Trauma Gempa Poso: BPBD Poso Dirikan Tiga Posko Pengungsian Pasca 113 Gempa Susulan

BPBD Poso sigap mendirikan tiga posko pengungsian untuk ribuan warga terdampak Gempa Poso bermagnitudo 6,0. Bagaimana kondisi terkini dan upaya penanganan pasca 113 Gempa Poso susulan?

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, telah mendirikan tiga posko pengungsian. Langkah ini diambil menyusul Gempa Poso bermagnitudo 6,0 yang mengguncang wilayah tersebut pada Kamis (24/7) malam sekitar pukul 21.06 WITA. Posko-posko ini didirikan untuk menampung ribuan warga yang terdampak dan masih mengalami trauma.

Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Poso, Sofyan, menjelaskan bahwa posko pengungsian berlokasi di Desa Tokilo, Desa Tindoli, dan Desa Tolambo, Kecamatan Pamona Tenggara. Warga di ketiga desa tersebut belum berani kembali tidur di dalam rumah mereka. Mereka memilih untuk mengungsi di posko atau tidur di halaman rumah karena khawatir akan guncangan susulan.

Situasi terkini menunjukkan bahwa warga masih merasakan guncangan gempa susulan yang terus terjadi. Kondisi ini memicu trauma mendalam di kalangan masyarakat. BPBD Poso terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan penanganan yang komprehensif bagi para korban Gempa Poso.

Hingga saat ini, warga terdampak Gempa Poso masih merasakan dampak psikologis yang signifikan. Trauma akibat guncangan gempa membuat mereka enggan kembali ke rumah masing-masing. Mereka memilih untuk tetap berada di area terbuka atau di posko pengungsian yang telah disediakan oleh BPBD Poso.

Data sementara yang dihimpun BPBD Poso melalui asesmen lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengungsi di tiga desa terdampak mencapai 2.011 jiwa. Angka ini terdiri dari 609 Kepala Keluarga (KK) yang membutuhkan tempat berlindung sementara. Rinciannya, 596 jiwa atau 184 KK berasal dari Desa Tokilo, 887 jiwa atau 266 KK dari Desa Tindoli, dan 528 jiwa atau 159 KK dari Desa Tolambo.

Sofyan menambahkan bahwa data pengungsi ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu seiring perkembangan situasi di lapangan. Meskipun demikian, logistik makanan cukup tersedia karena kebetulan masyarakat baru saja mengadakan acara syukuran hasil panen atau Padungku. Dinas Sosial (Dinsos) Poso juga akan segera mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan pangan para pengungsi.

Dampak Gempa Poso tidak hanya menimbulkan trauma psikologis, tetapi juga menyebabkan kerusakan fisik pada bangunan. Data sementara yang dirilis BPBD Poso mencatat sekitar 35 rumah warga mengalami kerusakan. Kerusakan ini meliputi 21 rumah rusak ringan dan 14 rumah rusak berat yang tersebar di Desa Tokilo dan Desa Tindoli.

Selain rumah warga, satu unit rumah ibadah berupa gereja dan satu unit sekolah TK juga mengalami kerusakan akibat guncangan gempa. Pemerintah Kabupaten Poso terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membahas penetapan status tanggap darurat. Penetapan status ini penting untuk mempercepat proses penanganan dan pemulihan pascabencana.

Menurut laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Palu, hingga kini telah terjadi 113 kali gempa susulan di Poso. Frekuensi gempa susulan ini menjadi salah satu alasan utama mengapa warga masih enggan kembali ke rumah. Tim relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Poso, serta personel TNI dan Polri, telah bergabung dengan BPBD untuk membantu proses pemulihan dan penanganan dampak Gempa Poso di lapangan.