Pameran IPPAFest Jakarta: Produk Unggulan WBP Maluku, dari Minyak Kayu Putih hingga Sirup Pala, Memukau Pengunjung
Kantor Wilayah Ditjenpas Maluku sukses memamerkan dan menjual beragam Produk Unggulan WBP Maluku di ajang Indonesia Prison Product Art Festival (IPPAFest) Jakarta, menunjukkan potensi besar warga binaan dan mendukung UMKM.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Maluku baru-baru ini sukses memamerkan beragam produk unggulan warga binaan pemasyarakatan (WBP) dalam ajang Indonesia Prison Product Art Festival (IPPAFest) 2025 di Jakarta. Keikutsertaan ini menjadi bukti nyata komitmen Ditjenpas dalam membina dan mengembangkan potensi ekonomi para warga binaan.
Dalam pameran ini, Ditjenpas Maluku membawa empat jenis produk andalan dengan total 482 item yang siap dipasarkan kepada pengunjung. Produk-produk tersebut meliputi minyak kayu putih dengan berbagai kemasan, sambal montraing, sirup pala, serta aneka perhiasan dari kulit kerang yang unik dan menarik. Semua produk ini tidak hanya dipamerkan, tetapi juga dijual dengan harga terjangkau, mulai dari Rp25.000 per item.
Kepala Kanwil Ditjenpas Maluku, Ricky Dwi Biantoro, menjelaskan bahwa IPPAFest adalah festival pemasyarakatan terbesar di Indonesia yang menampilkan inovasi, produk kreatif, teknologi, dan karya seni warga binaan. Ajang ini diharapkan dapat memberikan apresiasi dan peluang pasar yang lebih luas bagi hasil karya WBP, sekaligus mendukung pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) nasional.
Potensi Ekonomi dan Kreativitas Warga Binaan
Produk-produk yang dipamerkan oleh WBP Maluku menunjukkan keragaman dan kualitas yang tinggi, mencerminkan keterampilan yang telah mereka asah selama masa pembinaan. Minyak kayu putih dari Namlea, Pulau Buru, dan sirup pala khas Banda Neira menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Kedua produk ini menawarkan kekhasan daerah Maluku yang sulit ditemukan di tempat lain.
Sirup pala, misalnya, menarik minat masyarakat yang ingin mencicipi rempah khas Banda Neira dalam bentuk minuman segar dan inovatif. Sementara itu, minyak kayu putih asal Namlea dikenal luas sebagai oleh-oleh khas Maluku yang memiliki khasiat dan kualitas terjamin. Melalui IPPAFest, masyarakat kini tidak perlu jauh-jauh ke Maluku untuk mendapatkan produk asli tersebut.
Ricky Dwi Biantoro menegaskan bahwa produk hasil karya warga binaan ini bukan sekadar barang biasa. Lebih dari itu, setiap item merupakan buah dari kreativitas, ketekunan, dan kerja keras yang layak mendapat apresiasi serta peluang pasar yang lebih luas. Ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong kemandirian ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dampak Positif IPPAFest bagi Pembinaan Pemasyarakatan
IPPAFest tidak hanya menjadi wadah bagi Ditjenpas Maluku, tetapi juga bagi seluruh Kantor Wilayah Ditjenpas di Indonesia untuk memamerkan hasil pembinaan. Secara keseluruhan, festival ini menampilkan 7.519 produk dan 120 lukisan karya WBP dari berbagai penjuru nusantara. Hal ini menunjukkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh warga binaan di seluruh Indonesia.
Acara pembukaan IPPAFest dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan, termasuk tari Bali, tari Nusantara, penayangan film program kemandirian, Prison Art Show, peragaan busana, hingga lelang produk unggulan. Kemeriahan ini semakin menegaskan bahwa IPPAFest adalah platform komprehensif untuk menunjukkan sisi positif dari pembinaan pemasyarakatan.
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (IMIPAS), Agus Andrianto, dalam kesempatan tersebut menekankan pentingnya inovasi, sinergi, dan integritas dalam pembinaan pemasyarakatan. Menurutnya, pemasyarakatan harus modern, humanis, dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Ia menambahkan bahwa setiap WBP berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
IPPAFest menjadi momentum penting untuk menunjukkan kepada publik bahwa warga binaan memiliki potensi besar untuk berkontribusi positif. Melalui kegiatan semacam ini, sinergi antara pemasyarakatan dan masyarakat dapat diperkuat, mendukung proses reintegrasi sosial WBP agar mereka dapat kembali diterima dan produktif di tengah masyarakat.