116 Kasus Kebakaran di Jakarta Diatasi Warga, Program GEMPAR Dicanangkan
Dinas Gulkarmat DKI Jakarta melaporkan 116 dari 526 kasus kebakaran berhasil diatasi warga menggunakan APAR; program GEMPAR untuk mendorong kepemilikan APAR di setiap rumah diluncurkan.
Jakarta, 22 April 2025 - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengumumkan keberhasilan warga dalam menangani 116 dari 526 kasus kebakaran di Jakarta pada tahun 2025. Keberhasilan ini berkat penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) oleh masyarakat, sehingga kerugian yang ditimbulkan relatif kecil. Program ini menjadi bagian dari upaya pencegahan kebakaran di Jakarta dan menjadi fokus utama program 100 hari kerja Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Saepuloh, menjelaskan efektivitas penanganan kebakaran oleh masyarakat menggunakan APAR. "Penanganan kebakaran itu berhasilnya tatkala masyarakat bisa memadamkannya sehingga konsekuensi dan kerugian yang ditimbulkan kebakaran itu relatif kecil," ujar Saepuloh dalam acara 'Cegah Kebakaran Mulai dari Rumah: GEMPAR, Aksi Nyata Punya APAR!'. Program GEMPAR (Gerakan Masyarakat Punya APAR) ini diharapkan dapat mengurangi dampak kebakaran di Jakarta.
Program GEMPAR, yang dicanangkan sebagai proyek percontohan di Jakarta Selatan pada tahun 2025, akan diimplementasikan secara menyeluruh di Jakarta setelah terbitnya Instruksi Gubernur (Ingub). Ingub tersebut menginstruksikan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta untuk memiliki APAR dan mengimbau masyarakat untuk melakukan hal yang sama. Pemprov DKI Jakarta menargetkan sekitar 60.000 APAR tersedia di seluruh 30.000 RT di Jakarta.
Program GEMPAR dan Risiko Kebakaran di Jakarta
Data spasial risiko kebakaran dari Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa 1,2 persen wilayah DKI Jakarta memiliki risiko kebakaran sangat tinggi. Wilayah dengan risiko tinggi terkonsentrasi di Jakarta Barat (Kecamatan Tambora dan Taman Sari), Jakarta Pusat (Kecamatan Tanah Abang dan Johar Baru), dan Jakarta Selatan (Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak). Sebaliknya, Jakarta Timur dan Jakarta Utara memiliki risiko kebakaran yang relatif rendah. Data ini didasarkan pada kepadatan jaringan listrik, kepadatan jaringan jalan, kepadatan penduduk, dan infrastruktur.
Pengadaan APAR dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Saepuloh berharap Ingub terkait APAR segera disahkan untuk mempercepat implementasi program GEMPAR. Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat lebih siap menghadapi potensi kebakaran dan dapat meminimalisir kerugian.
Masyarakat juga didorong untuk aktif berpartisipasi dalam upaya pencegahan kebakaran. Hal ini ditekankan oleh Sekretaris Relawan Pemadam Kebakaran Kelurahan Palmerah, Jakarta, Maman Suherman. "Setiap bulan dilakukan sosialisasi pada masyarakat sekaligus pelatihan yang didampingi Dinas Gulkarmat," kata Maman, menekankan peran penting relawan dalam edukasi dan pelatihan pencegahan kebakaran.
Peran Relawan dalam Pencegahan Kebakaran
Relawan pemadam kebakaran berperan aktif dalam menekan kejadian kebakaran melalui edukasi dan pelatihan rutin kepada masyarakat. Mereka memberikan pemahaman tentang bahaya kebakaran dan cara pencegahannya. Kerja sama antara masyarakat, relawan, dan Dinas Gulkarmat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dari bahaya kebakaran.
Dengan adanya program GEMPAR dan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan jumlah kasus kebakaran di Jakarta dapat terus ditekan. Keberhasilan 116 kasus kebakaran yang ditangani warga sendiri menjadi bukti nyata efektivitas program ini dan pentingnya peran APAR dalam pencegahan dan penanganan kebakaran.
Ke depannya, edukasi dan pelatihan kepada masyarakat akan terus ditingkatkan untuk memastikan kesiapsiagaan menghadapi potensi kebakaran. Kerja sama yang baik antara pemerintah, relawan, dan masyarakat sangat krusial dalam mewujudkan Jakarta yang aman dari ancaman kebakaran.