1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Ternyata inilah sosok di balik merdua suara Lantunan Puja Trisandya di Radio dan TV Sejak 1971

Penulis : Aleolea Sponge

20 Mei 2017 08:57

Masyarakat Bali pasti sering mendengar lantunan bait-bait Puja Trisandya setiap pukul 06.00 Wita, pukul 12.00 Wita, dan pukul 18.00 Wita, yang disiarkan hampir di seluruh saluran televisi.

Rekaman Puja Trisandya tersebut dikenal memiliki lantunan suara indah dan sangat merdu. Siapakah pemilik suara tersebut?

Waktu menunjukkan pukul 09.00 Wita, ketika Tribun Bali berkunjung ke Griya Kulon di Desa Aan, Banjarangkan, Klungkung, Bali, Kamis (18/5/2017).

Ketika itu, griya yang terletak di sebelah utara jalan raya Desa Aan tersebut tampak lenggang.

Hanya terdapat dua orang tukang bangunan yang sedang bekerja di halaman griya.

Tidak berselang lama, terdengar bait-bait mantra yang dilantunkan dengan suara vokal yang berat.

Alunan bait demi bait mantra tersebut terdengar sangat merdu dan memiliki ritme yang sangat berkarakter.

Setelah diperhatikan, mantra tersebut dilantunkan oleh Ida Pedanda Gede Made Tembau yang ketika itu sedang melaksanakan ritual Surya Sewana.

Ida Pedanda Gede Made Tembau merupakan sosok sulinggih yang dikenal memiliki karakter suara yang sangat khas saat melantunkan mantra. Karena itulah, sulinggih yang juga mantan Kepala SDN 1 Akah tersebut dipercaya untuk merekam suaranya saat melantunkan Puja Trisandya.

Hingga saat ini rekaman tersebut digunakan oleh seluruh saluran televisi dan radio saat penayangan Puja Trisandya.

Bahkan, seluruh rekaman lantunan Puja Trisandya yang di dengar masyarakat di nusantara saat ini, sebagaian besar merupakan rekaman suara dari Ida Pedanda Gede Made Tembau.

Sekitar 30 menit melaksanakan ritual Surya Sewana, Ida Pedanda Gede Made Tembau tampak mengganti pakaiannya.

Ia keluar dari merajan dengan menggenakan pakaian serba putih, dan langsung menyapa setiap warga yang berkunjung ke griyanya.

Ia pun tampak ramah dan sangat antusias ketika diwawancara perihal pengalamannya saat rekaman lantunan Puja Trisandya.

“Saya rekaman Puja Trisandya itu pertama kali sekitar tahun 1971. Saat itu saya rekamannya di Radio Republik Indonesia atas permintaan dari PHDI Bali,” ujar Ida Pedanda Gede Made Tembau ketika diwawancara di Bale Gede miliknya.

Ia menceritakan, pada era tahun 1950, sekolah-sekolah umum di Bali tidak ada yang secara khusus mengajarkan pendidikan agama, terlebih Trisandya.

Sekolah yang mengajarkan pelajaran agama Hindu hanya beberapa seperti SMP Dwijendra, dan Sekolah Pendidikan Agama Hindu.

Trisandya baru dipopulerkan setelah peristiwa G30SPKI, atau setelah era tahun 1966.

Trisandya ketika itu dipopulerkan di masyarakat, berbarengan dengan salam “Om Swastiastu”.

Menurutnya, orang pertama yang merekam lantunan Puja Trisandya sebenarnya adalah almarhum Ida Pedanda Gede Oka Puniadmaja dari Griya Pidada Klungkung yang ketika itu menjadi pengurus di PHDI Bali dan sempat menjadi anggota DPR RI.

Beberapa tahun berjalan, kaset rekaman lantunan Puja Trisandya satu-satunya dari Ida Pedanda Gede Oka Puniadmaja tersebut ternyata rusak, sehingga harus dibuat rekaman baru.

“Tahun 1971, PHDI pun menunjuk saya untuk rekaman melantunkan Puja Trisandya di RRI Denpasar, yang saat itu beralamat di Jalan Melati, Denpasar. Saat itu saya masih kuliah di IHD (Institut Hindu Dharma) dan saya dipilih karena suara saya dipandang mirib dengan suara almahum Ida Pedanda Gede Oka Puniadmaja,” jelas Ida Pedanda Gede Made Tembau.

Hal itu pun disanggupi oleh Ida Pedanda Gede Made Tembau yang saat walaka bernama Ida Bagus Gede Diksa.

