Unik, Sekolah Adat Papua Lestarikan Tradisi Lewat Kurikulum Kearifan Lokal
Sekolah Adat Papua di Kabupaten Jayapura berkomitmen melestarikan budaya dan tradisi lokal. Bagaimana lembaga ini menjaga identitas OAP di tengah arus modernisasi?
Sekolah Adat Negeri Papua di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, menegaskan komitmen kuatnya dalam melestarikan tradisi dan budaya lokal. Langkah ini diambil sebagai upaya esensial untuk mempertahankan identitas Orang Asli Papua (OAP) di tengah gempuran arus modernisasi yang kian deras. Lembaga pendidikan ini hadir sebagai jawaban atas keresahan komunitas adat terkait terkikisnya nilai-nilai luhur di kalangan generasi muda.
Direktur Sekolah Adat Negeri Papua, Orgenes Monim, menjelaskan bahwa lembaganya bertekad menjaga warisan leluhur melalui pendekatan pendidikan berbasis adat. Pendekatan ini dirancang agar sesuai dengan cara hidup masyarakat Papua itu sendiri. Pernyataan ini disampaikan Orgenes di Sentani pada hari Minggu (3/8), menyoroti urgensi pelestarian budaya.
Sekolah Adat Papua tidak mengacu pada kurikulum formal yang umum, melainkan pada kearifan lokal yang disusun bersama para tetua adat. Materi pembelajaran mencakup bahasa ibu, sejarah komunitas, sistem nilai, serta praktik budaya yang relevan. Hal ini mencerminkan dedikasi sekolah dalam memberikan pendidikan yang mendalam dan kontekstual bagi anak-anak Papua.
Kurikulum Berbasis Kearifan Lokal
Pembelajaran di Sekolah Adat Negeri Papua dirancang secara unik, tidak mengikuti standar kurikulum formal pada umumnya. Sebaliknya, materi pengajaran disusun berdasarkan kearifan lokal yang telah disepakati dan dikembangkan bersama para tetua adat setempat. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap pelajaran relevan dengan kehidupan dan nilai-nilai masyarakat Papua.
Materi yang diajarkan sangat beragam, meliputi penguasaan bahasa ibu yang merupakan fondasi identitas budaya. Selain itu, siswa juga mempelajari sejarah komunitas mereka, memahami sistem nilai adat yang berlaku, serta menguasai berbagai praktik budaya tradisional. Contohnya adalah teknik menokok sagu, keterampilan berburu, hingga cara meramu obat-obatan dari hasil hutan.
Metode pembelajaran ini menekankan pada pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Anak-anak tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan langsung warisan budaya yang mereka pelajari. Ini menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna, memastikan pengetahuan diturunkan secara efektif.
Peran Pelaku Budaya dan Harapan Dukungan Pemerintah
Untuk memperkuat keberlanjutan pengetahuan adat, Sekolah Adat Negeri Papua secara aktif melibatkan tokoh adat, perempuan, dan kaum muda sebagai pengajar. Mereka adalah para pelaku budaya yang memiliki pemahaman mendalam tentang tradisi dan nilai-nilai lokal. Dengan demikian, anak-anak belajar langsung dari sumbernya, bukan hanya dari buku, melainkan dari pengalaman hidup yang diwariskan turun-temurun.
Orgenes Monim juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat, khususnya atas kunjungan Kepala Pusat Pengembangan Perlindungan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Kementerian Riset dan Teknologi. Kunjungan ini merupakan bentuk perhatian terhadap upaya pembelajaran bahasa ibu yang dilakukan di Sekolah Adat Negeri Papua. Ini menunjukkan adanya pengakuan awal dari pihak pemerintah.
Pihak sekolah sangat berharap dukungan pemerintah pusat dapat berlanjut dan ditingkatkan. Harapan utama adalah adanya pengakuan hukum yang jelas serta alokasi anggaran pembinaan yang memadai. Dengan dukungan ini, Sekolah Adat Papua tidak hanya akan berfungsi sebagai gerakan sosial, tetapi juga dapat diakui sebagai sistem pendidikan alternatif yang sah dan berkelanjutan di Indonesia.