1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Cerita Warga Bagan Benio Riau, Dihantui Harimau Hingga Krisis Air

Penulis : Panji Achmad Syuhada

12 Agustus 2019 19:53

Kisah Warga Bagan Benio

SEBELUM Indonesia Merdeka, sebagian warga telah menduduki dusun Bagan Benio, sebuah kampung kecil yang terisolir terletak di Desa Tasik Serai Kecamatan Talang Muandau Kabupaten Bengkalis, Riau.

Tepatnya tahun 1942, warga pendatang mengenal daerah itu. Awalnya, Bagan Benio hanya dihuni oleh beberapa warga untuk bermukim sementara dan mengadu nasib dengan mata pencarian nelayan sungai dan berkebun. Kini daerah itu tercatat sudah dihuni oleh 200 penduduk, secara menetap.

Informasi tersebut terkuak setelah Bupati Bengkalis Amril Mukminin menyambangi sebagian warga Bagan Benio. Karena akses yang mesti melewati jalur sungai dan menggunakan perahu kayu, akhirnya rombongan Bupati hanya menemui warga tersebut di daratan penghubung.

Bagan Benio, menurut data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) masih berstatus hutan. Sehingga, Pemerintah Kabupaten Bengkalis belum bisa membangun akses ke pemukiman warga. " Sudah kita ajukan pembebasan lahan, kalau disetujui nanti kita bangun jalan untuk menjangkau pemukiman warga di bagan benio, " kata Bupati Bengkalis, Amril Mukminin, Senin (12/8/2019).

Mendengar hal tersebut, warga bagan benio terharu. Mereka yang hidup jauh dari hiruk pikuk kota seakan mendapat angin segar atas kedatangan Bupati Bengkalis ke-14, Amril Mukminin.

Menurut ketua RT setempat, Zulkifli, suka duka tinggal didaerah tersebut sangat terasa ketika musim kemarau. " Ditempat kami air susah, apalagi pas musim kemarau, " kata Zulkifli. Bupati-pun langsung menyambut dengan tegas bahwa daerah itu nanti akan dibangun sumur bor untuk kebutuhan air bersih warga. " Kita koordinasi dulu dengan Bapedda, nanti kita bangun sumur, " kata Bupati.

Sejak tahun 1975 Zulkifli lahir, permasalahan air rupanya menjadi langganan disaat musim kering. Dia mengakui bahwa sulitnya air bersih menjadi masalah krusial diwilayah yang memiliki 2 RW dan 3 RT tersebut.

2 dari 3 halaman

Ban-Ban Bekas dan Kayu Balok Jadi Jalan

Selain masalah air bersih, wilayah yang memerlukan waktu 4 jam dijangkau dengan kendaraan roda dua dari pusat kota Duri Kabupaten Bengkalis itu juga memprihatinkan soal akses jalan. Di daratan kecil tersebut, penduduk mesti melewati jalan yang ditimbun dengan ban-ban bekas dan kayu balok. Hingga bisa diakses.

Jalanan yang selalu basah akibat kontur tanah berupa tanah gambut seakan menjadi teman sehari-hari warga. Ketika keluar rumah, keluar kampung hingga keluar daerah, tanah gambut yang lembek menjadi santapan kaki. " Jalanan becek, ditimbun tanah gak bisa. Kayu dan ban bekas jadi solusi, " ujarnya lirih.

Disana, rumah-rumah penduduk terapit dengan hutan. Bersatu bagai senyawa alam rupanya tak selamanya dirasa tenang oleh mereka, akhir-akhir ini warga merasa takut akan keberadaan harimau yang menduduki daerah itu. " Saya dapat laporan warga, ada harimau yang dilepas oleh institusi yang berwenang diwilayah bagan benio. 2 ekor, 1 jantan dan 1 betina, " jelas Zulkifli.

Keberadaan harimau tersebut memang belum pernah dilihat warga secara langsung, karena lokasi pelepasan yang diyakini warga jauh dari pemukiman penduduk. " Dilepasnya jauh diujung. Tapi namanya dia berjalan tentu bisa mendekat, kita jadi was-was dan takut, " akunya.

Apabila malam, suara jangkrik dan serangga merongrong keheningan. Disaat itulah warga waspada akan keberadaan binatang buas tersebut.

3 dari 3 halaman

Ikatan Persaudaraan Yang Kental


Zulkifli bercerita, walau berada jauh dari kota, persatuan dan sikap kekeluargaan warga bagan benio sangat kental, apalagi saat hari raya ummat islam. " Kami kemarin dapat bantuan sapi qurban dari bupati, " kata Zulkifli merasa senang.

Keberadaan kampung yang jauh tersebut juga pernah menjadi agenda dakwah tahunan dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kabupaten Bengkalis dan Lembaga Kemandirian Dompet Dhuafa Riau. Disana, warga dibina segi agama dan pengetahuan.

Selain dihantui keberadaan harimau dan krisis air yang mengancam, warga bagan benio sangat membutuhkan bidan yang dapat diutus kedaerah pelosok tersebut. Belum lama ini, kata Zulkifli, warganya meninggal akibat hendak melahirkan, saat itu mau dibawa keluar kampung dan menyebrang sungai.

Karena kondisi puskesmas maupun bidan yang sangat jauh dan tak dapat ditangani oleh dukun beranak, akhirnya warga tersebut menghembuskan nafas terakhir diatas kendaraan.

" Harapan kami ke Pak Bupati, kedepan ada bidan disini. Mau melahirkan susah, biasa sama dukun beranak, inilah kisah kami dari pelosok, " keluh zul.

Tak adanya bidan, membuat masyarakat kuatir akan keberlangsungan generasi penerus. Pengetahuan dan relasi warga juga minim akan dunia luar.

Selain setumpuk masalah yang dihadapi warga bagan benio itu, pendidikan juga menjadi deretan teratas kisah pilu mereka. " Kami cuma ada 1 sekolah, itupun cuma tingkat SD, " bebernya.

Bagi orang tua yang menyekolahkan anak, mereka biasanya menitipkan anak diseberang daratan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, SMP maupun SMA. " Itupun bagi masyarakat yang mampu, " katanya. ***

PANJI AHMAD SYUHADA, Bengkalis








  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : panji-achmad-syuhada-103069

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya