Fakta Menarik: Industri Otomotif Indonesia Masih Raja di ASEAN Meski Penjualan Menurun
Meskipun menghadapi penurunan penjualan, Industri Otomotif Indonesia tetap memimpin pasar di kawasan ASEAN. Simak analisis Gaikindo mengenai tantangan dan peluangnya.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menegaskan posisi Indonesia sebagai pemimpin pasar otomotif di kawasan ASEAN. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah diskusi di pameran otomotif berskala internasional di Tangerang, baru-baru ini.
Meskipun penjualan domestik mengalami penurunan, Indonesia tetap menduduki peringkat pertama mengungguli Malaysia dan Thailand. Kondisi ini menunjukkan ketahanan pasar otomotif nasional di tengah tantangan global yang tidak menentu.
Data Gaikindo menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam penjualan mobil, baik dari pabrik ke diler (wholesales) maupun dari diler ke konsumen (retail sales). Penurunan daya beli kelas menengah menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi kondisi pasar saat ini.
Dominasi Industri Otomotif Indonesia di ASEAN
Indonesia secara konsisten mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar otomotif di Asia Tenggara. Kukuh Kumara mengungkapkan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat pertama dalam hal penjualan di kawasan ini. Meskipun demikian, pangsa pasar Indonesia di kawasan ASEAN sedikit menurun dari biasanya di atas 30 persen menjadi sekitar 25 persen.
Posisi kedua kini ditempati oleh Malaysia, yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam pangsa pasarnya. Sementara itu, Thailand, yang biasanya menjadi pesaing utama, kini berada di peringkat ketiga. Penjualan mobil di Thailand mengalami penurunan drastis, hanya mencapai sekitar 500 ribu unit.
Kondisi ini diperkirakan akan menyoroti Indonesia dan Thailand, terutama karena adanya penurunan penjualan yang signifikan. Situasi ini memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia untuk mengantisipasi potensi stagnansi pasar dan merumuskan strategi adaptif.
Tantangan Penjualan dan Stagnansi Pasar Domestik
Pasar otomotif domestik Indonesia menghadapi periode stagnansi yang cukup panjang, bahkan mencapai satu dekade terakhir. Perkembangan yang melambat ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama ketidakpastian kondisi perekonomian dunia yang terus bergejolak.
Menurut data yang diberikan oleh Gaikindo, penjualan kendaraan dalam segmen wholesales, dari pabrik ke diler, mencatat penurunan sebesar 8,6 persen. Pada periode Januari hingga Juni 2025, total penjualan mobil secara wholesales mencapai 374.740 unit, menunjukkan penurunan ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan juga terlihat pada segmen retail sales, yaitu penjualan dari diler ke konsumen akhir. Angka penurunan mencapai 9,71 persen pada semester pertama tahun ini, dengan total 390.467 unit terjual. Kondisi ini mencerminkan adanya tantangan serius dalam daya beli masyarakat.
Salah satu penyebab utama penurunan ini adalah melemahnya daya beli kelas menengah. Kukuh Kumara menjelaskan bahwa segmen ini memiliki potensi besar, mencapai 10-11 juta orang sebagai calon pembeli kendaraan roda empat. Program LCGC (Low Cost Green Car) sebelumnya berhasil mengangkat banyak pengguna roda dua ke roda empat, menunjukkan potensi pasar yang besar.
Pelajaran dari Thailand dan Potensi Pasar ke Depan
Penurunan drastis yang dialami Thailand dalam penjualan otomotif menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. Kukuh Kumara menekankan pentingnya mempelajari dinamika pasar di negara tetangga. Hal ini bertujuan agar Indonesia dapat menghindari kesalahan serupa dan merumuskan strategi yang lebih adaptif di masa depan.
Meskipun menghadapi tantangan, posisi Indonesia sebagai pemimpin di ASEAN harus dimanfaatkan secara bijak melalui berbagai sudut pandang. Fokus pada penguatan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, menjadi kunci utama untuk menjaga momentum pertumbuhan Industri Otomotif Indonesia.