Prakiraan BMKG: Curah Hujan Rendah di Bali Selama Juni 2025
BMKG memprakirakan curah hujan rendah di Bali pada Juni 2025, berkisar antara 21-150 mm, dengan tingkat kerawanan banjir rendah.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Denpasar merilis prakiraan curah hujan di Bali selama bulan Juni 2025. Prakiraan tersebut menunjukkan curah hujan yang tergolong rendah, berkisar antara 21 hingga 150 milimeter (mm). Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala Stasiun Geofisika Denpasar, Rully Oktavia Hermawan, pada Selasa di Denpasar, Bali. Prakiraan ini memberikan gambaran penting bagi masyarakat Bali dalam mempersiapkan diri menghadapi kondisi cuaca di bulan Juni mendatang.
Menurut BMKG, sifat hujan di bulan Juni di Bali diprediksi umumnya normal. Meskipun demikian, terdapat perbedaan tingkat curah hujan di berbagai wilayah di Bali. Pemetaan yang dilakukan BMKG menunjukkan beberapa wilayah dengan curah hujan rendah, menengah, dan beberapa wilayah dengan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Informasi ini sangat penting bagi berbagai sektor, termasuk pertanian, pariwisata, dan pengelolaan sumber daya air.
Perbedaan curah hujan ini perlu diperhatikan oleh masyarakat Bali. Meskipun secara umum curah hujan rendah, beberapa wilayah tetap berpotensi mengalami hujan dengan intensitas yang berbeda-beda. Penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan memantau perkembangan prakiraan cuaca secara berkala melalui kanal resmi BMKG. Kesiapsiagaan menghadapi potensi cuaca ekstrem, meskipun kemungkinannya rendah, tetap menjadi hal yang penting.
Distribusi Curah Hujan di Bali (Juni 2025)
BMKG telah merinci prakiraan curah hujan di berbagai wilayah di Bali. Wilayah dengan curah hujan rendah (21-50 mm) meliputi Melaya, Gerokgak, Tejakula, Kuta Selatan, Bangli, Kintamani, dan Kubu. Sementara itu, wilayah dengan curah hujan 51-100 mm meliputi Melaya, Negara, Mendoyo, Pekutatan, Gerokgak, Seririt, Busungbiu, Banjar, Buleleng, Kubutambahan, Sukasada, Baturiti, dan Petang. Wilayah lainnya, termasuk Mengwi, Kuta, Denpasar Timur, Denpasar Barat, Gianyar, dan beberapa wilayah lainnya, diperkirakan akan mengalami curah hujan dalam rentang yang sama.
Curah hujan kategori menengah (101-150 mm) diperkirakan terjadi di beberapa wilayah seperti Sukasada, Selemadeg Barat, Baturiti, Pupuan, Penebel, Selemadeg, Kerambitan, Tabanan, Petang, Abiansemal, Payangan, Tampaksiring, Sukawati, Bangli, Susut, Dawan, dan Rendang. Perbedaan ini menunjukkan pentingnya pemantauan cuaca secara spesifik di setiap wilayah untuk menghindari potensi dampak negatif dari perubahan cuaca.
BMKG juga menjelaskan bahwa "sifat hujan" mengacu pada perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi dalam periode tertentu dengan nilai rata-rata atau normal pada periode yang sama di suatu tempat. Dengan demikian, prakiraan "sifat hujan normal" menunjukkan bahwa curah hujan yang diperkirakan sesuai dengan pola curah hujan rata-rata di bulan Juni di Bali.
Tingkat Kerawanan Banjir
Berdasarkan data curah hujan bulanan, BMKG juga memberikan informasi mengenai tingkat kerawanan banjir. Dengan curah hujan bulanan di bawah 300 mm, tingkat kerawanan banjir diprediksi rendah. Hal ini sejalan dengan prakiraan curah hujan di Bali pada Juni 2025 yang umumnya berada di bawah angka tersebut. BMKG juga menjelaskan bahwa curah hujan bulanan 300-500 mm memiliki tingkat kerawanan banjir menengah, dan tingkat kerawanan banjir tinggi jika curah hujan bulanan di atas 500 mm.
Informasi ini sangat penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat Bali untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi bencana. Meskipun tingkat kerawanan banjir rendah, kewaspadaan tetap diperlukan untuk mengantisipasi potensi kejadian yang tidak terduga. Pemantauan kondisi cuaca secara berkala dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana tetap menjadi hal yang penting.
Kesimpulannya, prakiraan BMKG menunjukkan curah hujan rendah di Bali selama Juni 2025. Meskipun demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan memantau perkembangan cuaca terkini. Persiapan dan antisipasi dini tetap penting untuk meminimalisir dampak potensial dari perubahan cuaca, meskipun tingkat kerawanan banjir diperkirakan rendah.