1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Hobi Selingkuh Di Terapi Hypno Bukan Sembuh Malah Jadi Pro

Penulis : MORILIS

11 Januari 2023 17:32

Jakarta, Planet Merdeka – Trend hubungan jenis Casual Relationship atau yang dikenal dengan Friends With Benefit alias FWB kembali marak dan menggema diplatform-platform media sosial. Bahkan hal tersebut sudah banyak dikritisi karena bisa memicu efek domino dan berbenturan dengan budaya ketimuran Indonesia.

Diketahui, Casual Relationship adalah sebuah jalinan hubungan antara lelaki dan perempuan tanpa melakukan komitmen apapun namun kerap menghubungkan interaksi seksual dari keduanya.

Seperti yang dilansir Canadian Journal of Human Sexuality, jenis hubungan seperti ini marak bukan hanya dikalangan remaja dan dewasa tetapi juga untuk mereka yang sudah memiliki status pasangan sah atau suami-istri.

Dalam Casual Relationshio, pasangan biasanya menjalin hubungan dalam rentan waktu yang cukup lama, komunikasi terjalin dengan baik dan tujuannya adalah mencapai manfaat dari hubungan seksualitas yang intim.

Menyikapi fenomena Casual Relations atau bisa distratakan dengan hubungan perselingkuhan ini, Praktisi Hypnoteraphy Seprima Harizon mengatakan jenis-jenis hubungan seperti itu memang tidak pantas di negara timur seperti Indonesia karena wilayah ini memiliki pakem dan aturan atau tata krama.

Seprima menegaskan, jenis Casual Relationship cenderung dampaknya merusak. Apalagi jika sampai merambah keesensi rumah tangga. Bahkan dia menceritakan pernah menangani seorang pasien yang ditengarai kerap melakukan Casual diluar sepengetahuan suaminya.

“Gak sesuai dengan budaya Indonesia, dan memang harus dihindari karena dampaknya bisa merusak rumah tangga hingga perpisahan,” terang Seprima saat dihubungi redaksi pada Rabu (11/1) hari ini.

Menurut Seprima, apapun jenis atau istilah hubungan itu, baik Casual, FWB maupun Open Relation yang juga marak. Tetap sama dengan perselingkuhan yang harus dihindari.

Seprima menjelaskan dia pernah menangani seorang wanita yang menjadi pasiennya dan selama ini punya karakter hobi berselingkuh. Bahkan perselingkuhannya sampai diketahui suami maupun orangtua kandungnya.

“Perempuan itu sampai diusir sama orang tua kandungnya karena ketahuan selingkuh dari suaminya. Kasihan kalau sudah begitu,” ujarnya.

Lanjut Seprima menjelaskan. Usai ketahuan dan kemungkinan karena jenuh. Perempuan itu akhirnya sadar lalu coba menyebuhkan kebiasaannya yang hobi selingkuh.

“Dia mendatangi saya dan coba ingin menghilangkan kebiasaannya. Saya lakukan terapi Hyno dan mensugesti hal positif agar kebiasaan buruk yang sering dilakukannya bisa hilang,” tukas Seprima.

Seprima mengatakan, terapi hyno yang dilakukannya berhasil. Perempuan itu akhirnya berhenti melakukan kebiasaan selingkuh dari suaminya. Namun sayangnya, hal itu hanya berlangsung tiga tahun, setelah itu dia kembali melakukan kebiasaannya.

“Cuma tiga tahun, lucunya setelah tiga tahun dia kembali melakukan perselingkuhan dan sekarang malah jadi pro jadi ahli,” ucapnya.

Menurut Seprima, dari sekian banyak pasien atau klien yang pernah berhasil diterapi, baru perempuan itu yang memilih kembali kepada karakternya.

“kalau sudah karakter dan gak ada niat dalam diri yang kuat, agak susah untuk menghilangkan kebiasaan buruk seseorang. Karena karakter, lingkungan dan niat selalu menjadi prioritas,” pungkasnya.

Senada dengan Seprima, pengamat sosiologi dan hubungan masyarakat Antonius Guntoro menegaskan, perselingkuhan adalah virus yang harus dihilangkan dan jangan digelorakan seolah menjadi hal yang wajar atasnama kekecewaan atau ketidakcocokan dengan pasangan yang resmi.

“Tidak ada perselingkuhan yang dilakukan tanpa sadar atau khilaf. Semua dilakukan dengan kesadaran penuh karena melibatkan perasaan dan interaksi komunikasi maupun sentuhan,” tegasnya melalui pesan singkatnya.

Antonius menegaskan apalagi, jika memang pelaku perselingkuhan sudah menjadikan aksinya sebagai kesenangan atau zona nyaman dia dalam mencari kebahagiaan. Tentunya, karakter seperti ini akan sulit hilang dan sulit dikembalikan keposisi semula.

“Bisa jadi karakter seperti itu terbentuk dari lingkungan sebelumnya, artinya dia melakukan pernikahan hanya sebagai legitimasi, sementara untuk mencari kesenangan dan kebahagiaan yang ingin dia capai, dia memilih upaya-upaya perselingkuhan,” pungkas Antonius. (Mor)

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : morilis-channel

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya