1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

KNKT Ungkap Kondisi Sebelum Pesawat Lion Air PK LQP JT610 Jatuh

Penulis : Moana

22 Maret 2019 12:32

Pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Karawang

Planet Merdeka - Pesawat Lion Air PK LQP - JT 610 penerbangan dengan rute Jakarta - Pangkalpinang dikabarkan hilang kontak, Senin, 29 Oktober 2018 pagi sekitar pukul 06.33 WIB lalu. Setelah hilang kontak selama kurang lebih 3 jam diketahui bahwa pesawat tersebut jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
 
Dari kabar yang beredar diketahui bahwa dalam pesawat tersebut terdapat 188 orang. 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak, 2 bayi serta 7 orang kru pesawat termasuk pilot dan FA.

2 dari 10 halaman

Pilot sempat meminta return to base

Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat tersebut berangkat pada pukul 06.10 WIB dari Jakarta. Dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang sekitar pukul 07.10 WIB.

Namun, saat di udara, sang pilot ternyata sempat meminta return to base atau kembali, sebelum akhirnya dinyatakan hilang dari radar. Dan dipastikan bahwa pesawat tersebut telah jatuh.
3 dari 10 halaman

Proses pencarian korban dan blackbox

Proses pencarian korban dan badan pesawat pun sudah dilakukan selam 8 hari. Dari pencarian yang dilakukan oleh Tim SAR Gabungan, sebanyak 138 kantong jenazah korban berhasil dievakuasi bersama serpihan pesawat oleh Tim SAR Gabungan. Dan black box berupa Flight Data Recorder milik pesawat Lion Air JT610 sendiri sudah ditemukan.

Proses pencarian sempat akan diberhentikan, namun, salah seorang keluarga korban mendesak agar tetap dilakukan proses pencarian. Salah seorang keluarga korban mengatakan bahwa dirinya takut pemakaman secara massal akan dilakukan tanpa informasi kepada keluarga.

"Kami berharap sekecil apapun harapannya, jasad korban bisa ditemukan dengan keadaan terbaik. Saya mohon proses identifikasi tetap dilanjutkan," ujar adik korban Ahmad Endang Rokhmana.

Menanggapi pernyataan itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memutuskan proses evakuasi korban diperpanjang selama tiga hari ke depan terhitung Senin (5/11/18). Budi juga memastikan, setelah perpanjangan selama tiga hari ke depan, proses evakuasi dan identifikasi korban akan terus dilakukan oleh pihak DVI Polri. Sementara itu, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri, Brigjen Arthur Tampi, juga meyakinkan keluarga korban bahwa "sampai kapanpun kita identifikasi sampai tuntas".

"Bahkan sampai operasi pencarian dihentikan pun, kita tetap melaksanakan proses identifikasi,. Artinya tidak pernah berhenti. Semua akan teridentifikasi. Kami telah menerima 138 kantung jenazah. Artinya tidak otomatis yang teridentifikasi 138 jenazah, bisa lebih bisa kurang. Tapi tidak akan ada yang kita kuburkan massal," paparnya.

Selain Kepala Basarnas, M Syaugi, menanggapi desakan itu dengan emosional. Ia mengatakan akan melakukan dengan sepenuhnya agar jasad para korban bisa ditemukan semuanya.

"Dengan apa yang kami miliki, kami yakin bisa mengevakuasi seluruh korban. Saya tidak menyerah. Mudah-mudahan dengan waktu yang ada, kami tetap all out. Saya akan terus mencari saudara-saudara saya ini," ujarnya sambil sesekali berhenti berucap sembari menyeka air mata.
4 dari 10 halaman

KNKT ungkap hasil investigasi CVR

Pihak KNKT pun akhirnya pada Kamis, 21 Maret 2019 kemarin mengungkapkan sejumlah fakta yang terjadi sebelum pesawat tersebut jatuh. Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT yang juga investigator kecelakaan Lion Air JT 610 Nurcahyo Utomo membeberkan beberapa fakta hasil investigasi.

Nurcahyo mengatakan bahwa sebelum pesawat tersebut jatuh, terjadi kepanikan di dalam cokpit. Hal itu ditketahui dari Cockpit Voice Recorder (CVR). Kepanikan itu terjadi beberapa detik sebelum pesawat itu jatuh di perairan Karawang.
5 dari 10 halaman

Tak ada teriakan takbir dari Co-pilot

Namun, lebih lanjut, Nurcahyo mengatakan bahwa setelah melakukan investigasi terhadap CVR pesawat tersebut dirinya tak menemukan seperti yang diberitakan oleh media yakni yang menyebut SFO Harvino yang bertugas sebagai co-pilot mengucapkan takbir 'Allahu Akbar'.

“Yang saya sampaikan di media itu adalah, mereka bertanya apakah ada kepanikan di akhir penerbangan? Saya sampaikan sepertinya ada, apa yang mereka teriakkan? Wah saya tidak tahu, saya gak bisa ngomong apa yang mereka teriakkan, terus apa kepanikannya terlihat dari mana? Saya cuma sampaikan bahwa di akhir penerbangan sepertinya pilot merasa bahwa dia tidak bisa lagi merecover penerbangan itu, disitu muncul kepanikan. Itu saja yang saya sampaikan. Akhirnya yang baca di media muncul Allahuakbar, saya gak bilang bahwa disitu ada kata Allahuakbar. Tapi saya gak tahu ko media bisa ngomong Allahuakbar,” tegasnya.
6 dari 10 halaman

Datanya tersimpan aman

Lebih lanjut, KNKT juga memberikan klarifikasinya terkait pemberitaan di sejumlah media internasional tentang hasil investigasi CVR pesawat tersebut. Pihak KNKT mengklarifikasi kabar tentang beberapa sumber yang membocorkan isi daripada CVR penerbangan Lion Air JT 610 dan penerbangan Lion Air JT043 jurusan Denpasar-Jakarta.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan bahwa pemberitaan tersebut tak sama dengan hasil rekaman CVR yang sesungguhnya. Pihak KNKT pun menyebut bahwa hingga saat ini transkrip dan data CVR hanya diketahui oleh pihaknya. Data itu pun menurut Soerjanto tersimpan di sebuah komputer yang tidak terkoneksi dengan jaringan internet.


7 dari 10 halaman

Pihak Amerika Serikat pernah mendengarkan isi CVR

Meski begitu, Soerjanto mengatakan bahwa ada pihak dari Amerika Serikat sebagai negara pembuat pesawat, Boeing, FAA dan NTHB serta pihak Lion Air pernah mendengarkan isi CVR tersebut.

Pihak tersebut juga sempat membaca transkrip termasuk pula terjemahannya guna kepentingan investigasi lebih lanjut. Namun, pihak KNKT menegaskan bahwa mereka hanya mendengarkan dan tak memiliki data aslinya.

“KNKT menyampaikan bahwa hasil download CVR merekam sejak persiapan penerbangan JT610 sampai dengan akhir penerbangan. Penerbangan JT043 sudah terhapus (overwritten) sehingga sudah tidak ada lagi di CVR. KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media. Sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti CVR,” jelasnya.
8 dari 10 halaman

Benarkan adanya pilot ketiga

Pihak KNKT juga menyampaikan bahwa memang benar memang ada pilot lain atau pilot ketiga dalam penerbangan JT043 rute Denpasar-Jakarta yang ada dalam cockpit. Pilot tersebut merupakan pilot yang telah selesai menjalankan tugas terbang dan akan kembali ke Jakarta sehingga menumpang pesawat tersebut. Pilot ini diketahui memiliki kualifikasi sebagai pilot B737-8 (MAX).

Pihak KNKT pun sudah melakukan interview kepada pilot yang bersangkutan untuk mengetahui apa yang dilihat dan yang didengar ketika ia menumpang pesawat tersebut pada 28 Oktober 2018 lalu. Interview itu termasuk pula suasana penerbangan pada saat itu. Namun, ketika pihak KNKT menanyakan lebih jauh tentang kontribusi pilot ketiga itu dalam penerbangan, pihaknya tidak mau berspekulasi.

Pihak KNKT juga mengatakan bahwa pihaknya tak bisa mengungkap hasil investigasinya ke publik. Pasalnya hal itu sudah diatur dalam undang-undang dan bukan merupakan konsumsi publik.
9 dari 10 halaman

Melakukan diskusi dengan pihak Boeing

Dan dari hasil perkembangan investigasi terhadap Lion Air PK LQP JT610 tersebut telah disampaikan kepada pihak Boeing. Mereka juga melakukan rekonstruksi penerbangan pesawat tersebut menggunakan simulator serta berdiskusi tentang sistem pesawat.

Pihak KNKT juga telah berdiskusi dengan Boeing dan FAA terkait dengan design system MCAS (Manuvering Characteristic Augmentation System) dan Approval yang diberikan oleh FAA. Namun, KNKT menyebut hasilnya akan disampaikan jika sudah pasti dan menemui kata final. Dan pihak KNKT menjadwalkan akan melakukan publikasi pada bulan Agustus atau September tahun ini.

10 dari 10 halaman

Lakukan kerjasama dengan Ethiopia

Lebih lanjut, Nurcahyo juga menyebut bahwa isi dari CVR tak bisa diungkap secara terbuka pada publik. Namun, yang dipublikasikan hanyalah petikan dari percakapan antara pilot Captain Bhavye Suneja dan co-pilot SFO Harvino. Nurcahyo juga mengatakan bahwa kecelakaan Lion Air PK LQP ini memiliki kesamaan dengan kecelakaan Ethiopia Airlines ET 302 pada 10 Maret 2019 lalu.

Pihak KNKT juga sudah mengajukan kerjasama dengan otoritas Ethiopia guna melakukan investigasi. Nurcahyo juga mengatakan bahwa kerja sama ini ditujukan untuk keperluan bersama. Hal itu dilakukan untuk saling melengkapi data kecelakaan dengan tujuan untuk memperbaiki penerbangan yang akan datang.

“Katanya ada kemiripan antara kecelekaan Ethiopia dengan Lion Air, kalau memang ada kemiripan alangkah baiknya kalau Indonesia dan Ethiopia bekerjasama supaya bisa berbagi data, berbagi informasi, untuk peningkatan keselamatan. Kami sudah mengirimkan surat, mengajukan penawaran kerjasama. Kita pertama kirim melalui email, belum ada jawaban, kita kirim melalui teman-teman kita di NTHB, kita kirim kepada teman-teman kita di Perancis, sampai dengan tadi malam, infonya surat dari kita sudah mereka terima oleh otoritas Ethiopia, mereka sekarang sedang melakukan kajian perlu atau tidak bekerja sama dengan Indonesia. Belum ada yang pergi ke Ethiopia dan jawaban dari mereka juga belum ada,” tandasnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya