Kepatuhan Berobat: Kunci Utama Kualitas Hidup Pasien Bipolar dan Skizofrenia
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa FKUI-RSCM menekankan pentingnya kepatuhan berobat bagi pasien gangguan bipolar dan skizofrenia untuk mencegah kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup.

Jakarta, 14 Mei 2024 (ANTARA) - Kepatuhan dalam pengobatan menjadi kunci utama bagi pasien gangguan bipolar (GB) dan skizofrenia untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini ditekankan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa FKUI-RSCM, Dr. dr. Khamelia Malik, SpKJ(K), dalam diskusi media di Jakarta, Rabu lalu. Beliau menjelaskan bahwa ketidakpatuhan berobat merupakan masalah besar yang perlu segera diatasi, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan mental pasien.
Menurut Dr. Khamelia, ketidakpatuhan pengobatan pada pasien GB dan skizofrenia di Indonesia sangat umum terjadi. Kondisi ini berisiko meningkatkan berbagai komplikasi kesehatan, mulai dari kekambuhan penyakit hingga potensi tindakan menyakiti diri sendiri atau orang lain. Oleh karena itu, kepatuhan berobat menjadi faktor krusial yang menentukan keberhasilan pengobatan dan peningkatan kualitas hidup pasien.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa konsekuensi ketidakpatuhan pengobatan sangat besar, terutama bagi pasien dewasa. Pada pasien GB, ketidakpatuhan dapat meningkatkan risiko kekambuhan, rawat inap, dan bahkan bunuh diri. Sementara pada pasien skizofrenia, ketidakpatuhan dapat memperburuk gejala psikotik dan meningkatkan risiko tindakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. "Temuan ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup," tegas Dr. Khamelia.
Mengatasi Tantangan Kepatuhan Berobat
Meskipun pengobatan sangat penting, Dr. Khamelia mengakui adanya beberapa tantangan yang menyebabkan ketidakpatuhan pasien. Kurangnya kesadaran dan pemahaman akan penyakit, efek samping obat seperti mengantuk, kenaikan berat badan, dan masalah gerakan tubuh, serta stigma sosial yang masih melekat, menjadi beberapa faktor penghambat.
Namun, beliau memberikan kabar baik. "Saat ini telah tersedia obat-obat inovatif yang meminimalkan efek samping tersebut," ujarnya. Artinya, pasien tidak perlu lagi menanggung efek samping yang berat sehingga diharapkan kepatuhan berobat dapat meningkat. Selain pengobatan medis, strategi coping yang adaptif juga sangat penting. Pasien perlu belajar mencari dukungan sosial, memecahkan masalah, dan mengelola stres secara efektif.
Terapi psikososial juga memegang peranan penting. Edukasi tentang penyakit, skrining rutin untuk mendeteksi ide bunuh diri, dan pemantauan kondisi melalui aplikasi teknologi untuk memonitor mood, kualitas tidur, dan pengingat konsumsi obat, sangat direkomendasikan. Psikoterapi juga dapat membantu menstabilkan kondisi mental pasien.
Dukungan keluarga dan lingkungan juga tak kalah penting. Psikoedukasi bagi keluarga dan lingkungan sekitar pasien sangat membantu dalam memahami dan mendukung pasien dengan lebih baik. Dukungan ini akan meningkatkan harapan, memberdayakan pasien, dan mendorong inklusi sosial.
Pentingnya Dukungan Holistik
Kesimpulannya, kepatuhan berobat, dikombinasikan dengan strategi coping yang efektif, terapi psikososial yang tepat, dan dukungan yang kuat dari keluarga dan lingkungan, merupakan kunci utama bagi pasien GB dan skizofrenia untuk menjalani kehidupan yang produktif dan berkualitas. Dengan pendekatan holistik ini, pasien dapat meminimalisir risiko kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan. Peran tenaga medis, keluarga, dan masyarakat sangat penting dalam mendukung pasien untuk mencapai hal tersebut.
Pasien dewasa dengan GB dan skizofrenia tetap mampu beraktivitas dan memiliki kualitas hidup yang baik jika mereka konsisten dalam pengobatan dan menerapkan strategi penangan yang tepat. Dukungan dari berbagai pihak sangat krusial untuk keberhasilan pengobatan dan peningkatan kualitas hidup pasien.