Fakta Antrean Pelabuhan Ketapang Mengular 18 KM: ASDP dan Regulator Berkolaborasi Atasi Kemacetan
Antrean panjang kendaraan di Pelabuhan Ketapang mencapai 18 kilometer. ASDP bersama KSOP dan stakeholder terkait berupaya keras mengurai kemacetan ini.
Antrean panjang kendaraan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menjadi sorotan utama pada Jumat, 1 Agustus 2025. Kemacetan ini dilaporkan mengular hingga 18 kilometer, menimbulkan tantangan signifikan bagi kelancaran distribusi logistik nasional. Situasi ini memicu respons cepat dari berbagai pihak terkait.
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) bersama Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) berkolaborasi intensif. Mereka berupaya keras mengurai kemacetan yang terjadi di lintas penyeberangan Ketapang–Gilimanuk. Kondisi ini menuntut koordinasi efektif dan pembagian peran yang jelas.
Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin, menjelaskan bahwa layanan penyeberangan tetap berjalan normal. Meskipun demikian, lonjakan volume kendaraan logistik menjadi penyebab utama antrean. Pihak berwenang terus mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan ini secara komprehensif.
Penyebab Utama Antrean Panjang di Ketapang
Antrean kendaraan yang mengular di Pelabuhan Ketapang dipicu oleh dua faktor krusial. Pertama, adanya pembatasan operasional kapal penyeberangan pasca-kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya. Kondisi ini mengurangi kapasitas angkut kapal yang tersedia secara signifikan.
Faktor kedua adalah penutupan total jalur Gumitir–Jember yang berdampak langsung pada volume kendaraan. Penutupan ini merupakan bagian dari proyek preservasi nasional hingga 24 September 2025. Akibatnya, arus kendaraan logistik dialihkan ke jalur utara via Situbondo, membanjiri Pelabuhan Ketapang.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Muhammad Masyhud, menegaskan bahwa penyesuaian load factor pada kapal eks-LCT adalah langkah antisipatif. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan pelayaran, terutama dalam kondisi cuaca ekstrem. Prinsip dasar keselamatan ini tidak dapat dikompromikan.
Langkah Kolaboratif ASDP dan Regulator
ASDP dan KSOP telah mengintensifkan koordinasi serta membagi peran secara efektif untuk mengurai antrean. ASDP memastikan kelancaran layanan di sisi pelabuhan dan penumpang. Sementara itu, KSOP berperan penting dalam pengaturan dan optimalisasi jadwal operasional kapal.
Saat ini, sebanyak 26 kapal beroperasi aktif di lintas Ketapang-Gilimanuk. Rinciannya, 18 kapal di dermaga movable bridge (MB) dan 6 kapal di dermaga landing craft machine (LCM). Dukungan dua kapal tambahan, KMP Liputan 12 dan KMP Samudera Utama, juga dihadirkan untuk mempercepat pemuatan.
Sebagai langkah taktis, kendaraan yang masuk ke area pelabuhan disortir berdasarkan bobot. Kendaraan di atas 35 ton diberi stiker merah dan diarahkan ke dermaga LCM. Sedangkan kendaraan di bawah 35 ton diberi stiker hijau dan diprioritaskan untuk dimuat di dermaga MB. Sistem ini bertujuan mengefisiensikan waktu muat sesuai spesifikasi kapal.
Mitigasi Dampak dan Respons Cepat
Menanggapi aksi protes dari para sopir truk, ASDP segera menyalurkan bantuan air minum di area penampungan Bulusan. Selain itu, ASDP juga telah bersurat kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dilakukan untuk mendukung ketersediaan air bersih di titik penampungan.
Shelvy Arifin menekankan pentingnya respons cepat dan kolaborasi lapangan dalam situasi sulit ini. Pihaknya memahami kesulitan yang dihadapi para pengemudi. Komitmen untuk membantu para pengemudi yang terjebak antrean menjadi prioritas utama.
Sebagai bentuk mitigasi, kantong parkir sementara berkapasitas 600 unit kendaraan telah dibuka di area Dermaga Kartika Beach Bulusan. Namun, seluruh slot kini dilaporkan penuh. Aparat kepolisian juga turut dikerahkan untuk menjaga ketertiban dan keamanan di lapangan.