Gotong Royong Kunci Sukses Kampung Ketupat Samarinda, Ikon Budaya dan Pariwisata Baru
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, tekankan pentingnya gotong royong dalam pengembangan Kampung Ketupat sebagai destinasi wisata andalan yang kini semakin dikenal luas.

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, baru-baru ini menutup Festival Budaya Kampung Ketupat 2025. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya nilai gotong royong dalam pengembangan Kampung Ketupat sebagai ikon budaya dan pariwisata di Samarinda Seberang. Festival yang berlangsung di Samarinda pada Minggu tersebut bertujuan untuk mengangkat potensi lokal, memperkuat identitas kawasan, dan menumbuhkan kecintaan warga terhadap budaya sendiri. Kampung Ketupat, yang menyimpan kekayaan sejarah, kuliner, seni, dan kearifan lokal, kini menjadi bukti nyata dari semangat kebersamaan masyarakat Samarinda.
Andi Harun menjelaskan makna filosofis di balik pembuatan ketupat. Proses pembuatannya yang membutuhkan kerjasama dan waktu mencerminkan nilai gotong royong, kesederhanaan, dan musyawarah. "Anyaman ketupat yang rumit melambangkan lika-liku kehidupan, sementara isinya yang padat melambangkan hasil berharga di balik perjuangan. Daun kelapa muda (janur) yang digunakan sebagai pembungkus juga memiliki makna kesucian, kesegaran, harapan, dan ketulusan," ungkap Andi Harun.
Lebih dari sekadar makanan, ketupat menjadi simbol persatuan dan kerja sama dalam masyarakat Samarinda. Festival ini juga menjadi ajang untuk mempromosikan Kampung Ketupat sebagai destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Keberhasilan Kampung Ketupat juga menjadi inspirasi bagi pengembangan kawasan lain di Samarinda Seberang.
Pengembangan Kampung Ketupat Berbasis Gotong Royong
Pembangunan Kampung Ketupat sendiri dimulai sejak 11 Agustus 2017 melalui pemberdayaan masyarakat secara gotong royong. Kawasan pinggiran Sungai Mahakam yang dulunya kurang tertata, kini menjelma menjadi kampung wisata yang menarik. Hal ini menunjukkan bagaimana semangat kebersamaan dapat mengubah wajah suatu daerah menjadi lebih baik.
Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan fisik maupun perubahan perilaku. Gotong royong bukan hanya sekedar slogan, tetapi menjadi kunci utama dalam mewujudkan Kampung Ketupat yang lestari dan berkelanjutan. Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan pengembangan Kampung Ketupat.
Selain Kampung Ketupat, Samarinda Seberang juga memiliki Kampung Bahasa Inggris dan Kampung Tenun, yang juga dikembangkan dengan semangat serupa. Ketiga kampung ini saling melengkapi dan memperkaya kekayaan budaya dan pariwisata Samarinda Seberang.
Kebersihan Lingkungan: Prioritas Utama Pembangunan Berkelanjutan
Wali Kota Andi Harun juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Ia mengimbau warga untuk tidak membuang sampah ke sungai demi kebaikan bersama dan kemajuan Kota Samarinda. Kebersihan lingkungan menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi masyarakat.
Kampung Ketupat sebagai contoh nyata dari pengembangan kawasan yang berkelanjutan, menunjukkan bagaimana kebersihan lingkungan dapat mendukung perkembangan pariwisata. Dengan menjaga kebersihan, Kampung Ketupat dapat terus menarik minat wisatawan dan berkontribusi pada perekonomian lokal.
Kampung Ketupat tidak hanya menawarkan keindahan pemandangan dan keunikan budaya, tetapi juga menunjukkan komitmen masyarakat dalam menjaga lingkungan. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.
Keberhasilan Kampung Ketupat menjadi bukti bahwa pengembangan pariwisata yang berkelanjutan harus diiringi dengan komitmen menjaga kebersihan lingkungan. Ini adalah pesan penting yang disampaikan oleh Wali Kota Andi Harun dalam penutupan Festival Budaya Kampung Ketupat 2025.
Dengan mengutamakan gotong royong dan kebersihan lingkungan, Kampung Ketupat diharapkan dapat terus berkembang menjadi destinasi wisata unggulan di Samarinda, sekaligus menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan potensi lokalnya.