Fakta! 1.500 Titik Api Terpantau, Pemerintah Prioritaskan Percepatan Penanganan Karhutla
Pemerintah serius prioritaskan percepatan penanganan Karhutla untuk cegah kerusakan ekosistem. Ribuan titik api terdeteksi di Kalbar, bagaimana strategi penanganan di lapangan?
Pemerintah Indonesia menempatkan percepatan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebagai prioritas utama. Langkah ini diambil untuk mencegah meluasnya kerusakan ekosistem dan dampak negatif lainnya. Menteri Lingkungan Hidup LH/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (LH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan pentingnya kecepatan dan ketepatan dalam upaya pemadaman.
Menurut Menteri Hanif, setiap titik api harus segera dipadamkan begitu muncul. Hal ini krusial agar tidak berkembang menjadi kebakaran besar, terutama di lahan gambut yang memerlukan penanganan luar biasa. Pernyataan tersebut disampaikan saat memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Karhutla di Pontianak, Kalimantan Barat, pada hari Sabtu.
Percepatan penanganan karhutla ini bertujuan untuk mencegah pencemaran udara dan kerusakan lingkungan yang lebih parah. Upaya ini melibatkan berbagai pihak dan telah dikoordinasikan secara terpadu sejak penetapan Status Siaga Darurat Karhutla pada 17 April 2025.
Urgensi dan Strategi Penanganan Karhutla di Lapangan
Menteri Hanif Faisol Nurofiq menekankan bahwa kecepatan adalah kunci dalam memadamkan api. Pemadaman dini sangat penting untuk meminimalkan dampak buruk karhutla. Terutama di lahan gambut, penanganan yang cepat dapat mencegah api merambat lebih luas dan sulit dikendalikan.
Dalam upaya penanganan karhutla, KLH/BPLH telah mengoordinasikan langkah-langkah terpadu. Tiga unit pesawat water bombing telah dikerahkan sejak 27 Juli 2025. Pesawat-pesawat ini beroperasi di wilayah Mempawah dan Kubu Raya, Kalimantan Barat, untuk membantu pemadaman dari udara.
Selain water bombing, strategi penanganan juga mencakup patroli udara dan operasi modifikasi cuaca. Patroli darat dan pemadaman intensif juga dilakukan oleh tim gabungan. Tim ini terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, serta Masyarakat Peduli Api, menunjukkan sinergi yang kuat di lapangan.
Potret Karhutla di Kalimantan Barat dan Dampaknya
Situasi karhutla di Kalimantan Barat menunjukkan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Per 31 Juli 2025, sebanyak 1.500 hotspot atau titik panas terpantau di wilayah tersebut. Dari jumlah itu, 297 titik memiliki status kepercayaan tinggi, menandakan potensi kebakaran yang signifikan.
Data menunjukkan bahwa 258 kejadian kebakaran telah terjadi di Kalimantan Barat. Luas lahan yang terdampak mencapai 989 hektare. Kebakaran ini terutama melanda lahan mineral dan gambut, yang sangat rentan terhadap penyebaran api.
Wilayah yang paling terdampak karhutla di Kalimantan Barat meliputi Kabupaten Sambas, Mempawah, dan Kubu Raya. Kerusakan ekosistem di area ini menjadi perhatian serius. Pemerintah berupaya keras untuk mengendalikan api agar tidak semakin meluas dan menyebabkan kerugian lebih besar.
Komitmen Penegakan Hukum dan Sinergi Lintas Lembaga
Dalam aspek penegakan hukum, Menteri Hanif menegaskan tidak akan ada toleransi terhadap praktik pembakaran hutan dan lahan. Setiap temuan di lapangan akan ditindaklanjuti secara hukum. Penindakan ini berlaku tanpa pandang bulu, baik untuk pelaku individu maupun korporasi pemegang konsesi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan Menteri LH/Kepala BPLH. Ia menyoroti keberhasilan percepatan penanganan karhutla di Provinsi Riau. Di Riau, karhutla berhasil ditangani dalam waktu lima hari setelah kedatangan Menteri Hanif.
Suharyanto berharap pola kerja sama dan kecepatan penanganan serupa dapat direplikasi di Provinsi Kalimantan Barat. Sinergi antara KLH/BPLH, BNPB, dan seluruh jajaran terkait menjadi kunci. Komitmen bersama ini diharapkan mampu mengatasi tantangan karhutla secara efektif di seluruh wilayah terdampak.