tiga rohaniawan terkemuka yang memimpin jalannya upacara. Seluruh rangkaian acara dilakukan dengan khidmat dan penuh pengharapan.

Upacara pakelem ini merupakan hasil kolaborasi antara masyarakat setempat, PT. ASDP Indonesia Ferry, serta Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Ketapang-Gilimanuk. Melalui gotong royong, mereka berharap Selat Bali senantiasa aman bagi pelayaran dan menjadi berkah bagi kehidupan.

Advertisement

Makna Spiritual dan Gotong Royong dalam Upacara Pakelem Selat Bali

Ida Bagus Tony Wirahadikusuma, Lurah Gilimanuk sekaligus Ketua Panitia, menjelaskan bahwa upacara pakelem ini adalah bentuk kegiatan bersama. Puncak upacara berupa larung sesaji ke laut, yang melambangkan persembahan dan permohonan kepada alam. Bagi masyarakat Bali, Selat Bali bukan sekadar jalur transportasi, melainkan juga sumber kehidupan dan ruang spiritual yang sakral.

Biaya pelaksanaan upacara pakelem yang besar ini merupakan hasil gotong royong dari berbagai pihak. PT. ASDP Indonesia Ferry, Gapasdap, dan masyarakat secara aktif berkontribusi dalam pendanaan. Kolaborasi ini menunjukkan kuatnya semangat kebersamaan dalam menghadapi musibah dan menjaga keseimbangan alam.

Upacara ini dipimpin oleh tiga rohaniawan terkemuka: Ida Pedanda Istri Nabe Manuaba dari Griya Manistutu Melaya, Ida Pandita Nabe Mpu Reka Kusuma Ananda dari Griya Arum Gilimanuk, dan Ida Rsi Agung Ananda Yoga Pinatih dari Griya Samiana Gilimanuk. Kehadiran mereka menegaskan kesakralan dan legitimasi ritual. Setelah prosesi di dermaga, sesaji dilarung menggunakan KMP Agung Samudera IX di tengah Selat Bali.

Advertisement

Pentingnya Keamanan dan Harmoni di Selat Bali

Kapolres Jembrana Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Kadek Citra Dewi Suparwati turut hadir dalam upacara ini, menegaskan dukungan aparat keamanan. Pihaknya bersama TNI AL dan Basarnas mengamankan jalannya acara yang diikuti sekitar 600 umat Hindu tersebut. Beliau menyatakan bahwa upacara keagamaan ini adalah ikhtiar bersama untuk keselamatan semua pihak.

Selat Bali dikenal sebagai jalur penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali, namun juga memiliki risiko tinggi. Oleh karena itu, upaya spiritual seperti Upacara Pakelem Selat Bali dianggap krusial untuk meminimalisir potensi bahaya. Keselamatan pelayaran menjadi prioritas utama bagi seluruh pengguna jalur ini, baik kapal penumpang maupun nelayan.

Gubernur Bali I Wayan Koster, melalui Kepala Dinas Perhubungan Gde Wayan Samsi Gunarta, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghormati laut. Laut dipandang sebagai sumber kehidupan sekaligus ruang spiritual yang harus dijaga kelestariannya. Pesan ini selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali.

Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna menambahkan pentingnya menjaga keharmonisan alam. Pendekatan budaya dan nilai-nilai lokal seperti Tri Hita Karana menjadi landasan dalam setiap tindakan. Pada waktu yang hampir bersamaan, nelayan di Gilimanuk juga menggelar ritual petik laut dengan tujuan serupa, yakni memohon keselamatan dan berkah dari laut.

Berita Terbaru
  • Tahukah Anda? Surabaya Gencarkan Kampanye Stop Perkawinan Anak dan Kekerasan, Libatkan PKK dan Komunitas
  • Weekend at Parapuar Cultural Hills: Jadi Ruang Seniman Lokal, Pemprov NTT Optimis Dongkrak Wisata Labuan Bajo
  • Fakta Luis Diaz: Pelatih Arne Slot Ungkap Alasan Tak Mainkan Bintang Liverpool di Laga Pramusim Akibat Rumor Transfer
  • Menekraf Yakin Esports Gerakkan Ekonomi Kreatif Nasional: Kontribusi PDB Capai Empat Persen!
  • Fakta 9 Tersangka! Polresta Bengkulu Gencarkan Patroli Malam Cegah Aksi Geng Motor
  • asdp ferry
  • gilimanuk
  • gotong-royong
  • jembrana bali
  • keselamatan pelayaran
  • kmp tunu pratama jaya
  • konten ai
  • #planetantara
  • ritual hindu
  • selat bali
  • tri hita karana
  • upacara pakelem
Artikel ini ditulis oleh
Editor Redaksi Merdeka
R
Reporter Redaksi Merdeka
Disclaimer

Artikel ini ditulis ulang menggunakan artificial intelligence (AI). Jika ada kesalahan dalam konten, mohon laporkan ke redaksi.

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

Advertisement
Kontak Tentang Kami Redaksi Pedoman Media Siber Metodologi Riset Workstation Disclaimer Syarat & Ketentuan Privacy Kode Etik Sitemap

Copyright © 2024 merdeka.com KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved.