Paus Fransiskus Wafat: Warisan Kemanusiaan dan Kepedulian bagi Dunia
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam, namun juga warisan kemanusiaan dan kepedulian terhadap kaum miskin yang menginspirasi dunia.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, meninggal dunia pada Senin di kediamannya di Vatikan pada usia 88 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik seluruh dunia dan memicu refleksi atas warisan kepemimpinannya yang menekankan kemanusiaan, kepedulian terhadap kaum miskin, dan persaudaraan universal. Kardinal Kevin Farrell mengumumkan wafatnya Paus pada pukul 7:35 pagi waktu Vatikan. Penyebab wafatnya tidak secara spesifik dijelaskan, namun sebelumnya Paus Fransiskus sempat dirawat di rumah sakit karena bronkitis dan pneumonia.
Berita duka ini disampaikan di tengah sukacita perayaan Paskah 2025, menciptakan kontras yang mendalam. Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma, mengungkapkan bahwa wafatnya Paus terjadi setelah perayaan Paskah berjalan lancar di seluruh dunia. Hal ini seolah menggambarkan pesan damai dan penuh harapan yang selalu disampaikan Paus Fransiskus sepanjang hidupnya.
Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, menyatakan bahwa Paus Fransiskus mewariskan banyak ajaran berharga. Ajaran-ajaran tersebut meliputi nilai-nilai Injil, cinta universal, persaudaraan, kepedulian terhadap lingkungan, serta yang terpenting, bela rasa kepada orang miskin dan mereka yang terpinggirkan. Ajaran-ajaran ini akan terus diwariskan dan diteruskan oleh umat Katolik di seluruh dunia.
Warisan Kepemimpinan Paus Fransiskus
Paus Fransiskus dikenal karena kesederhanaannya dan keberpihakannya terhadap orang miskin dan yang terpinggirkan. Stefanus Asat Gusma dari Pemuda Katolik mengungkapkan rasa kehilangan mendalam atas kepergian sosok pemimpin yang menginspirasi ini. Ia mengenang pertemuannya dengan Paus Fransiskus pada Agustus 2024, saat Paus menandatangani Piagam Jakarta-Vatikan bersama organisasi pemuda lintas agama Indonesia dengan tema 'Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia'. Pertemuan tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi Gusma dan rekan-rekannya.
Paus Fransiskus juga dikenal karena tindakan nyata dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Beliau sering mengunjungi daerah konflik dan bertemu dengan berbagai kelompok masyarakat, termasuk mereka yang paling rentan. Komitmennya terhadap dialog antaragama juga patut diapresiasi, sebagaimana terlihat dari penandatanganan Piagam Jakarta-Vatikan tersebut. Kepemimpinannya yang penuh empati dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan global menjadi teladan bagi banyak orang.
Kardinal Farrell dalam pengumumannya menekankan bahwa Paus Fransiskus telah membaktikan hidupnya untuk melayani Tuhan dan Gereja. Ia mengajarkan kita untuk hidup dengan nilai-nilai Injil, dengan iman, keberanian, dan cinta kasih bagi semua, terutama bagi mereka yang paling miskin dan terpinggirkan. Pesan ini menjadi warisan abadi yang akan terus menginspirasi umat manusia.
Persiapan Pemakaman dan Kondisi Kesehatan Terakhir
Sebelum wafatnya, Paus Fransiskus sempat dirawat di Rumah Sakit Gemelli pada awal Februari 2025 karena bronkitis. Kondisi kesehatannya kemudian memburuk dan ia didiagnosis menderita pneumonia bilateral. Setelah perawatan selama 38 hari, Paus akhirnya kembali ke kediamannya. Pada April 2024, Paus telah menyetujui pembaruan pada buku liturgi untuk prosesi pemakaman kepausan, termasuk penyederhanaan prosesi sesuai instruksinya.
Proses pemakaman Paus Fransiskus akan mengikuti prosedur yang telah diperbarui, mencakup penanganan jasad Paus setelah meninggal dunia dan penempatannya di peti mati di kapel. Detail lebih lanjut mengenai prosesi pemakaman akan diumumkan kemudian. Persiapan pemakaman ini mencerminkan kesederhanaan yang selalu menjadi ciri khas Paus Fransiskus selama hidupnya.
Uskup Agung Diego Ravelli juga mengkonfirmasi bahwa Paus Fransiskus telah menginstruksikan penyederhanaan prosesi pemakamannya, menunjukkan komitmennya terhadap kesederhanaan bahkan dalam momen terakhir kehidupannya. Hal ini semakin mengukuhkan citranya sebagai pemimpin yang rendah hati dan dekat dengan rakyat.
Kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi dunia. Namun, warisan kepemimpinannya yang menekankan kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian akan terus menginspirasi generasi mendatang. Ajaran-ajarannya tentang cinta kasih, persaudaraan, dan kepedulian terhadap yang lemah akan tetap hidup dalam hati banyak orang.