1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Tiba di rumah, jenazah salah satu pekerja ini disambut isak tangis, sang ibu histeris 'siapa yang menembakimu'

Penulis : Moana

8 Desember 2018 12:42

31 pekerja jembatan tewas dibunuh KKB

Minggu, 2 Desember 2018, Indonesia dikejutkan dengan peristiwa tragis yang terjadi di Papua. 31 orang pekerja jembatan di Nduga dan seorang anggota TNI tewas usai dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

31 pekerja yang meninggal tersebut merupakan karyawan BUMN PT Istaka Karya. Pembunuhan 31 pekerja itu terjadi di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

2 dari 10 halaman

Pembantaian dilakukan oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya

Dari keterangan yang diberikan oleh Kodam XVII/Cendrawasih Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) di Kabupaten Nduga lah yang bertanggung jawab atas pembantaian 31 pekerja pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua tersebut. Kelompok itu sendiri dipimpin oleh seorang pria yang bernama Egianus Kogoya.

Egianus ternyata selama ini disebut aparat kepolisian dan TNI memiliki catatan rapor merah dengan serangkaian aksi penembakan yang terjadi di wilayah Papua. Selain itu, Egianus bersama 40 orang para anggotanya juga sempat menyerang Pos TNI yang ada di Mbua, yang jaraknya sekitar 2 jam berjalan kaki dari tempat dibunuhnya para pekerja jembatan tersebut. Dan dari penyerangan itu, salah seorang anggota TNI meninggal dunia.

“Jadi kemarin mereka juga menyerang pos TNI dan satu orang prajurit kita gugur dan satu luka-luka,” ungkapnya.
3 dari 10 halaman

Helikopter TNI ditembak

Sebelumnya saat tim Nanggala dari TNI melakukan evakuasi terhadap jenazah Serda Anumerta Handoko, helikopter yang mereka gunakan ditembaki oleh kelompok separatis (KKB). Baling-baling helikopter pun terkena tembakan.

Kapolda Papua Irjen Pol Martuani Sormin Siregar mengatakan bahwa sekitar pukul 10.00 WIT, tiga unit helikopter dengan tim Naggala berangkat dari Kabupaten Mimika menuju ke Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga yang merupakan lokasi pembantaian pegawai PT Istaka Karya yang sedang mengerjakan proyek Trans Papua.

Martuani mengatakan bahwa saat berada di Puncak Kabo, helikopter milik TNI itu ditembaki oleh kelompok separatis dari arah puncak. Anggota yang ada di dalam helikopter pun kemudian memberikan tembakan balasan.

“Karena ada tembakan dari arah Puncak Kabo, maka Tim Nanggala melakukan tembakan balasan dari helikopter. Ada satu helikopter jenis Bell yang baling-balingnya terkena tembakan dari kelompok KKB,” ungkapnya.


4 dari 10 halaman

Jenazah Serda Anumerta Handoko berhasil di evakuasi

Martuani juga mengatakan bahwa bahan bakar minyak (BBM) helikopter sempat habis. Hingga akhirnya helikopter melakukan refueling (pengisian BBM) sekaligus mengevakuasi jenazah Serda Anumerta Handoko. Jenazah Serda Handoko sempat dievakuasi ke Kenyam dan selanjutnya diterbangkan ke Timika.

“Jadi jenazah sudah dievakuasi ke Kenyam selanjutnya akan dibawa ke Timika, Kabupaten Timika,” terangnya.

Jenazah Serda Anumerta Handoko akhirnya berhasil dievakuasi ke Timika menggunakan helikopter. Dan di dalam helikopter itu ada seorang anggota TNI yang mengalami luka tembak akibat serangan di Pos TNI Mbua. Jenazah Serda Anumerta Handoko tiba di Hanggar Bandara Mozes Kilangin Timika pada pukul 15.00 WIB. Hanggar Bandara Mozes Kilangin pun dijaga dengan ketat. Bahkan para awak media pun dilarang mengambil gambar.

Dal selanjutnya jenazah Serda Anumerta Handoko akan dibawa ke Markas Brigade Infanteri 20 Ima Jaya Keramo untuk disemayamkan sebelum diterbangkan ke Sorong, Papua Barat, pada Kamis, 6 Desember 2018.
5 dari 10 halaman

Sebanyak 15 jenazah ditemukan

Pada Rabu, 5 Desember 2018, tim evakuasi berhasil menemukan 15 jenazah para pekerja jembatan yang menjadi korban pembantaian KKB di Nduga. Lima belas jenazah tersebut ditemukan di Puncak Kabo, Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Dan dari semua jenazah yang ditemukan tersebut dipastikan bahwa memang benar merupakan karyawan PT Istaka Karya yang bekerja untuk pembangunan jembatan Kali Yigi-Kali Aurak atau bagian proyek pembangunan jalan Trans Papua.

“Proses evakuasi jenazah segera dilakukan. Itu semua tergantung cuaca. Kalau cuaca di Wamena bagus maka kita bawa ke sini. Tapi kalau tidak, kita upayakan ke Timika,” ungkap Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Kol. Jonatan Binsar P Sianipar.
6 dari 10 halaman

Tiba di rumah salah satu jenazah disambut isak tangis

Beberapa jenazah yang berhasil dievakuasi kemudian dibawa ke kampung halaman mereka. Dan salah satu jenazah yang sudah diserahkan ke keluarganya adalah Efri Junaidi Simaremare alias Jefri.

Jenazah Jefri tiba di rumahnya di Dusun I, Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdangbedagai, Sumatera Utara pada Sabtu, 8 Desember 2018. Kedatangan jenazah Jefri pun disambut isak tangis oleh keluarganya.
7 dari 10 halaman

Ibu Jefri histeris

Melihat anaknya kembali ke rumah dalam keadaan tak bernyawa, ibunda Jefri, Sonti Br Sirait pun langsung histeris. Begitu sirine mobil ambulan berbunyi dan mendekati ke areapekarangan rumah mereka, suara tangis Sonti pun semakin nyaring.

Bukan hanya Sonti tapi keluarga yang lain seperti kakak dan adik korban juga ikut menangis menyambut kedatangan jenazah Jefri. Bahkan, Sonti sempat berteriak siapa yang sudah menembaki anaknya tersebut hingga harus kehilangan nyawanya.

"Oooo Efri, ise do namanembaki ho Efri (siapalah yang menembakimu Jefri)," teriak Sonti.
8 dari 10 halaman

Sonti tak percaya anaknya meninggal dengan cepat

Bukan hanya itu, Sonti juga mengucapkan banyak kalimat saat jenazah sang putra datang. Sonti juga berpendapat mengapa anaknya harus menjadi korban. Bahkan berulang kali juga ia memeluki peti putih tempat anaknya itu dibuat. Seolah masih tak percaya dengan kepergian anaknya, Sonti pun berulang kali melengketkan pipinya itu ke peti.

"Na cepat maho lao amang (cepat kali kau pigi nak)," tangis ibunya berulang-ulang.

Namun, sesekali Sonti berhenti menangis setelah mendapat nasihat dan pelukan dari keluarganya dan para tetangganya yang mencoba menenangkannya.
9 dari 10 halaman

Jefri anak kedua dari empat bersaudara

Kakak Jefri, Teti Marlina Maremare (31) kemudian menceritakan bahwa dirinya dan Jefri itu empat bersaudara. Teti adalah anak pertama dan Jefri anak kedua. Pada Jum'at, 7 Desember 2018 lalu, Teti sempat mengatakan bahwa jenazah sang adik akan dimakamkan di belakang rumah mereka.

"Kami empat bersaudara, saya anak pertama dan dia yang ke dua. Rencananya besok (hari ini) jenazahnya tiba di rumah kami. Mau kami makamkan di belakang rumah rencananya," ujar Teti.
10 dari 10 halaman

Sudah 5 tahun bekerja di Papua

Teti kemudian menceritakan bahwa Jefri memang sudah cukup lama merantau ke Papua. Menurut keterangan dari Teti, Jefri sudah bekerja di Papua selama 5 tahun terakhir. Selama bekerja di Papua, Jefri belum pernah sekali pun pulang. Teti mengatakan bahwa sebelum kejadian tersebut, Jefri sempat menghubungi ibunya dan mengatakan akan pulang untuk merayakan natal dan tahun baru bersama keluarganya.

"Rencananya dia mau pulang ya bulan ini. Akhir bulan kemarin dia nelpon mamak. Dibilangnya dia mau natal dan tahun baru di kampung. Dibilangnya sama mamak, aku pulang ya mak tapi aku tidak bawa apa-apa katanya. Ya mamak pun bilang ya pulang lah, enggak apa-apa katanya gitu. Tapi itulah rupanya mayatnya yang mau datang," kata Teti.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya