LPS: Keseimbangan Konsumsi Domestik dan Ekspor Kunci Pertumbuhan Ekonomi Optimal, Kekuatan 80% Ada di Dalam Negeri!
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menekankan pentingnya keseimbangan konsumsi domestik dan ekspor untuk mencapai Pertumbuhan Ekonomi Optimal. Cari tahu mengapa penguatan ekonomi domestik menjadi prioritas utama!
Jakarta, 9 Agustus (ANTARA) – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menegaskan bahwa keseimbangan antara konsumsi domestik dan ekspor merupakan fondasi utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal. Kedua mesin penggerak ekonomi ini harus beroperasi secara selaras guna menciptakan stabilitas dan kemajuan yang berkelanjutan bagi perekonomian nasional. Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, di Jakarta pada Jumat lalu.
Purbaya menjelaskan bahwa aktivitas ekonomi domestik memiliki porsi yang jauh lebih besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Oleh karena itu, penguatan konsumsi di dalam negeri menjadi sangat krusial, terutama di tengah tantangan eksternal yang masih membayangi perekonomian global. Fokus pada kekuatan internal ini diharapkan dapat menjadi penopang utama di masa-masa ketidakpastian.
Menurutnya, sekitar 80 persen kekuatan ekonomi Indonesia bersumber dari aktivitas domestik, sementara kontribusi ekspor hanya sekitar 20 persen. Kondisi ini menyoroti urgensi untuk mengoptimalkan sepenuhnya mesin ekonomi di dalam negeri. Langkah-langkah strategis perlu diambil untuk memastikan potensi domestik dapat dimanfaatkan secara maksimal demi mencapai Pertumbuhan Ekonomi Optimal.
Optimalisasi Kekuatan Ekonomi Domestik
Purbaya Yudhi Sadewa menekankan bahwa kunci utama untuk menggerakkan perekonomian Indonesia terletak pada optimalisasi kekuatan domestik. Dengan porsi yang dominan dalam PDB, konsumsi dan aktivitas ekonomi di dalam negeri memiliki peran vital sebagai penopang utama pertumbuhan. Hal ini menjadi semakin penting mengingat fluktuasi dan ketidakpastian yang sering terjadi di pasar global.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan mendorong perbankan untuk memperluas pembiayaan ke sektor-sektor ekonomi yang digerakkan oleh bisnis. Inisiatif semacam ini akan berkembang pesat dalam lingkungan yang dipenuhi optimisme dan kepercayaan. Dengan akses pembiayaan yang lebih mudah, pelaku usaha dapat mengembangkan bisnisnya dan menciptakan lapangan kerja baru.
Selain itu, Purbaya juga menyoroti berbagai program pemerintah yang saat ini berjalan, seperti inisiatif Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Koperasi Merah Putih. Program-program ini dinilai sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung daya beli masyarakat. Namun, ia mengingatkan agar peran sektor swasta tidak boleh dikesampingkan dalam upaya kolektif ini.
Dukungan UMKM dan Pemanfaatan Aset Publik
Dalam kesempatan yang sama pada Festival Keuangan LPS, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, memaparkan upaya pemerintah kota dalam mengaktifkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat ini, terdapat sekitar 2,8 juta UMKM di Surabaya yang secara kolektif menghasilkan omzet sekitar Rp188 miliar. Potensi besar ini terus digali untuk meningkatkan kontribusi UMKM terhadap ekonomi lokal.
Untuk mendukung UMKM, pemerintah kota Surabaya melakukan inovasi dengan mengubah aset publik yang tidak terpakai menjadi ruang komersial. Aset-aset ini, seperti lahan kosong atau bangunan terbengkalai, kini dimanfaatkan untuk kafe, layanan laundry, hingga cuci motor. Langkah ini bertujuan untuk membangun ketahanan ekonomi dari tingkat akar rumput dan memberikan peluang bagi pengusaha kecil.
Eri Cahyadi menjelaskan bahwa aset-aset yang sebelumnya tidak dimanfaatkan kini tidak lagi hanya diperuntukkan bagi bisnis besar. Sebaliknya, aset-aset tersebut kini tersedia dan dapat diakses oleh para pelaku UMKM. Dengan mengoptimalkan aset-aset yang tidak terpakai, pemerintah berharap dapat mendorong lebih banyak masyarakat untuk memulai usaha. Hal ini pada gilirannya akan menstimulasi ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga secara signifikan.