LIVE
  • Home
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
LIVE
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
HEADLINE HARI INI
  • {title}
  • {title}
  1. Hot News

Toleransi Madrasah Jembrana: Cara Unik MIN 4 Ajarkan Nilai Kebersamaan Lewat Wayang Kardus dan Budaya Ngejot

Madrasah di Jembrana, Bali, memiliki cara unik mengajarkan toleransi kepada siswanya. Melalui pementasan wayang kardus, nilai kebersamaan dan budaya 'ngejot' dilestarikan di MIN 4 Jembrana.

Rabu, 23 Jul 2025 20:51:00
konten ai
Madrasah di Jembrana, Bali, memiliki cara unik mengajarkan toleransi kepada siswanya. Melalui pementasan wayang kardus, nilai kebersamaan dan budaya 'ngejot' dilestarikan di MIN 4 Jembrana. (©Planet Merdeka)
Advertisement

Jembrana, Bali – Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Jembrana, Bali, menunjukkan inovasi dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada para siswanya. Selama Masa Ta'aruf Siswa Madrasah (Matsama), madrasah ini memilih pendekatan unik untuk mengajarkan toleransi, yaitu melalui pementasan wayang yang terbuat dari kardus.

Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menarik minat para murid, tetapi juga sebagai sarana efektif dalam menyampaikan pesan-pesan moral dan kebersamaan. Kepala MIN 4 Jembrana, Sumarwan, menegaskan bahwa momentum Matsama sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan, mengingat kekayaan budaya Indonesia termasuk wayang yang memiliki fungsi edukatif sejak dahulu.

Pendekatan ini diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang menghargai perbedaan sejak dini. Dengan demikian, MIN 4 Jembrana tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga pada pembentukan pribadi yang toleran dan adaptif terhadap keberagaman sosial di Indonesia, khususnya di Bali.

Advertisement

Inovasi Pembelajaran Toleransi Madrasah Jembrana Melalui Wayang Kardus

Khaerul Umam Al Maududy, seorang guru di MIN 4 Jembrana yang juga penggagas, pembuat, dan dalang pementasan wayang ini, menjelaskan konsep di balik wayang kardus buatannya. Berbeda dengan wayang kulit tradisional yang dikenal dengan tokoh-tokoh epos Mahabharata atau Ramayana, wayang ini dibuat dari kardus dengan sosok dan karakter yang lebih modern.

Menurut Khaerul Umam, yang juga seorang penulis komik dan cerita anak, wayang hanyalah media untuk menarik perhatian siswa. Melalui media ini, pesan-pesan moral dapat disampaikan dengan cara yang lebih menyenangkan dan mudah dicerna oleh anak-anak.

Cerita yang diangkat dalam pementasan wayang kardus ini sangat sederhana, berpusat pada kisah dua sahabat yang memiliki latar belakang suku dan agama berbeda. Kisah ini menyoroti bagaimana keduanya saling menghargai, membantu, dan menunjukkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Advertisement

Melestarikan Budaya Lokal dan Memperkuat Toleransi Antar Umat Beragama

Salah satu nilai budaya yang ditekankan dalam pementasan wayang ini adalah tradisi "ngejot" yang ada di Bali. "Ngejot" adalah praktik saling mengantar makanan antar tetangga atau kerabat saat merayakan hari raya masing-masing, tanpa memandang perbedaan agama atau suku.

Sumarwan menyoroti pentingnya melestarikan budaya "ngejot" yang menurutnya mulai luntur. Padahal, tradisi ini merupakan simbol ikatan toleransi yang kuat dengan prinsip saling menghargai yang telah lama hidup di masyarakat Bali.

Dengan mengajarkan kembali praktik "ngejot" melalui wayang kardus, MIN 4 Jembrana berupaya menanamkan pemahaman bahwa toleransi bukan hanya konsep teoritis, melainkan juga praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ini menunjukkan komitmen madrasah dalam mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan pendidikan karakter.

Kurikulum Berbasis Cinta: Fondasi Modernisme Beragama di Madrasah

Inisiatif MIN 4 Jembrana ini selaras dengan visi Kementerian Agama (Kemenag) terkait modernisme beragama di lingkungan madrasah. Kepala Seksi Pendidikan Islam Kantor Kementerian Agama Jembrana, Hendra Sidratul Azis Islam, menyatakan bahwa modernisme beragama merupakan salah satu program utama Kemenag.

Secara formal, perilaku toleransi dan saling menghargai dalam konteks hubungan antar manusia telah diintegrasikan dalam kerangka "Kurikulum Berbasis Cinta" yang dicanangkan Kemenag. Kurikulum ini bertujuan untuk membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan kepedulian sosial yang tinggi.

Hendra Sidratul Azis Islam menambahkan bahwa Menteri Agama telah menginstruksikan seluruh madrasah untuk menerapkan Kurikulum Berbasis Cinta ini. Kurikulum tersebut menekankan pada perilaku guru dan murid yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan terhadap sesama, menjadikan toleransi sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar di madrasah.

Berita Terbaru
  • Totalitas Lukman Sardi: Cukur Rambut Wajah Demi Peran di 'Ghost in The Cell', Sebanding Pedro Pascal?
  • Fakta Unik: Sidang di Tempat Polres Bone Bolango Efektif Tingkatkan Kepatuhan Lalu Lintas
  • Tahukah Anda? KPK Sita 1 Juta Dolar Singapura di Kasus Korupsi PT PP, Modus Pengadaan Fiktif Terkuak
  • Fakta Unik Perang Diponegoro: Bukan Sekadar Konflik Senjata, Tapi Perjuangan Budaya dan Bangsa
  • Hoaks Pajak Amplop Pernikahan! Kado Nikah Bebas Pajak, Ini Penjelasan Resmi Pemerintah
  • bali
  • budaya ngejot
  • inovasi pendidikan
  • kebersamaan
  • kementerian agama
  • konten ai
  • matsama
  • pendidikan karakter
  • persatuan umat
  • #planetantara
  • toleransi madrasah jembrana
  • wayang kardus
Artikel ini ditulis oleh
Editor Redaksi Merdeka
R
Reporter Redaksi Merdeka
Disclaimer

Artikel ini ditulis ulang menggunakan artificial intelligence (AI). Jika ada kesalahan dalam konten, mohon laporkan ke redaksi.

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

Advertisement
Kontak Tentang Kami Redaksi Pedoman Media Siber Metodologi Riset Workstation Disclaimer Syarat & Ketentuan Privacy Kode Etik Sitemap

Copyright © 2024 merdeka.com KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved.