Fakta Unik: Mengapa Riau Selalu Jadi Episentrum Kebakaran Hutan dan Lahan? BNPB Ungkap Data Terkini
Provinsi Riau kembali menjadi sorotan utama sebagai episentrum Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Indonesia, dengan luas area terbakar yang signifikan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan Provinsi Riau masih menjadi episentrum kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia. Data terkini menunjukkan Riau mencatat area terbakar terbesar sepanjang tahun ini. Situasi ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak terkait, mengingat dampak yang ditimbulkan sangat luas.
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, menjelaskan bahwa wilayah yang paling terdampak Karhutla di Riau meliputi Kabupaten Kampar, Siak, Bengkalis, dan Rokan Hilir. Insiden kebakaran ini telah menyebar secara merata di 12 kabupaten dan kota di Riau hingga pertengahan Juli 2025. Kondisi ini menunjukkan kompleksitas penanganan di lapangan.
Sebagian besar area yang terbakar merupakan lahan gambut, dan beberapa di antaranya berada dalam konsesi hutan tanaman industri (HTI) atau perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, BNPB menekankan pentingnya peningkatan pelaporan serta kesiapsiagaan di daerah. Hal ini dianggap krusial untuk mencegah meluasnya dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Penyebaran dan Luas Area Terdampak Kebakaran Hutan dan Lahan Riau
Laporan BNPB menunjukkan bahwa hingga pertengahan Juli 2025, kebakaran hutan dan lahan telah menyebar secara merata di seluruh 12 kabupaten dan kota di Provinsi Riau. Data ini mencerminkan tantangan besar dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana Karhutla di wilayah tersebut. Skala penyebaran yang luas ini memerlukan koordinasi yang efektif antarlembaga.
Kabupaten Kampar dan Bengkalis menjadi wilayah dengan area terbakar terbesar, masing-masing melampaui 100 hektar. Sementara itu, luas area terbakar di Kabupaten Rokan Hilir, Siak, dan Indragiri Hilir juga cukup signifikan, yakni melampaui 50 hektar. Angka-angka ini menunjukkan konsentrasi titik api di beberapa lokasi tertentu yang memerlukan penanganan prioritas.
Di Kota Pekanbaru, area terbakar tercatat seluas 21,08 hektar, menunjukkan peningkatan 6 hektar dari laporan insiden minggu sebelumnya. Kebakaran di area ini dilaporkan masih terus berlangsung. Situasi ini mengindikasikan bahwa meskipun luasnya lebih kecil, kebakaran di perkotaan tetap menjadi ancaman serius yang membutuhkan respons cepat.
Faktor Penyebab dan Upaya Mitigasi Kebakaran Hutan dan Lahan Riau
Abdul Muhari menegaskan bahwa mayoritas area yang terdampak kebakaran adalah lahan gambut, yang dikenal sangat rentan terbakar dan sulit dipadamkan. Selain itu, beberapa insiden juga terjadi di dalam area konsesi hutan tanaman industri, termasuk perkebunan kelapa sawit. Karakteristik lahan ini menjadi faktor kunci yang memperparah kondisi kebakaran.
BNPB menekankan pentingnya peningkatan pelaporan dan kesiapsiagaan di daerah. Saat ini, tidak semua insiden kebakaran hutan dan lahan segera dilaporkan kepada pemerintah pusat, menghambat respons cepat. Peningkatan transparansi dan kecepatan informasi sangat dibutuhkan untuk penanganan yang efektif.
Muhari juga menyoroti perlunya perhatian terhadap perubahan musim dan dinamika di lapangan untuk mencegah dampak negatif terhadap masyarakat lokal. Ia secara khusus meminta para manajer perkebunan untuk aktif memeriksa area yang mereka kelola dan bertanggung jawab penuh. Peran aktif dari pihak swasta sangat krusial dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Karhutla.