Inflasi Kalsel Terkendali, Tapi Cabai Rawit Jadi Sorotan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berhasil menjaga inflasi di angka rendah hingga pertengahan April, meskipun harga cabai rawit menjadi perhatian utama.

Banjarmasin, 22 April 2024 - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) berhasil mempertahankan angka inflasi yang rendah hingga pertengahan April 2024. Hal ini berkat upaya rutin Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalsel yang mengikuti rapat koordinasi pengendalian inflasi nasional mingguan, yang digagas oleh Kementerian Dalam Negeri. Keberhasilan ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Sutikno, menyampaikan kabar baik terkait kondisi inflasi daerah. Ia menyatakan bahwa inflasi Kalsel menunjukkan tren positif. Secara year-on-year (yoy), inflasi berada di angka 1,2 persen; month-to-month (mtm) di 1,9 persen; dan year-to-date (ytd) realisasinya di 0,43 persen. Angka-angka ini menunjukkan kondisi inflasi yang cukup baik dan terkendali.
Prestasi Kalsel dalam pengendalian inflasi bahkan menempatkannya di antara delapan provinsi dengan angka inflasi terendah secara nasional. Namun, Sutikno juga menyoroti satu komoditas yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu cabai rawit. Komoditas ini menjadi perhatian karena berkontribusi signifikan terhadap inflasi di Kalsel, menempati peringkat ketiga secara nasional setelah Kalimantan Tengah dan Bangka Belitung.
Ancaman Inflasi dari Harga Cabai Rawit
Sutikno menekankan pentingnya inisiatif penanaman cabai rawit secara mandiri di setiap kabupaten/kota di Kalsel. Ia berharap Gubernur Kalsel melalui Biro Perekonomian dapat menginstruksikan kepala daerah untuk menyediakan lahan penanaman cabai sesuai potensi masing-masing daerah. "Cabai itu tidak memiliki persyaratan khusus dalam penanaman, jadi semua daerah bisa menanam, minimal bisa memenuhi kebutuhan masing-masing wilayah," ujar Sutikno. Ia mencontohkan potensi Tanah Laut yang memiliki wilayah tanam puluhan hingga ratusan hektare.
Harga cabai rawit yang saat ini telah menembus angka Rp100.000 per kilogram menjadi perhatian serius. Kondisi ini berpotensi mendorong inflasi secara keseluruhan, meskipun komoditas lain seperti beras masih dalam kondisi baik dan menempati peringkat kedelapan terbaik dari bawah secara nasional. Oleh karena itu, upaya pengendalian harga cabai rawit menjadi sangat krusial.
Selain harga cabai rawit, Indeks Perkembangan Harga (IPH) Kalsel juga menunjukkan kinerja yang baik, menempati posisi ketiga secara nasional. Ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian inflasi di Kalsel berjalan efektif dan terukur.
Operasi Pasar sebagai Solusi Jangka Pendek
Sebagai upaya pengendalian inflasi jangka pendek, Sutikno menegaskan pentingnya menjaga keterjangkauan harga melalui operasi pasar rutin. "Kita akan terus menggalakkan operasi pasar di tingkat provinsi dan kabupaten, termasuk juga melibatkan instansi vertikal dan swasta," tegasnya. Ia berharap melalui program CSR dan dukungan perusahaan, operasi pasar dapat dilakukan secara serentak agar harga barang tetap terkendali.
Dengan demikian, upaya pengendalian inflasi di Kalsel tidak hanya berfokus pada satu komoditas saja, melainkan juga mencakup strategi yang lebih komprehensif. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kalsel.
Ke depan, perlu adanya sinergi yang lebih kuat antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, sektor swasta, dan masyarakat dalam upaya pengendalian inflasi. Peningkatan produksi cabai rawit melalui penanaman mandiri di setiap daerah menjadi kunci jangka panjang untuk mengatasi masalah inflasi yang disebabkan oleh komoditas ini.