1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Kesaksian nelayan lihat detik-detik Lion Air JT 610 jatuh, kecepatan dan gerakan yang ektrem

Penulis : Aleolea Sponge

31 Oktober 2018 09:51

Data Ini Ungkap Kecepatan dan Gerakan Ekstrim Lion Air JT610 Sebelum Jatuh ke Air

Planet Merdeka - Samin (38), nelayan di Dusun Pakis II, RT 002 RW 006, Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pergi melaut seperti biasa, Senin (29/10/2018) subuh.

Sekitar dua jam perjalanan laut dari Muara Tanjungpakis, Samin tiba-tiba melihat ada pesawat dengan posisi dengan posisi ekstrim melewati perahunya. Posisi ekstrim itu adalah posisi dimana tubuh pesawat dalam posisi miring, dan sayapnya sampai ke bawah. Samin mengaku kerap melihat pesawat terbang saat tengah melaut.

2 dari 6 halaman

KN SAR Basudewa membawa 10 kantong jenazah diduga berisi potongan tubuh kotban jatuhnya prsawat Lion Air

"Saya sering lihat pesawat lewat sini. Tetapi yang ini posisi pesawatnya miring sampai sayapnya ke bawah," ungkap Samin saat ditemui di rumahnya, Selasa (30/10/2018).

Hanya saja, Samin tak sempat menyaksikan pesawat itu terjun ke laut. Pasalnya, saat itu posisinya membelakangi lokasi terjunnya pesawat nahas itu. Dia hanya mendengar suara keras seperti masuk ke laut kemudian meledak.

"Bunyinya keras sekali. Terus tiba-tiba perahu saya terdorong kencang oleh gelombang. Padahal saat itu cuaca tidak ada gelombang kencang," ungkapnya. Saat melihat ke belakang, Samin menyaksikan ada asap hitam keluar dari dalam laut. Akan tetapi, lantaran takut, Samin meninggalkan lokasi jatuhnya pesawat.

3 dari 6 halaman

Serpihan pesawat Lion Air JT 610

Kemudian, dia melanjutkan perjalanan ke titik lain untuk menjaring udang.

"Saya baru tahu kapal yang saya lihat itu benar benar jatuh, setelah kembali ke darat banyak nelayan lain yang membicarakan pesawat jatuh," katanya.

Lantaran shock, Samin memutuskan tidak melaut untuk sementara waktu setelah kejadian tersebut. Dia ingin menenangkan diri setelah menyaksikan kejadian nahas itu.

"Perasaan saya sudah tidak enak sejak sebelum kejadian itu sampai sekarang. Seharian ini saya hanya membetulkan jaring aja," tutur Samin.

4 dari 6 halaman

Suara ledakan

Hal tak biasa juga disaksikan oleh Wahidin (45), nelayan lainnya. Pagi itu, Wahidin bersama dua orang rekannya pergi melaut. Dia hendak "ngambat" atau menarik jaring yang sudah dia sebar sore hari sebelumnya.

Wahidin mungkin menjadi salah satu dari beberapa nelayan yang mendengar ledakan yang diduga pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin (29/10/2018).

"Saat itu sekitar jam 06.30 terdengar suara 'gleger' kayak ledakan," ungkap Wahidin di Muara Tanjungpakis setelah menebar jaring, Selasa (30/10/2018).

Beberapa menit setelah terdengar suara seperti ledakan, lanjut dia, ombak laut bergetar. Namun saat itu, Wahidin tak menyangka bahwa itu suara pesawat yang meledak.

"Ombak tidak seperti biasanya. Cuaca cukup bagus, hanya sedikit berkabut," ujarnya.

Saat suara seperti ledakan terdengar dan ombak tak seperti biasanya, Wahidin belum sempat mengangkat jaring.

"Saat itu belum sempat mengangkat jaring," katanya.

Setelah sampai di daratan, barulah dia mendengar bahwa ada pesawat yang jatuh di perairan Karawang.

5 dari 6 halaman

Data Flightradar24

Pesawat Lion Air JT 610 diketahui jatuh di Teluk Karawang hanya sekitar 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada Senin 29 Oktober 2018. Grafik Flightradar24 menunjukkan pergerakan Lion Air JT 610 pada 13 menit yang amat krusial krusial sebelum akhirnya terjun dengan kecepatan tinggi.

Sebuah analisis para ahli penerbangan menggambarkan bahwa pesawat Lion Air dengan nomor JT 610 sempat terbang dalam kondisi tidak menentu, turun naik, dalam waktu singkat, sebelum terjun dramatis menghempas laut. Diketahui bahwa sekitar tiga menit setelah Boeing 737 Max 8 lepas landas menju Pangkalpinang, pilot Bhavye Suneja meminta izin pada petugas kontrol lalu lintas udara untuk kembali ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Tapi 10 menit kemudian, dikutip dari News.com.au via liputan6.com, pesawat itu jatuh ke perairan di lepas pantai Jawa, tepatnya di sekitar perairan Tanjung Karawang.

Data awal yang ditransmisikan oleh penerbangan Lion Air JT 610 menunjukkan pesawat nahas itu jatuh dengan kecepatan sangat tinggi, diperkirakan jatuh dari ketinggian 1.479 meter hanya dalam waktu 21 detik.

"Kejatuhan normal pesawat seharusnya berada di antara kecepatan 450 meter hingga 600 meter per menit," ujar pakar keselamatan penerbangan John Cox kepada Bloomberg.

Namun data FlightRadar24 menunjukkan pesawat Lion Air terjun dengan kecepatan lebih dari 9.400 meter per menit.

"Hal ini benar-benar tak terkendali," kata Cox, yang menjalankan perusahaan konsultan Safety Operating Systems.

Sementara itu, analisis data oleh situs web Aviation Safety menggambarkan kecepatan dan ketinggian pesawat Lion Air JT 610 berubah-ubah drastis selama 13 menit sisa terbangnya.

Pesawat melakukan pendakian ke arah kiri setelah lepas landas, naik ke ketinggian 640 meter, dan kemudian sempat turun ke titik 450 meter, sebelum kembali terbang normal.

6 dari 6 halaman

Presiden Jokowi melihat serpihan pesawat Lion Air JT 610

Beberapa waktu setelahnya, ketinggian pesawat dilaporkan terus goyah selama beberapa menit antara 1.370 hingga 1.630 meter sebelum terjun fatal. Boeing 737 Max 8 yang terlibat dalam kecelakaan hari Senin itu dketahui telah menerbangi rute yang berbeda pada Minggu 28 Oktober.

Data serupa menunjukkan penerbangan terkait memiliki gerakan tidak menentu segera setelah tinggal landas, tetapi berhasil mendaki dan mempertahankan ketinggian tetap. Lion Air telah mengkonfirmasi pesawat memiliki "masalah teknis" pada penerbangan hari Minggu, di mana "telah diselesaikan sesuai dengan prosedur".

Apa yang menyebabkan perubahan signifikan dalam ketinggian dan kecepatan, dan mengapa pilot meminta untuk kembali ke Jakarta beberapa saat setelah tinggal landas, kini akan menjadi fokus utama bagi para penyelidik.


  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya