Keyakinan Konsumen Indonesia Tetap Optimis di Maret 2025, Survei BI Ungkap Angka 121,1
Survei Bank Indonesia menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2025 mencapai 121,1, mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga.

Bank Indonesia (BI) baru-baru ini merilis hasil survei konsumen yang menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia tetap terjaga pada Maret 2025. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Maret tercatat sebesar 121,1, menunjukkan level optimisme yang berkelanjutan. Survei ini dilakukan di berbagai wilayah Indonesia dan melibatkan sejumlah responden untuk mengukur sentimen konsumen terhadap perekonomian.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa optimisme ini ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang sama-sama berada di atas angka 100. Hal ini menunjukkan persepsi positif baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun proyeksi ke depan. Meskipun angka-angka tersebut sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya, namun tetap berada pada zona optimistis.
Lebih lanjut, Ramdan Denny Prakoso menambahkan bahwa hasil survei ini memberikan gambaran positif bagi perekonomian Indonesia. Ketahanan keyakinan konsumen menjadi indikator penting dalam mengukur daya beli dan aktivitas ekonomi. Keberlanjutan tren positif ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Komponennya
IKE pada Maret 2025 tercatat sebesar 110,6, sedikit lebih rendah dari 114,2 pada bulan sebelumnya. Namun, semua komponen penyusun IKE tetap berada pada level optimis. Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI) mencapai 121,3, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG) sebesar 110,2, dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) mencapai 100,3. Meskipun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, angka-angka ini tetap menunjukkan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Meskipun ketiga komponen IKE berada di zona optimis, terdapat penurunan jika dibandingkan dengan bulan Februari 2025. IPSI turun dari 122,7 menjadi 121,3, IPDG turun dari 113,7 menjadi 110,2, dan IKLK turun dari 106,2 menjadi 100,3. Penurunan ini perlu menjadi perhatian, meskipun secara keseluruhan kondisi ekonomi saat ini masih tergolong optimis.
Hal ini menunjukkan adanya sedikit penurunan kepercayaan konsumen terhadap penghasilan, pembelian barang tahan lama, dan ketersediaan lapangan kerja. Namun, perlu diingat bahwa angka-angka ini masih berada di atas 100, yang menunjukkan kondisi optimisme.
Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Komponennya
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada Maret 2025 mencapai angka 131,7, menunjukkan ekspektasi positif konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan. Angka ini sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya (138,7), namun tetap berada pada level optimis.
Ketiga komponen IEK juga menunjukkan tren yang serupa. Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP) tercatat sebesar 137,0, Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU) sebesar 132,2, dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK) sebesar 125,9. Meskipun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, ketiga indeks ini tetap berada dalam zona optimis.
Penurunan angka-angka tersebut mungkin disebabkan oleh faktor-faktor eksternal atau internal yang mempengaruhi ekspektasi konsumen. Namun, secara keseluruhan, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan masih tergolong positif.
Meskipun terdapat penurunan pada beberapa indikator, survei BI menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia tetap terjaga pada Maret 2025. Hal ini ditunjukkan oleh IKK yang mencapai 121,1, serta IKE dan IEK yang tetap berada di atas 100. Namun, penurunan pada beberapa komponen IKE dan IEK perlu menjadi perhatian dan memerlukan analisis lebih lanjut untuk memahami penyebabnya.
Rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) pada Maret 2025 tercatat sebesar 75,3 persen, meningkat dari 74,7 persen pada bulan sebelumnya. Proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) juga meningkat dari 10,6 persen menjadi 10,8 persen. Sementara itu, proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) sedikit menurun dari 14,7 persen menjadi 13,8 persen.