Tahukah Anda? Pembiayaan Hijau PT SMI Capai 20,4 Persen Portofolio per Juni 2025, Dukung Energi Bersih Nasional
PT SMI mencatat Pembiayaan Hijau PT SMI mencapai 20,4% dari total portofolio per Juni 2025. Angka ini menandai komitmen serius dalam mendukung keberlanjutan dan energi terbarukan.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI), sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, menunjukkan komitmen signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan. Per Juni 2025, portofolio pembiayaan proyek hijau perseroan telah mencapai 20,4 persen dari total keseluruhan. Ini mencerminkan fokus PT SMI dalam mendukung inisiatif ramah lingkungan di Indonesia.
Direktur Utama PT SMI, Reynaldi Hermansjah, menjelaskan bahwa total komitmen pembiayaan untuk proyek-proyek hijau ini mencapai Rp31,2 triliun. Pernyataan tersebut disampaikan di Jakarta pada Rabu (23/7), menegaskan arah strategis perusahaan. PT SMI terus berupaya memaksimalkan pembiayaan pada sektor-sektor terkait iklim.
Langkah ini bertujuan untuk mempercepat transisi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) di tanah air. Sementara itu, PT SMI juga menegaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara relatif stagnan. Hal ini karena perseroan telah menghentikan pembiayaan proyek serupa sejak beberapa tahun lalu.
Fokus pada Sektor Hijau dan Keberlanjutan
PT SMI secara konsisten mengarahkan alokasi dananya ke sektor-sektor yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Prioritas diberikan pada proyek-proyek yang berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan pengembangan energi bersih. Komitmen ini sejalan dengan agenda pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan.
Reynaldi Hermansjah menegaskan bahwa PT SMI aktif membiayai proyek-proyek yang mereka sebut sebagai "climate related". Ini termasuk berbagai inisiatif yang berkaitan dengan energi baru dan terbarukan. Kebijakan ini merupakan bagian integral dari strategi bisnis PT SMI untuk masa depan.
Dengan tidak lagi membiayai proyek PLTU batu bara, PT SMI menunjukkan dedikasi nyata terhadap transisi energi. Keputusan ini memperkuat posisi PT SMI sebagai lembaga keuangan yang bertanggung jawab. Hal ini juga mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target penurunan emisi.
Kinerja Keuangan dan Dampak Ekonomi PT SMI
Selain fokus pada pembiayaan hijau, PT SMI juga mencatat kinerja keuangan yang solid per Juni 2025. Total nilai proyek akumulatif yang telah dibiayai mencapai Rp1.181 triliun. Ini menunjukkan skala operasional PT SMI yang sangat besar dalam mendukung pembangunan infrastruktur nasional.
Modal disetor perseroan tercatat sebesar Rp30,52 triliun, dengan komitmen pembiayaan proyek aktif senilai Rp247,43 triliun. Berdasarkan perhitungan ekonometri, PT SMI memberikan efek berganda keekonomian hingga 10 kali. Ini berarti setiap rupiah yang diinvestasikan PT SMI mampu menciptakan dampak ekonomi yang jauh lebih besar.
Pembiayaan yang disalurkan PT SMI mencakup berbagai skema inovatif. Ini termasuk pembiayaan syariah dengan outstanding Rp11,14 triliun dan investasi atau penyertaan modal Rp4,16 triliun. Ada pula penerusan pinjaman kepada anak perusahaan sebesar Rp5,6 triliun. Pembiayaan ini juga menjangkau pemerintah daerah dan badan usaha.
Sebaran Pembiayaan Berdasarkan Sektor dan Wilayah
PT SMI menyalurkan pembiayaan secara merata ke berbagai sektor dan wilayah di Indonesia. Lima sektor utama pembiayaan dan investasi PT SMI berdasarkan nilai komitmen sepanjang semester I 2025 menunjukkan diversifikasi yang baik. Sektor jalan dan jalan tol mendominasi dengan nilai komitmen Rp40,98 triliun atau 26,85 persen.
Berikutnya adalah pembiayaan multi-sektor senilai Rp34,27 triliun (22,45 persen), diikuti oleh energi baru dan terbarukan sejumlah Rp25,77 triliun (16,89 persen). Sektor ketenagalistrikan menerima Rp13,93 triliun (9,13 persen), dan transportasi sebesar Rp3,46 triliun (2,27 persen). Diversifikasi ini menunjukkan dukungan PT SMI terhadap berbagai pilar pembangunan.
Secara geografis, sebaran komitmen pembiayaan PT SMI juga cukup merata. Pulau Jawa masih menjadi wilayah terbesar yang menerima pembiayaan. Selanjutnya diikuti oleh Sumatera, Sulawesi, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Pemerataan ini penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di seluruh penjuru Indonesia.