Keturunan RA Kartini yang terlupakan, hidup susah di Bogor ada yang suaminya bunuh diri
Penulis : Aleolea Sponge
23 April 2018 13:53
Sejak Boedi Soesalit meninggal pada usia 57 tahun, kehidupan keluarga lima cicit RA Kartini memprihatinkan
Planet Merdeka - Dibalik ramainya orang-orang memperingati Hari Kartini pada 21 April, ternyata ada kisah sedih yang tak banyak orang mengetahuinya. keturunan dari pahlawan emansipasi wanita ini ternyata hidup dalam keprihatinan.
Hal itu diungkap oleh Bupati Jepara, Ahmad Marzuki saat berada mengisi pidato dalam Peringatan Hari Kartini ke-39 Tahun di Pendapa Kabupaten Jepara, Sabtu (21/4/2018). Dalam rilis yang ada di laman resmi Pemprov Jateng, Raden Ajeng Kartini yang lahir di Mayong, Jepara 139 tahun silam, merupakan pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Putri bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat itu, kemudian menikah dengan Bupati Rembang RM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, pada 12 November 1903. Dari pernikahan tersebut, RA Kartini dikaruniai putra semata wayang RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904.
Soesalit Djojoadhiningrat
RM Soesalit menikah dengan wanita Jawa bernama Siti Loewijah dan dikaruniai seorang putra bernama Boedi Setyo Soesalit.
Boedi yang merupakan cucu tunggal RA Kartini ini menikah dengan Sri Bidjatini dikaruniai lima anak, yakni Kartini, Kartono, Rukmini, Samimum, dan Rachmat.
Sejak Boedi Soesalit meninggal pada usia 57 tahun, kehidupan keluarga lima cicit RA Kartini memprihatinkan.
Bupati Jepara Ahmad Marzuki menjelaskan, setelah Boedi Soesalit meninggal dunia, cucu menantu RA Kartini, Sri Bidjatini bersama lima anaknya hidup dalam keprihatinan.
Hanya Kartini sebagai cicit tertua yang kondisi ekonominya lumayan, sedangkan lainnya butuh uluran tangan pemerintah sebagai bentuk perhatian kepada keturunan RA Kartini.
“Hanya yang pertama yang lumayan, sedangkan Kartono mengojek, demikian pula Samimun juga jadi tukang ojek. Sementara Rukmini telah ditinggal suaminya yang bunuh diri akibat terlilit ekonomi, dan Racmat yang menderita autis sudah meninggal,” beber Ahmad Marzuki saat memberi sambutan pada Resepsi Peringatan Hari Kartini ke-39 Tahun di Pendapa Kabupaten Jepara, Sabtu (21/4/2018).
Lebih lanjut bupati mengatakan, cucu menantu dan cicit RA Kartini tidak ada yang bermukim di Jepara.
Selama ini semua keturunan tokoh wanita Indonesia itu menempati rumah bantuan pemerintah di Parung Bogor.
Namun kini mereka terpaksa harus meninggalkan rumah bantuan itu, karena ada pihak yang meminta agar mereka meninggalkan rumah tersebut karena cucu tunggal RA Kartini telah tiada.
“Ada oknum yang meminta mereka meninggalkan rumah bantuan pemerintah itu. Cucu menantu dan para cicit RA Kartini dianggap tidak berhak menghuni lagi karena cucu RA Kartini sudah meninggal,” terangnya.
Terkait hal itu, Bupati Jepara berharap pemerintah memberikan perhatian kepada keturunan pahlawan bangsa.
Bahkan untuk memperjuangkan supaya keturunan RA Kartini mendapat tempat tinggal yang layak, serta bantuan pendidikan berupa beasiswa, Pemkab Jepara sudah beberapa kali menghubungi Kementerian Pendidikan dan PUPR. Namun hingga kini, pengajuan bantuan tidak ada tanggapan dan realisasi.
“Ketika Anies Baswedan dan beberapa menteri berkunjung ke Jepara, juga pernah berjanji akan memberikan beasiswa bagi keturunan RA Kartini. Tetapi sekarang menterinya malah sudah ganti. Kepada Menteri PUPR saya juga pernah menyampaikan permintaan bantuan rumah untuk cucu RA Kartini,” jelasnya.
Tim Kecil
Menanggapi harapan dan keinginan Bupati Jepara, Plt Gubernur Jateng Drs Heru Sudjatmoko MSi mengatakan, pihaknya segera membentuk tim kecil yang terdiri dari Asisten Pemerintahan dan Biro Kesra Setda Jateng, SKPD terkait, serta Pemkab Jepara.Tim itu nantinya bersama-sama memikirkan langkah dan upaya guna membantu keturunan RA Kartini yang sedang dalam kondisi memprihatinkan.
Menurutnya, selain bantuan pendidikan berupa beasiswa dan tempat tinggal, atau bantuan berkelanjutan lainnya, paling tidak juga ada bantuan tahunan yang diserahkan setiap tahun atau pada peringatan Hari Kartini.
“Jadi ada bantuan tahunan dan ada yang berkelanjutan. Nanti kita rumuskan bersama tim kecil. Apa yang disampaikan bupati harus kita tanggapi dan ditindaklanjuti,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Plt Gubernur juga menyampaikan betapa besar perjuangan RA Kartini untuk kaumnya. Apa yang telah dilakukan generasi penerus bangsa untuk negara memang masih jauh dari para pahlawan atau orang-orang besar yang telah berjasa kepada Indonesia. Namun semua dapat mengambil kisah-kisah para pejuang yang bisa mengilhami dan menyemangati semua.
Ditambahkan, seorang ibu adalah pendidik bagi putra-putrinya dalam belajar. Hal tersebut sesuai amanah dan sudah dilakukan oleh RA Kartini. Bahkan itu sudah dilakukan sebelum pahlawan asli Jateng itu menjadi seorang ibu atau saat masih gadis. RA Kartini memberikan contoh dan mendidik dirinya sendiri, dan ini mengilhami semua perempuan dalam mendidik anak-anaknya.
“Saya ingin menyarankan pada tanggal 21 April, kita tidak hanya memperingati hari kelahiran pahlawan emansipasi wanita Indonesia, tapi juga kita menyebut April adalah bulan Kartini. Artinya ini untuk menghormati pahlawan kita,” pintanya.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole
-
Tungguin Presiden Salat Jumat, Ibu Negara Iriana Joko Widodo Duduk Santui Di Emperan Masjid
-
Tidak Percaya Dengan Eksekutif, Anggota Dewan Siramkan Air Mineral Lalu Baku Hantam
-
Awan Dengan Warna Pelangi Antara Tajub Dan Heran
-
Misteri Jodoh, Abang-Abang Ternyata Pernah Jumpa Istri Pertama Kali Sebelas Tahun Yang Lalu Saat KKN
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Generative AI dan hubungannya dengan masa depan SEO
18 Juni 2023 20:26
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.