1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Siapa Sangka Begini Sebenarnya Derita Hidup Pasangan Slamet dan Rohaya

Penulis : Aleolea Sponge

15 Juli 2017 12:54

Pasangan pengantin baru asal Sumatera Selatan, Slamet Riyadi (16) dan nenek Rohaya (71) kini sedang menikmati bulan madunya.

Mereka terlihat selalu tampil mesra, seperti saat menginap di sebuah hotel berbintang di Palembang, lalu ke Jakarta untuk menghadiri undangan sebagai bintang tamu talkshow 'Hitam Putih' pada stasiun televisi Trans 7, Rabu (12/7/2017).

Setidaknya, dari pernikahannya yang booming itu, Slamet dan Rohaya bisa jalan-jalan ke ibu kota sekaligus nginap gratis di hotel berbintang.

Menurut Selamat, ia dan istrinya sangat menikmati fasilitas hotel yang memang tidak ada di rumahnya.

Tidur di atas kasur yang empuk dilengkapi televisi layar datar membuat keduanya melewati malam pengantin dengan sangat romantis.

Paginya, mereka juga tampak menikmati sarapan di hotel tersebut.

Sehari-hari, sepertinya mereke sangat sulit menikmati fasilitas mewah seperti itu.

Pasalnya, mereka tinggal di sebuah rumah yang hanya berukuran 4x5 meter atau seluas kamar tidur di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan.

Ketua RT setempat, Siswoyo mengatakan jika pasangan ini tidak memiliki harta atau kekayaan lainnya.

"Ibu Rohaya tidak ada harta, kecuali rumah ini,” kata Siswoyo.

Untuk makan sehari-hari, pasangan bekerja menjadi buruh membersihkan kebun bahkan kerja serabutan.

Seorang pemuda merencanakan pernikahan bermodalkan gaji senilai Rp 1,5 juta.

Tak disangka, setelah dijalani dengan berbagai perhitungan mendetail dan konsisten, pemuda tersebut kemudian menjadi seperti ini.

Tekad yang bulat untuk menikah di usia 27 tahun, membuat lelaki ini membuat perencanaan yang matang.

Kisah tersebut dibagikan oleh akun Ridwan Firdaus Hassan pada Facebook.

Rencana Menikah

Tahun 2010 saat saya menjadi PNS, dengan ijazah SMP gaji yang saya terima 1.050.000, di tambah uang kesra daerah 450.000. 

Total penghasilan sebulan saya 1.500.000.

Saat itu saya sedang giatnya menyusun skripsi untuk kelulusan saya. 

Kawan di kantor mengatakan saya bodoh karena saya kuliah S1 yg tidak akan berguna di pakai pada penyesuaian ijaazah Pegawai Negeri.

saya katakan “ilmu itu lebih baik daripada uang. 

Tidak kenapa-kenapa, saya kuliah bukan utk itu, tapi agar berilmu, karena Alloh swt menaikan derajat orang yg berilmu bukan ber-uang.

Usia saya saat itu sudah 25 tahun, dan ingin sekali bisa menikahdalam pada usia 27 tahun.

Jadi sejak itu saya menabung untuk membiayai sendiri perniakahan saya.

Saya dari keluarga tak mampu, yang sangat yakin bapak dan emak di rumah tak akan mampu membiayai pernikahan saya. 

Karena utk makan saja kami saja sudah susah. 

Kuliah pun saya membiayai diri sendiri, persemester sebesar 750.000, yang saya bayar dari menabung 100.000 sebulan.

Penghasilan 1.500.000 itu saya atur agar cukup membiayai hidup saya sehari hari. 

Dengan rincian pada gambar itu.

Saya hanya bisa menabung biaya Menikah sebulan 450.000, setelah mengatur segala aspek, dari member ibu, membeli buku hingga kebutuhan lain yang tak kalah penting .

Jika setahun akan terkumpul 5.400.000. 

jika berniat menikahpada usia 27, artinya saya hanya bisa menabung 2 tahun, dan kemungkinan hanya terkumpul dana 10.800.000. 

(saya pesimis uang segitu cukup membiayai pernikahan saya).

Tapi ya saya nabung saja, cukup ndak cukup nanti deh di usahakan cukup.

Inshaa Alloh yang mencukupkan Alloh swt yg memerintahkan ibadah pernikahan.

Tahun berganti, gaji saya naik, tabunganpun naik.

Penghasilan lain dari mereparasi Komputer laptop, bimbingan skripsi sahabat, membantu photocopy mata kuliah, hingga usaha jualan es kelapa muda saya coba utk menaikan penghasilan demi mencukupkan biaya menikah.

Tabungan saya mentok pada angka 15.000.000 saja.

Itupun saya simpan dalam bentuk emas, saya titip di toko perhiasan sahabat baik saya.

Karena jika tidak, Uang tabungan saya pasti tak akan bertambah. 

Ketidak enakan utk mengatakan tidak pada kawan yang membutuhkan uang utk bayar spp atau membayar sewa kost nya.

Saya telat menikah, target usia 27 tahun menjadi usia 29 tahun.

Itupun mendadak tanpa rencana.saya menikahi wanita yang hanya saya kenal sebulan saja.

Saya tak ambil pusing tentang biaya biaya, atau siapa wanita itu, alimkah atau dari ningratkah. 

Tuhan, saya ingin nikah, tolong bantu saya ya..

Dan yaps,, saya menikah juga (akhirnya ada yg mau dengan saya). Tentang berapa biaya yg dihabiskan Alhamdulillah dibantu Alloh swt dari tangan sahabat yang sangat baik kepada saya.

“Jika kau ingin menikah kawan, cobalah merencanakannya. Lalu hitung biaya biayanya, kapan, tata cara menikahnya, dimana dan dengan siapa kau menikah.

Tulis saja di buku harianmu sekarang. 

Lalu baca setelah selesai sholat, minta Alloh swt mengabulkannya. 

Baca sesering mungkin, berdoa sebanyak mungkin.

Lakukan usaha yang membuat apa yg kau tulis itu terwujud, seperti menabung, atau bekerja lebih giat utk mendapat penghasilan lain yg mencukupi biaya pernikahan itu.

Dan biarkan usaha dan doamu di ijabah Allah SWT dengan cara-Nya. 

Kau tak pernah gagal, jika tak berusaha. 

Kau lebih baik gagal daripada tak pernah mencoba dan berusaha sama.

SUMBER

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya