Ancaman Pembunuhan Via Medsos: Respons Santai Dedi Mulyadi
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mendapat ancaman pembunuhan melalui media sosial, namun menanggapinya dengan tenang dan menyatakan itu sebagai risiko seorang pemimpin.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini menerima ancaman pembunuhan melalui media sosial. Ancaman tersebut disampaikan oleh pemilik akun 'Wowo dan Dedi Mulyadi sesat!' yang menyatakan niatnya untuk membunuh Dedi Mulyadi dengan bom bunuh diri. Peristiwa ini terjadi pada Senin (21/4) malam, lewat kolom komentar Live Chat di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi. Ancaman tersebut bukan hanya berupa pembunuhan, tetapi juga mencakup peledakan rumah dan penculikan anak Dedi Mulyadi.
Ketika dikonfirmasi wartawan di Bandung pada Selasa (22/4), Dedi Mulyadi menanggapi ancaman tersebut dengan tenang. Ia menyatakan bahwa ancaman merupakan risiko yang harus ditanggung seorang pemimpin. "Kalau ada ancaman itu, ya risiko bagi seorang pemimpin. Kita lihat perkembangannya terlebih dahulu. Akan tetapi, apakah akun itu asli atau bukan, nanti kita lihat dan telusuri. Namun, sekarang saya akan lebih waspada," ujar Dedi.
Ini bukan kali pertama Dedi Mulyadi menerima ancaman. Ia pernah mendapatkan ancaman serupa setelah penutupan tambang ilegal di Kabupaten Subang. Meskipun demikian, ia tetap bersikap tenang menghadapi berbagai hinaan, caci maki, dan ancaman pembunuhan, termasuk disebut sebagai pengkhianat dan penjahat oleh para demonstran yang menuntut pembukaan kembali tambang ilegal tersebut. "Banyak orang bertanya, apakah saya akan melaporkan orang-orang yang telah menghina saya di depan umum. Saya sebagai pribadi sudah terbiasa terhadap berbagai caci maki, hinaan, ancaman, bahkan upaya-upaya pembunuhan yang pernah akan dilakukan terhadap diri saya," tambahnya.
Ancaman Pembunuhan dan Ledakan Bom
Akun 'Wowo dan Dedi Mulyadi sesat!' dalam komentarnya di YouTube berulang kali mengancam akan membunuh Dedi Mulyadi. Komentar tersebut antara lain berisi: "Saya udah muak hey Dedi Mulyadi. Tunggu saja tanggal mainnya, saya akan meledakkan tempat tinggal Anda dan saya akan menyuruh seseorang untuk menculik anak Anda," dan "!Woy Dedi Mulyadi, semoga lo tiba-tiba dari belakang dihabisi, ditusuk dengan pisau sama orang. WKWKWKW."
Lebih lanjut, akun tersebut bahkan mengancam akan melakukan aksi bom bunuh diri di dekat Dedi Mulyadi, dengan bom yang lebih dahsyat daripada bom Bali. "Kalau rencana saya gagal, saya akan pergi ke Jabar memakai bom lain yang saya punya itu bom bunuh diri. Saya akan berlari mencari Dedi dan jika sudah ketemu saya akan mendakatinya dan duarr!!!," tulis akun tersebut. Pelaku juga menyatakan akan menjalankan aksinya dalam waktu kurang dari dua bulan, seraya menambahkan, "Tunggu nanti 2 bulan lagi saya akan melakukan aksi saya. Sekarang saya sedang merakit sebuah bom paku."
Selama lebih dari 30 menit siaran langsung di YouTube Dedi Mulyadi, akun tersebut terus-menerus menyebarkan ujaran kebencian, tidak hanya mengancam pembunuhan, tetapi juga menggambarkan Jawa Barat sebagai neraka, bahkan menargetkan Cianjur.
Respons Santai dan Langkah Antisipasi
Meskipun menerima ancaman serius, Dedi Mulyadi tetap tenang dan memilih untuk memantau perkembangan situasi. Ia akan menelusuri keaslian akun tersebut. Namun, ancaman ini tentu meningkatkan kewaspadaannya. Pernyataan Dedi Mulyadi menunjukkan sikap kedewasaannya dalam menghadapi situasi yang mengancam keselamatannya. Sikap ini patut diapresiasi, mengingat ancaman tersebut disampaikan secara terbuka dan berulang kali.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya keamanan dan perlindungan bagi para pejabat publik, serta perlunya langkah-langkah untuk menanggulangi ujaran kebencian dan ancaman kekerasan di media sosial. Pihak berwajib diharapkan dapat menyelidiki kasus ini secara tuntas untuk memberikan rasa aman dan mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya literasi digital dan bijak dalam menggunakan media sosial. Ujaran kebencian dan ancaman kekerasan tidak hanya dapat menimbulkan kerugian bagi korban, tetapi juga dapat merusak iklim demokrasi dan stabilitas sosial.
Kesimpulan
Ancaman pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menjadi sorotan. Meskipun menanggapi dengan tenang, kejadian ini menggarisbawahi pentingnya keamanan pejabat publik dan perlunya upaya pencegahan ujaran kebencian dan ancaman kekerasan di media sosial.