KKP-IPB Kenalkan Konservasi Pulau Kongsi: Ajang Internasional "Ocean Scouts 2025" Libatkan 36 Peserta dari Berbagai Negara
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama IPB memperkenalkan upaya konservasi Pulau Kongsi melalui "Summer Course Internasional Ocean Scouts 2025", menarik perhatian peserta dari berbagai negara untuk belajar langsung tentang ekosistem laut.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) secara resmi memperkenalkan kawasan konservasi Pulau Kongsi melalui ajang "Summer Course Internasional Ocean Scouts 2025". Kegiatan ini berhasil menarik partisipasi 36 peserta dari dalam dan luar negeri. Peserta berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Pakistan, dan Maladewa, menunjukkan daya tarik program ini secara global.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) KKP, I Nyoman Radiarta, menjelaskan bahwa program ini berlangsung dari 7 hingga 18 Juli 2025. Lokasi kegiatan terbagi di dua tempat utama, yaitu Kampus IPB Dramaga, Bogor, dan Kepulauan Seribu, Jakarta. Peserta mendapatkan kesempatan unik untuk memperoleh pengalaman langsung di lapangan.
Salah satu agenda utama dalam rangkaian "Summer Course Internasional Ocean Scouts 2025: Exploring Aquatic Flora and Local Cultures in Seribu Islands, Indonesia" adalah kunjungan lapangan. Kunjungan ini dilaksanakan di Stasiun Pelatihan dan Pendidikan Kelautan dan Perikanan Pulau Kongsi (eduKongsi), yang terletak di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Program ini dirancang sebagai ajang pembelajaran lintas budaya dan multidisipliner, berfokus pada ekologi perairan, keanekaragaman hayati, serta keberlanjutan sumber daya laut.
Pengalaman Konservasi Langsung di Pulau Kongsi
Selama kunjungan lapangan di Pulau Kongsi, para peserta "Ocean Scouts 2025" mendapatkan pengalaman langsung yang berharga dalam konservasi pesisir. Mereka terlibat dalam berbagai aktivitas praktis yang sangat relevan dengan upaya pelestarian lingkungan laut. Kegiatan tersebut meliputi pengenalan dan penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, serta eksplorasi padang lamun di perairan sekitar pulau.
Pengalaman langsung ini tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga membekali peserta dengan keterampilan praktis. Menurut Kepala BRPL, Luthfi Assadad, melalui kegiatan ini, peserta tidak hanya memperoleh pemahaman mendalam tentang ekosistem pesisir, tetapi juga kemampuan konkret dalam upaya konservasi. Hal ini sejalan dengan tujuan program untuk menciptakan agen perubahan yang kompeten di bidang kelautan.
Program ini secara keseluruhan dirancang untuk menjadi ajang pembelajaran yang komprehensif. Fokus utamanya adalah pada ekologi perairan, keanekaragaman hayati laut, dan pentingnya keberlanjutan sumber daya kelautan. Dengan memadukan pembelajaran di kampus dan praktik lapangan, "Ocean Scouts 2025" berhasil menciptakan lingkungan edukasi yang efektif dan inspiratif bagi para pesertanya.
Peran Strategis Pulau Kongsi sebagai Smart Fisheries Village (SFV)
Pulau Kongsi memiliki peran strategis yang lebih luas dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan nasional. Pulau ini merupakan lokasi pengembangan Smart Fisheries Village (SFV), sebuah program terobosan dari BPPSDMKP KKP. SFV dikembangkan oleh Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) sebagai unit pelaksana teknis KKP, menunjukkan komitmen kuat terhadap inovasi di sektor perikanan.
SFV adalah model pengembangan desa perikanan yang mengintegrasikan teknologi informasi, manajemen berkelanjutan, dan pengembangan sumber daya manusia dari hulu ke hilir. Program ini mencakup aspek pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan untuk masyarakat pesisir. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem perikanan yang lebih efisien, produktif, dan berkelanjutan secara lingkungan.
Lebih lanjut, I Nyoman Radiarta menambahkan bahwa SFV juga berperan sebagai inkubator bisnis. Fungsi ini dirancang untuk mendorong tumbuhnya startup di bidang kelautan dan perikanan. Dengan demikian, SFV tidak hanya meningkatkan kapasitas masyarakat lokal, tetapi juga memicu inovasi dan kewirausahaan di sektor maritim, menciptakan peluang ekonomi baru.
Komitmen Terhadap Keberlanjutan Sumber Daya Laut
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, secara konsisten menegaskan pentingnya menjaga kelestarian laut. Beliau menekankan prinsip "ekologi sebagai panglima" dalam setiap kebijakan dan program yang dijalankan oleh KKP. Prinsip ini menempatkan perlindungan lingkungan sebagai prioritas utama dalam pemanfaatan sumber daya kelautan.
Penegasan ini bertujuan agar keberlanjutan sumber daya laut dapat terus diwariskan untuk kesejahteraan masyarakat kini dan generasi mendatang. Dengan menjaga kelestarian ekosistem laut, potensi ekonomi dan ekologi dapat terus dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Pendekatan ini memastikan bahwa pembangunan sektor kelautan tidak mengorbankan keberlanjutan lingkungan.
Program "Summer Course Internasional Ocean Scouts 2025" di Pulau Kongsi merupakan implementasi nyata dari komitmen tersebut. Melalui edukasi dan praktik konservasi langsung, program ini berkontribusi pada peningkatan kesadaran dan kapasitas global dalam menjaga kelestarian laut. Inisiatif ini mendukung visi KKP untuk mewujudkan sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dan berdaya saing.