1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Kesaksian Mencekam Dosen UAD Yogyakarta Soal Detik-detik Pembantaian Jamaah di Masjid Christchurch

Penulis : Queen

19 Maret 2019 10:21

Pembantaian sadis terjadi di Christchurch

Planet Merdeka - Penembakan sadi di Masjid Christchurch Selandia Baru yang terjadi pada Jumat (15/3/2019) masih menjadi duka dunia. Penembakan keji itu dilakukan oleh Brenton Tarrant.

2 dari 15 halaman

49 orang tewas

Dilansir dari Couriermail.com, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan dalam teror ini terhitung menewaskan 49 orang dan lainnya luka parah dalam serangan teror di masjid Al Noor di kota Christchurch.
3 dari 15 halaman

6 WNI jadi korban

Pada saat penembakan tersebut, dikabarkan ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban saat berada di lokasi. Enam WNI diketahui berada di dalam Masjid Al Noor, Christchruch. Hal itu diketahui dari keterangan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi kepada wartawan di Indonesia melalui sejumlah media. "Tiga warga negara Indonesia berhasil melarikan diri dan sudah bisa melakukan kontak," ujarnya.
4 dari 15 halaman

3 diantaranya terluka parah

Pasca penembakan diketahui ada tiga WNI yang menjadi korban dalam tragedi berdarah tersebut. Kedua WNI diidentifikasi sebagai Zulfirmansyah dan anaknya yang berinisial M yang baru berusia dua tahun. Sedangkan satu WNI lagi yang menjadi korban dan akhirnya tewas adalah Lilik Abdul Hamid, seorang WNI yang bekerja sebagai teknisi Air New Zealand.
5 dari 15 halaman

Dosen UAD selamat

Sementara itu usai adanya penyelidikan lebih lanjut, dari tiga korban WNI lainnya ternyata ada satu orang yang dinyatakan selamat dari tragedi penembakan. Irfan Yuniarto, seorang dosen di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta telah selamat dari aksi penembakan dan telah memberikan kesaksian pada saat peristiwa penembakan terjadi.
6 dari 15 halaman

Kesaksian Dosen UAD tersebut

Jumat (15/3/2019) pukul 13.40 waktu Selandia Baru, Irfan Yunianto datang ke Masjid Al Noor dengan menggunakan sepeda untuk melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, menunaikan salat Jumat. Sudah dua tahun lebih Irfan melanjutkan studi di University of Otago, Selandia Baru.
7 dari 15 halaman

Suasana Masjid saat itu

Hari itu sedang hujan, Irfan datang ke Masjid Al Noor dengan menggunakan jaket yang sudah basah kuyup terguyur hujan. Suasana Masjid waktu itu cukup lenggang, mungkin karena hari sedang hujan.
8 dari 15 halaman

Irfan memilih sholat di ruang kecil

Saat itu, Irfan yang datang dengan jaketnya yang basah mengaku seharusnya dia sholat di ruang utama, namun karena takut nantinya ia mengganggu kekhusyukan jamaah lain, ia memilih untuk salat di ruang kecil. Ruang tersebut biasanya digunakan untuk meeting, dan hanya digunakan sebagai tambahan saat salat Jumat ketika ruang utama masjid penuh.
9 dari 15 halaman

5 menit usai khotbah terdengar suara mencekam

Usai selesai melakukan salat sunnah, dan kotbahpun mulai terdengar. Sekitar 5 menit kemudian, terdengar suara tembakan di masjid. Suara itu terdengar berulang - ulang, Irfan pikir hanya ada trafo sekitar masjid yang meledak. Suara bertubi selanjutnya, Irfan baru yakin bahwa itu adalah tembakan yang memang sengaja dilakukan oleh seseorang "Sekitar 5 menit khotbah ada tembakan. Suara pertama dan kedua, saya pikir trafo meledak. Saya baru sadar kalau itu tembakan ketika sudah ada suara ketiga dan seterusnya," ungkapnya kepada awak media saat melakukan Video Call melalui WhatsApp pada Senin (18/3/2019).
10 dari 15 halaman

