Fogging di SDN 2 Ketanon Tulungagung Usai Siswa Meninggal Akibat DBD
Dinas Kesehatan Tulungagung melakukan fogging di SDN 2 Ketanon setelah seorang siswa meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD), langkah ini dilakukan setelah ditemukan dua kasus DBD dalam radius 200 meter.

Seorang siswa SDN 2 Ketanon, Tulungagung, Jawa Timur, meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD). Kejadian ini mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung untuk melakukan fogging atau pengasapan di sekolah tersebut pada Jumat, 21 Februari 2024. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memutus rantai penularan penyakit yang mematikan ini.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardhani, menjelaskan bahwa fogging merupakan langkah terakhir yang ditempuh. "Pengasapan dilakukan jika ditemukan setidaknya dua kasus dalam radius 200 meter dan ada bukti penularan berdasarkan penyelidikan epidemiologi," ujarnya. Langkah ini diambil setelah ditemukan lebih dari satu kasus DBD di sekitar SDN 2 Ketanon.
Namun, Desi menekankan bahwa pencegahan yang paling efektif adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara berkala. PSN harus dilakukan tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga di tempat kerja dan rumah masing-masing. Kebersihan lingkungan menjadi kunci utama dalam mencegah penyebaran DBD.
Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Dinkes Tulungagung menegaskan kembali pentingnya PSN sebagai langkah utama dalam mencegah demam berdarah. "Langkah paling efektif untuk mencegah DBD adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara berkala di lingkungan sekolah, tempat kerja, maupun rumah," tegas Desi Lusiana Wardhani. Kegiatan PSN ini harus dilakukan secara rutin dan konsisten untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.
Selain fogging di SDN 2 Ketanon, pengasapan juga dilakukan di rumah pasien yang meninggal akibat DBD. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada lagi nyamuk yang membawa virus DBD di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien tersebut. Langkah ini diharapkan dapat mencegah meluasnya penyebaran penyakit.
Nyamuk Aedes aegypti, penyebab DBD, aktif pada pagi dan sore hari dan berkembang biak di genangan air bersih. Kondisi ini semakin diperparah oleh musim hujan yang diselingi cuaca panas, menciptakan lingkungan yang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk.
Data Kasus DBD di Tulungagung
Berdasarkan data Dinkes Tulungagung, dalam dua bulan terakhir telah tercatat 198 kasus DBD dengan empat korban meninggal dunia. Korban meninggal terdiri dari tiga anak dan satu balita. Angka ini menunjukkan tingginya angka kejadian DBD di Tulungagung dan perlu adanya peningkatan kewaspadaan.
Kemungkinan penularan DBD di lingkungan sekolah menjadi pertimbangan utama dilakukannya fogging di SDN 2 Ketanon. Dinkes Tulungagung akan mengirimkan surat kepada Dinas Pendidikan untuk meminta agar sekolah-sekolah secara rutin melaksanakan PSN. Hal ini bertujuan untuk menekan risiko penularan DBD di kalangan anak-anak.
"Setidaknya dengan PSN yang teratur, risiko penularan DBD di kalangan anak-anak bisa ditekan," pungkas Desi. Harapannya, dengan upaya pencegahan yang lebih intensif, kasus DBD di Tulungagung dapat ditekan dan tidak ada lagi korban jiwa akibat penyakit ini.
Kesimpulannya, kejadian ini menjadi pengingat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan PSN secara rutin untuk mencegah penyebaran DBD. Kerja sama antara masyarakat, sekolah, dan pemerintah sangat penting dalam upaya pencegahan ini.