Saat rekaman Puja Trisandya tersebut, ia diiringi alunan genta oleh Ida Pedanda Pidada Keniten.

Rekaman inilah yang sempat mejadi rujukan dan diperdengarkan selama beberapa tahun di Radio Republik Indonesia Denpasar.

Setelah sekian lama, kaset yang berisikan rekaman Puja Trisandya tersebut kembali rusak.

Puja Trisandya pun sempat memasuki masa vakum selama beberapa tahun.

Hingga tahun 1989, Ida Pedanda Gede Made Tembau kembali diminta untuk melakukan perekaman Puja Trisndya untuk yang kedua kalinya.

Kali ini, proses rekaman dilakukan di TVRI untuk mengisi siaran Puja Trisandya di televisi.

Mulai saat itu, lantunan rekaman Puja Trisandya oleh Ida Pedanda Gede Made Tembau disiarkan setiap hari di saluran TVRI Bali.

Pembaharuan rekaman juga dilakukan kembali pada tahun 1992.

Lagi-lagi Pedanda Gede Made Tembau dipercaya untuk mengisi suara lantunan Trisandya yang direkam di RRI Denpasar.

“Rekaman tersebut pun bertahan hingga saat ini, dan masih diperdengarkan oleh RRI Denpasar,” terangnya.

Tahun 2015, semua stasiun televisi mulai menayangkan siaran Puja Trisandya.

Setiap stasiun televisi pun memiliki rekaman lantunan Puja Trisandya yang berbeda-beda.

Alhasil, lantuan Puja Trisandya di setiap stasiun televisi berbeda antara satu dan lainnya.

Hal ini pun mendapatkan respons dari masyarakat.

Saat itu surat dari warga membanjiri PHDI Klungkung, yang isinya meminta agar lantunan Puja Trisandya di televisi diseragamkan.

Hal ini pun ditanggapi oleh Ketua PHDI Provinsi Bali, Gusti Ngurah Sudiana.

Diputuskanlah, kembali dilakukan perekaman lantunan Puja Trisandya untuk keseragaman di setiap saluran televisi swasta dan nasional.

Perekaman pun kembali dilakukan pada tahun 2016 lalu, dan Ida Pedanda Gede Made Tembau yang sudah berusia senja, kembali dipercaya untuk mengisi lantunan suara Puja Trisandya tersebut.

Rekaman yang terakhir ini bahkan dilakukan langsung di kediaman Pedanda Gede Made Tembau, yakni di Griya Kulon, Desa Aan, dengan juga melibatkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

“Saya sempat tanya, mengapa rekaman dilakukan di kediaman saya? Karena hasilnya pasti kurang bagus, karena di sini tidak ada peredam suara dan alat yang memadai. Namun, ketika itu katanya ada keterbatasan anggaran, sehingga rekaman cukup dilakukan di kediaman saya. Walau demikian, saya tetap jalani rekaman tersebut, walau menurut saya hasilnya masih kurang bagus. Rekaman saya yang terakhir suaranya agak tinggi, kalau mau dengar yang paling bagus menurut saya rekaman lantunan Trisandya yang masih disiarkan di TVRI hingga saat ini,” ujarnya.

Selama dipercaya melantunkan Trisandya, Ida Pedanda Gede Made Tembau mengaku tidak memiliki tips yang mengkhusus untuk membuat alunan berkarakter.

Menurutnya, suara merupakan karunia Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga setiap orang memiliki karakter lantunan suara yang berbeda-beda.

Namun mempertahankan karakter suara tersebut perlu latihan pernapasasan yang rutin.

Untuk latihan pernapasan, ia mengaku belajar dari maestro Ida Bagus Ngurah yang terkenal sebagai dalang Buduk.

Menurutnya, untuk mendapatkan suara yang pas saat melantunkan Puja Trisadnya sebaiknya dilakukan dengan posisi kepala dan tubuh yang tegap.

“Saya terlahir di lingkungan sulinggih. Sejak kecil saya setiap hari mendengarkan lantunan mantra-mantra dari kakek dan orangtua. Jadi terbiasa dan sudah memiliki karakter sendiri dari leluhur. Tapi jika terkait inspirasi, hingga saat ini saya sangat terinspirasi dengan lantunan Puja Trisadnya dari almahum Ida Pedanda Gede Keniten, dari Griya Jumpung Anyar Dawan. Hingga saat ini, saya belum pernah mendengar lantunan mantra-mantra semerdu dan seindah yang dilantunkan almahum Ida Pedanda Gede  Keniten,” terang sulinggih yang mediksa tahun 2014 ini.

sumber

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya