Tahukah Anda? Donat Tuli, Simbol Kemandirian Difabel yang Menginspirasi Wagub Sulsel
Wagub Sulsel Fatmawati Rusdi terinspirasi oleh Donat Tuli, sebuah kafe dan rumah Quran yang membuktikan kemandirian difabel. Bagaimana kisah sukses mereka?
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, baru-baru ini melakukan kunjungan inspiratif ke Donat Tuli Café Mella dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah di Makassar. Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau langsung proses produksi donat dan kerajinan tangan yang dikelola oleh karyawan tuna rungu.
Inisiatif ini menjadi simbol kuat kemandirian serta inklusi bagi komunitas tuli di wilayah tersebut. Wagub Fatmawati Rusdi menyatakan kebanggaannya atas dedikasi dan potensi yang ditunjukkan oleh para penyandang disabilitas. Ia menegaskan dukungan penuh pemerintah provinsi terhadap upaya semacam ini.
Dalam kesempatan tersebut, Wagub menekankan pentingnya membumikan konsep pembangunan inklusif dalam kebijakan nyata. Hal ini bukan sekadar narasi, melainkan harus dirasakan langsung oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk para penyandang disabilitas.
Komitmen Pemerintah Provinsi dan Pembangunan Inklusif
Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi secara tegas menyatakan bahwa pemerintah provinsi berkomitmen penuh untuk mewujudkan pembangunan yang tidak meninggalkan siapa pun. Setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki potensi luar biasa yang perlu didukung. Oleh karena itu, tugas bersama adalah memastikan potensi tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Ia juga menyerukan pentingnya menghapus stigma negatif yang kerap melekat pada penyandang disabilitas. Wagub mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melihat disabilitas sebagai bagian dari keberagaman. Mereka harus didorong untuk terus berkarya dan mengambil peran aktif dalam pembangunan daerah.
"Jangan pernah merendahkan diri karena keterbatasan," tegas Fatmawati. Ia menambahkan, "Teruslah mengasah potensi dan berkarya tanpa henti." Hal ini menunjukkan bahwa penyandang disabilitas memiliki ruang yang sama dalam berkontribusi membangun Sulawesi Selatan. Kemandirian harus didorong bukan atas dasar belas kasihan, melainkan penghargaan terhadap potensi.
Perjalanan Inspiratif Donat Tuli dan Ramlah
Di balik kesuksesan Donat Tuli Café Mella dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah, terdapat kisah perjuangan gigih seorang perintis bernama Ramlah. Ia menceritakan bahwa usahanya dimulai sejak tahun 2010, dengan menitipkan donat buatannya di warung-warung kecil. Dedikasi dan ketekunannya menjadi fondasi utama bagi perkembangan bisnis ini.
Seiring berjalannya waktu, usaha Donat Tuli tumbuh pesat, terutama setelah mendapatkan dukungan fasilitas rebranding dari pemerintah. Saat ini, Donat Tuli telah berhasil mempekerjakan delapan karyawan tuna rungu. Omzet harian mereka pun mencapai angka yang mengesankan, yaitu antara Rp2 hingga Rp3 juta.
Ramlah juga mengungkapkan kebanggaannya bahwa beberapa mantan karyawannya kini telah berhasil membuka usaha sendiri, menunjukkan dampak positif dari pelatihan dan pemberdayaan yang diberikan. Selain mengembangkan bisnis donat, Ramlah juga mendirikan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah. Ini adalah tempat bagi teman-teman tuli untuk belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama, yang merupakan wujud nyata dari kepedulian sosial.
Kehadiran Donat Tuli dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya inklusi. Inisiatif ini membuktikan bahwa dengan dukungan yang tepat, penyandang disabilitas mampu berkontribusi signifikan bagi pembangunan ekonomi dan sosial. Mereka adalah contoh nyata bahwa potensi manusia tidak terbatas oleh fisik.