Cara Irfan selamatkan diri

Ruang kecil yang digunakan oleh Irfan untuk salat bersama beberapa orang lain sangat memudahkan baginya untuk segera keluar ke belakang masjid. Di belakang masjid itulah banyak mobil-mobil terparkir. Dengan perasaan takut bersama dengan 14 jamaah lainnya, dimana ada pelajar dari Indonesia juga, Irfan meloncat pagar setinggi 2 meter dengan naik ke atas mobil terlebih dahulu untuk bisa menjangkau pagar. Usai berusaha naik dan saling bantu, akhirnya Irfan bersama ke 14 orang lain bisa melarikan diri dengan masuk ke rumah orang yang berjarak 50 meter dari Masjid. "Kebetulan ada mobil yang diparkir di pojok, kita naik ke pagar setinggi 2 meter. Saya dibantu teman yang lain. Akhirnya berhasil masuk rumah orang yang berjarak 50 meter dari masjid. Disana, sudah ada dua orang korban. Satu orang dengan luka di punggung, satu lainnya luka di kakinya, kemungkinan jatuh saat melarikan diri," ungkapnya.
11 dari 15 halaman

Sempat beri peringatan pada orang-orang yang hendak ke Masjid

Saat itu pikiran panik namun tetap berusaha untuk tenang campur aduk dalam otak Irfan. Ia juga sempat memperingatkan beberapa orang untuk menjauh dari area masjid. "Temen lain sudah ada yang langsung menghubungi polisi. Saya mencoba berpikir jernih di tengah kepanikan dan suasana mencekam. Akhirnya saya telpon supervisor saya, telpon saya angkat ke udara, agar dia tahu penembakan masih berlangsung dan teman-teman lain jangan ada yang ke area masjid. Saya juga coba WA KBRI karena mungkin juga masih salat. Teman-teman juga saya hubungi, jangan sampai ada yang ke area masjid," terangnya mengenang kembali kejadian beberapa hari lalu.
12 dari 15 halaman

Polisi datang usai 10 menit terjadi penembakan

Sekitar 10 menit suara tembakan berlangsung, akhirnya polisi datang kemudian disusul oleh ambulan bersama paramedik yang langsung mengevakuasi para korban tembakan. Saat itu semuanya saling menguatkan satu sama lain, ada pula salah satu jamaah yang sempat menayangkan secara live aksi teror tersebut.
13 dari 15 halaman

Irfan dan warga yang selamat baru dievakuasi 18.30

Sekitar 5 jam bersembunyi, terhitung sejak pukul 14.00 kurang sampai pukul 18.30 waktu setempat, akhirnya polisi berhasil mengevakuasi Irfan bersama dengan 16 korban lainnya di tempat persembunyiannyan. "Saya peringatkan orang-orang di kampus dan teman-teman saya melalui sambungan telepon, jangan ada yang ke masjid. Saat itu, kami dengan berat hati menonton tayangan aksi brutal peneror, meskipun kami menolak untuk melihat, namun kami ingin memastikan apakah saudara salah satu dari kami ada yang tertembak. Setelah mengunggu, akhirnya polisi datang dan mengambil identitas kami," terangnya.
14 dari 15 halaman

Irfan kemudian diantar ke rumah dengan selamat

Pukul 7.30 waktu setempat akhirnya, Irfan diantar pulang sampai rumah denga selamat. Irfan tak pernah berpikir kejadian seperti ini akan dialamai dalam hidupnya. Ia mengaku sebagai saksi mata yang langsung melihat kekejian aksi penembakan tesebut memberikan bekas tekanan psikis sampi saat ini. "Kondisi saya Alhamdulillah baik-baik saja secara fisik. Namun sebagai saksi mata dan penyitas, saya mengalami tekanan psikis yang memerlukan beberapa waktu untuk bisa pulih." "Kejadian ini bukan kota saja yang merasakan, namun seluruh New Zealand. Hari ini saya memberanikan diri, mencoba untuk melupakan dan kembali ke universitas agar tekanan psikis yang saya alami berangsur bisa pulih," katanya.
15 dari 15 halaman

Kutukan keras aksi biadab yang dilakukan Brenton

Untuk saat ini, meski masih dalam suasana berduka, beberapa Masjid sudah mulai dibuka. Tidak ada yang menyangka New Zealand yang dikenal dengan keamanan dan kebersihannya, mendapatkan teror yang dilakukan oleh pelaku. Usai kejadian tersebut, Rektor UAD Kasiyarno mengutuk keras tindakan yang dilakukan oleh oknum teroris tersebut. "Semua orang menyayangkan ini. Kami prihatin dan mengutuk keras aksi biadab tersebut. Saya harap pelaku yang sudah ditangkap bisa diberikan hukuman seadil-adilnya," terangnya kepada wartawan.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : queen

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya