Gerakan Pangan Murah Kaltim Tekan Inflasi, Efektif Kendalikan Harga!
577 pasar murah di Kaltim sepanjang 2024 sukses tekan inflasi hanya 1,47 persen, di bawah angka nasional, dan dorong deflasi di awal 2025.

Samarinda, 8 Maret 2025 - Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim) menyatakan bahwa Gerakan Pangan Murah (GPM) sangat efektif dalam mengendalikan inflasi di provinsi ini. Sepanjang tahun 2024, sebanyak 577 pasar murah telah digelar, berhasil menekan angka inflasi hingga 1,47 persen. Sukses ini bahkan berada di bawah angka inflasi nasional yang mencapai 1,57 persen pada tahun yang sama. Lebih membanggakan lagi, Kalimantan Timur bahkan mengalami deflasi pada bulan Januari dan Februari 2025.
Keberhasilan ini tak lepas dari kerja keras Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltim dan berbagai pihak terkait. Kepala BI Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua I TPID Kaltim, menjelaskan bahwa GPM akan tetap menjadi program prioritas tahun ini. Meskipun jumlah pasar murah yang akan digelar masih menyesuaikan situasi harga dan stok komoditas, keberhasilan tahun lalu menjadi bukti nyata efektivitas program ini.
"Tahun ini tentu GPM masih menjadi giat prioritas dalam upaya mengendalikan inflasi karena 577 kali GPM tahun lalu cukup efektif, namun berapa kali GPM tahun ini akan digelar, tentu menyesuaikan situasi perkembangan harga dan stok komoditas," ujar Budi Widihartanto di Samarinda, Sabtu.
Strategi 4K dan Pentingnya Sinergi
BI bersama TPID Kaltim menerapkan strategi 4K dalam pengendalian inflasi: menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif dari hulu hingga hilir. Kerja sama yang sinergis antar pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan strategi ini. TPID Kaltim berkomitmen untuk terus berkolaborasi demi mencapai target inflasi yang rendah dan stabil, mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltim yang berkelanjutan.
Salah satu tantangan dalam pengendalian inflasi di Kaltim adalah ketergantungan pada pasokan dari luar daerah, yang mencapai rata-rata 70 persen. Untuk mengatasi hal ini, upaya peningkatan produktivitas lokal dan kelancaran distribusi barang terus dilakukan.
"Salah satu faktor yang menyebabkan fluktuasi harga di Kaltim adalah ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah, yakni rata-rata mencapai 70 persen, sehingga cara yang dilakukan antara lain memastikan distribusi barang lancar dan mengupayakan menaikkan produktivitas lokal," jelas Budi.
Pemantauan Harga Jelang Idul Fitri
Menjelang Idul Fitri, BI Kaltim dan TPID Kaltim akan meningkatkan pemantauan harga dan memastikan ketersediaan bahan pokok. Langkah ini bertujuan untuk mencegah lonjakan harga yang kerap terjadi pada momen-momen penting seperti hari raya. Dengan begitu, masyarakat dapat merayakan Idul Fitri dengan tenang tanpa khawatir akan kenaikan harga yang signifikan.
Keberhasilan pengendalian inflasi di Kalimantan Timur melalui Gerakan Pangan Murah menjadi contoh nyata bagaimana strategi yang tepat dan kerja sama yang solid dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah. Komitmen untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok akan terus dijalankan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat Kalimantan Timur.
Ke depannya, BI Kaltim dan TPID Kaltim akan terus mengevaluasi dan menyempurnakan strategi pengendalian inflasi, termasuk Gerakan Pangan Murah, agar tetap efektif dan relevan dengan kondisi ekonomi terkini. Hal ini penting untuk memastikan Kalimantan Timur tetap memiliki ketahanan ekonomi yang kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan.