Pesan terakhir Soeharto untuk Tutut mempunyai makna yang begitu dalam sebelum menghembuskan nafas terakhir
Penulis : Aleolea Sponge
28 September 2018 11:49
Pesan terakhir Soeharto untuk Tutut sebelum tutup usia
Planet Merdeka - Hj Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut dikenal sebagai keturunan langsung Cendana yang paling gemar bermedia sosial. Anak mbarep (sulung) dari mendiang Soeharto itu sangat sering mengunggah cerita, baik di Instagram mau pun situs pribadinya.
Bahkan, Mbak Tutut tak ragu membalas setiap pertanyaan netizen di kolom komentar. Lewat postingannya, Tutut kerap membagikan kisah dan cerita kenangan saat ayahnya masih hidup.
2 dari 4 halaman
Tutut sebagai saksi Soeharto tutup usia
Sebaga anak mbarep, Tutut-lah yang menjadi pendamping Soeharto, selepas Ibu Negara, Tien Soeharto, lebih dulu tutup usia. Tak salah, Tutut diyakini banyak orang, sebagai keturunan Cendana yang paling dipercaya oleh Soeharto.
Nah, satu postingan terakhir Mbak Tutut, menceritakan kenangan sedihnya, menjelang Soeharto tutup usia. Tak salah, Tutut diyakini banyak orang, sebagai keturunan Cendana yang paling dipercaya oleh Soeharto.
3 dari 4 halaman
Kenangan sedih Tutut sebelum Soeharto tutup usia
Nah, satu postingan terakhir Mbak Tutut, menceritakan kenangan sedihnya, menjelang Soeharto tutup usia. Lewat postingan ini, Tutut menulis pesan terakhir sang ayahanda kepadanya. Pesan terakhir itu juga ditulis oleh Tutut di situs miliknya, tututsoeharto.id.
Beginilah tulisan Tutut Soeharto :
“Wuk, Tutut, sini kamu deket bapak.”
“Dalem bapak. Bapak ngersaaken menopo. (menginginkan apa),” mendekat saya menjawab.
“Ora (tidak)… Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik,” bapak menjawab lirih.
“Ada apa tho bapak,” bingung saya menyaut.
“Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu,” kata bapak.
“Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu, Insya Allah bapak akan sembuh kembali,” saya menjawab mulai merinding.
“Kamu dengarkan wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua,"
"Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga. Selain itu Allah menyukai kerukunan. Ingat pesan bapak…, tetap sabar, dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur),” bapak memberi nasehat dengan lirih.
Saya tak dapat menahan air mata saya, tapi saya tidak mau bapak terbebani juga dengan kesedihan saya, saya sampaikan ke bapak: “Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu.”
Bapak memegang tangan saya sambil berucap: “Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-Nya. Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya,"
4 dari 4 halaman
Berikut postingannya
Kamu harus ikhlas, Insya Allah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain. Dekatlah, dan bersenderlah (bersandar) selalu kalian semua hanya kepada ALLAH,"
"Karena hanya Dia yang pasti bisa membawa kita ke sorga. Doakan bapak dan ibumu,”
Saya terdiam takut, tak dapat menahan air mata.Setelah istirahat sebentar, bapak melanjutkan pesannya:
"Bapak bangga pada kalian semua anak-anak bapak. Selama ini menemani bapak terus,""Bapak menyayangi kalian semua, tapi bapak harus kembali menghadap ILLAHI,” bapak berhenti sebentar terlihat capek, tapi saya tidak berani memotongnya, lalu bapak meneruskan lagi bicaranya.
“Teruskan apa yang sudah bapak lakukan, membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita,"
"Jaga baik-baik yayasan yang bapak bentuk. Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat,” berhenti sejenak.
"Bapak bangga pada kalian semua anak-anak bapak. Selama ini menemani bapak terus,""Bapak menyayangi kalian semua, tapi bapak harus kembali menghadap ILLAHI,” bapak berhenti sebentar terlihat capek, tapi saya tidak berani memotongnya, lalu bapak meneruskan lagi bicaranya.
“Teruskan apa yang sudah bapak lakukan, membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita,"
"Jaga baik-baik yayasan yang bapak bentuk. Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat,” berhenti sejenak.
“Jangan kalian pakai untuk keperluan keluarga.”
“Wis wuk, bapak capai, mau istirahat dulu.”
Saya peluk bapak erat, mencium tangannya, dan segera saya betulkan selimut beliau, dan bapak tidur dengan wajah yang tenang sekali.
Di dalam hati, saya berdoa, “Ya ALLAAAAAH,beri saya kekuatan dan kemudahan untuk melaksanakan keinginan bapak, aamiin.”
Sejujurnya saya tidak dapat berfikir dengan jernih saat itu. Hanya doa pada Sang Khalik, untuk kesembuhan bapak kami tercinta.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole
-
Tungguin Presiden Salat Jumat, Ibu Negara Iriana Joko Widodo Duduk Santui Di Emperan Masjid
-
Tidak Percaya Dengan Eksekutif, Anggota Dewan Siramkan Air Mineral Lalu Baku Hantam
-
Awan Dengan Warna Pelangi Antara Tajub Dan Heran
-
Misteri Jodoh, Abang-Abang Ternyata Pernah Jumpa Istri Pertama Kali Sebelas Tahun Yang Lalu Saat KKN
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Generative AI dan hubungannya dengan masa depan SEO
18 Juni 2023 20:26
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.