Pemkot Jaktim Intensifkan Pengawasan PSN Cegah DBD, 524 Kasus Tercatat hingga April
Pemkot Jakarta Timur perkuat pengawasan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di tingkat kelurahan untuk mencegah merebaknya Demam Berdarah Dengue (DBD) setelah tercatat 524 kasus hingga April 2025.

Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) gencar melakukan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan meningkatkan pengawasan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di tingkat kelurahan. Hal ini dilakukan menyusul tercatatnya 524 kasus DBD di wilayah Jakarta Timur hingga 16 April 2025, dengan satu korban meninggal dunia. Pengawasan intensif ini melibatkan berbagai pihak, termasuk kader jumantik dan lintas sektor terkait.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Herwin Meifendy, menjelaskan bahwa pengawasan PSN-3M Plus dilakukan secara serentak setiap Jumat. "Kami menugaskan koordinator wilayah (korwil) DBD tingkat kota untuk melakukan monitoring pelaksanaan PSN-3M secara serentak setiap hari Jumat," ujar Herwin. PSN-3M Plus sendiri merupakan metode pemberantasan sarang nyamuk dengan cara Menguras, Menutup, dan Memanfaatkan kembali, serta ditambah upaya pencegahan lainnya.
Langkah ini bertujuan untuk mengurangi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, penyebab utama DBD. Pengawasan melibatkan kader jumantik mandiri yang bertugas di lingkungan rumah masing-masing, dan kader jumantik kelurahan yang melakukan pemantauan rutin ke rumah warga setiap minggu. Kerja sama lintas sektor juga dimaksimalkan untuk memastikan efektivitas program pencegahan ini.
Pengawasan dan Surveilans DBD di Jakarta Timur
Selain pengawasan PSN, Sudin Kesehatan Jakarta Timur juga memperkuat surveilans kasus dan surveilans vektor DBD. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kecepatan respon terhadap laporan kasus dan memastikan intervensi yang tepat dan cepat. Sistem kewaspadaan dini juga dijalankan dengan analisis situasi DBD rutin setiap minggu. Informasi ini kemudian disampaikan kepada pemangku wilayah, lintas sektor terkait, dan masyarakat.
Tujuannya adalah untuk segera mengambil langkah intervensi jika terjadi peningkatan kasus di suatu wilayah. "Agar segera dilakukan langkah intervensi jika terjadi peningkatan kasus di wilayahnya. Kami juga melakukan tindak lanjut penanggulangan setiap laporan kasus DBD baik dari masyarakat maupun rumah sakit," jelas Herwin. Pemkot Jaktim juga aktif melakukan tindak lanjut terhadap setiap laporan kasus DBD, baik dari laporan masyarakat maupun rumah sakit.
Herwin menambahkan bahwa warga diimbau untuk segera melapor ke puskesmas jika ada kasus DBD di lingkungan sekitar. Warga juga diminta untuk segera membawa anggota keluarga yang menunjukkan gejala DBD ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat dan cepat. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi dan mengurangi angka kematian akibat DBD.
Distribusi Kasus DBD di Jakarta Timur
Berdasarkan data yang disampaikan, kasus DBD di Jakarta Timur hingga 16 April 2025 terbanyak terjadi di Kecamatan Kramat Jati (74 kasus), diikuti Cakung (70 kasus), Ciracas (62 kasus), Jatinegara (61 kasus), dan Pulogadung (60 kasus). Kecamatan lainnya yang juga terdampak cukup signifikan antara lain Pasar Rebo (49 kasus), Matraman (47 kasus), Cipayung (39 kasus), Duren Sawit (33 kasus), dan Makasar (21 kasus).
Herwin juga menekankan bahwa kelompok usia sekolah dan usia kerja merupakan kelompok yang paling rentan terhadap DBD. Hal ini disebabkan oleh mobilitas tinggi kelompok usia tersebut yang meningkatkan risiko penularan. "Kasus DBD terbanyak adalah di usia sekolah dan usia kerja, hal ini dikarenakan usia tersebut mempunyai tingkat mobilisasi yang tinggi sehingga mempunyai resiko penularan yang tinggi," ungkap Herwin. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan edukasi kepada masyarakat di kelompok usia ini perlu ditingkatkan.
Pemkot Jaktim terus berkomitmen untuk menekan angka kasus DBD di wilayahnya. Dengan memperkuat pengawasan PSN, surveilans, dan edukasi kepada masyarakat, diharapkan angka kasus DBD dapat ditekan dan masyarakat terlindungi dari penyakit yang mematikan ini. Pencegahan dan penanganan yang cepat dan tepat menjadi kunci utama dalam melawan DBD.