198 Kasus DBD di Tulungagung, Empat Anak Meninggal
Dinas Kesehatan Tulungagung mencatat 198 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam dua bulan terakhir dengan empat anak meninggal, peningkatan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tulungagung, Jawa Timur, 21 Februari 2025 - Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menjadi ancaman serius di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Dalam dua bulan terakhir, tepatnya Januari hingga pekan ketiga Februari 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat sebanyak 198 kasus DBD. Yang lebih memprihatinkan, empat anak, termasuk satu balita, meninggal dunia akibat penyakit ini. Kejadian ini terjadi di tiga kecamatan, yakni dua kasus di Kecamatan Pakel, dan masing-masing satu kasus di Kecamatan Sumbergempol dan Kedungwaru.
Meningkatnya angka kematian akibat DBD di Tulungagung menjadi perhatian serius. Pada tahun 2023 tercatat tiga kasus kematian, meningkat drastis menjadi 17 kasus pada tahun 2024, dan kini telah mencapai empat kasus kematian di awal tahun 2025. "Dalam satu bulan rata-rata terdapat dua kasus kematian dan kami masih memiliki sepuluh bulan ke depan," ungkap Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardhani.
Rincian kasus DBD menunjukkan 154 kasus terjadi pada bulan Januari dan 44 kasus hingga pekan ketiga Februari. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Pihak Dinkes pun gencar melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.
Upaya Pencegahan dan Penanganan DBD di Tulungagung
Sebagai langkah utama, Dinkes Tulungagung gencar mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus: menguras, menutup, mengubur, dan menambahkan plus berupa menaburkan larvasida, serta memastikan lingkungan tetap bersih. Pemkab Tulungagung juga telah mengeluarkan imbauan serupa, menekankan peran penting tokoh masyarakat, termasuk kepala desa, dalam mengajak warganya untuk aktif melakukan PSN.
"PSN serentak yang dilakukan warga terbukti mampu menekan penularan DBD hingga 75 persen," tegas Desi Lusiana Wardhani. Namun, fogging atau pengasapan hanya dilakukan sebagai upaya terakhir setelah penyelidikan epidemiologi membuktikan adanya penularan dalam radius 200 meter dengan minimal dua kasus positif. "Fogging bukan solusi utama, karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Pencegahan utama tetap dengan PSN" jelasnya.
Dinkes juga menyadari potensi penularan DBD di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, Dinkes akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung agar sekolah-sekolah rutin melakukan PSN. "Dengan PSN di sekolah, risiko penularan DBD pada anak-anak dapat ditekan," tambah Desi.
Pentingnya Peran Masyarakat dalam Penanggulangan DBD
Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci utama dalam mencegah penyebaran DBD. Partisipasi aktif dalam PSN, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar, sangat penting untuk memutus rantai penularan penyakit ini. Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan untuk menekan angka kasus DBD dan mencegah jatuhnya korban jiwa.
Selain itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pencegahan DBD perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, mengenali gejala awal DBD, dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan. Dengan demikian, penanganan DBD dapat dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga dapat meminimalisir angka kematian.
Peningkatan pengawasan dan deteksi dini juga sangat krusial. Pemantauan kasus DBD secara berkala perlu dilakukan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berisiko tinggi dan segera melakukan intervensi yang tepat. Dengan upaya yang terintegrasi dan komprehensif, diharapkan kasus DBD di Tulungagung dapat ditekan dan angka kematian dapat diminimalisir.
Pemerintah daerah juga perlu mengalokasikan anggaran yang cukup untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian DBD. Hal ini meliputi penyediaan alat dan bahan untuk PSN, pelatihan bagi petugas kesehatan, serta sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Dengan dukungan yang memadai, upaya pencegahan dan pengendalian DBD akan lebih efektif dan berkelanjutan.
Angka kematian akibat DBD yang meningkat di Tulungagung menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih peduli dan aktif dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Mari bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan DBD untuk melindungi keluarga dan masyarakat dari ancaman penyakit mematikan ini.