LIVE
  • Home
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
LIVE
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
HEADLINE HARI INI
  • {title}
  • {title}
  1. Hot News

Mantan Amir JI Para Wijayanto Ajak Napiter Nusakambangan Kembali ke NKRI: Sebuah Transformasi Ideologi

Para Wijayanto, mantan Amir JI, mengajak napiter di Nusakambangan untuk kembali ke NKRI melalui program Rumah Wasathiyah, menawarkan pencerahan ideologi moderat.

Sabtu, 02 Agu 2025 18:29:00
konten ai
Para Wijayanto, mantan Amir JI, mengajak napiter di Nusakambangan untuk kembali ke NKRI melalui program Rumah Wasathiyah, menawarkan pencerahan ideologi moderat. (©Planet Merdeka)
Advertisement

Mantan Amir Jamaah Islamiyah (JI), Para Wijayanto, baru-baru ini melancarkan sebuah inisiatif penting di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Ia secara langsung mengajak para narapidana kasus terorisme (napiter) yang menjalani masa pidana di sana untuk kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ajakan ini bukan sekadar seruan, melainkan bagian dari upaya mendalam untuk mengembalikan mereka ke jalan moderat.

Inisiatif ini disampaikan dalam rangkaian kegiatan bertajuk "Rumah Wasathiyah" yang berlangsung selama dua hari. Kegiatan tersebut menyasar empat lapas berbeda di Nusakambangan, yakni Lapas Besi, Gladakan, Ngaseman, dan Permisan. Fokus utamanya adalah memastikan transformasi ideologi para eks anggota JI setelah organisasi tersebut dibubarkan.

Para Wijayanto menekankan bahwa program ini bertujuan menyembuhkan sikap ekstremisme, baik yang berlebihan (ifrath) maupun yang mengurangi (tafrith). Pendekatan yang digunakan bukan ceramah biasa, melainkan pemaparan mendalam berbasis keilmuan dari kitab klasik. Tujuannya adalah agar para napiter memahami bahwa moderasi adalah inti ajaran Islam, bukan sekadar kepentingan sesaat.

Advertisement

Transformasi Ideologi Melalui Rumah Wasathiyah

Program "Rumah Wasathiyah" didirikan dengan tujuan utama memastikan adanya transformasi ideologi yang mendalam pada eks anggota JI pascapembubaran organisasi tersebut. Meskipun awalnya menyasar napiter eks JI yang dianggap paling keras dan sulit di Nusakambangan, kegiatan ini pada pelaksanaannya juga diikuti oleh narapidana kasus terorisme lainnya. Ini menunjukkan relevansi program bagi spektrum yang lebih luas.

Para Wijayanto menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ceramah biasa, melainkan sebuah "terapi ideologi" yang dirancang untuk menyembuhkan sikap tatharruf atau ekstremisme. Pendekatan yang digunakan sangat spesifik, yakni pemaparan mendalam dengan basis keilmuan dari turats atau kitab klasik. Kitab-kitab karya ulama abad ke-7 Hijriyah seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, dan Ibnu Katsir menjadi rujukan utama.

Penggunaan kitab-kitab lama ini dipilih secara strategis karena merupakan rujukan yang diakui oleh para napiter, sehingga dapat meminimalkan resistensi. Dalam penyampaian materi, pihaknya menggunakan proyektor untuk menayangkan teks asli dalam bahasa Arab. Hal ini bertujuan agar napiter dapat melihat langsung bahwa pesan moderasi dan kecintaan pada NKRI memiliki dasar yang kuat dalam khazanah Islam klasik, bukan tafsir baru.

Advertisement

Para Wijayanto juga menegaskan bahwa perubahan ideologi yang diharapkan tidak boleh didasari oleh taqiyah (pura-pura) demi remisi atau pembebasan. Transformasi harus terjadi karena ilmu, karena pemahaman yang utuh bahwa Islam adalah agama wasathiyah atau moderat, yang mengedepankan keseimbangan dan keadilan.

Dasar Keilmuan dan Reaksi Napiter

Pendekatan keilmuan yang digunakan dalam program "Rumah Wasathiyah" sangat efektif karena menggunakan kitab-kitab lama yang sudah menjadi rujukan bagi para napiter. Ini memastikan bahwa mereka tidak resisten terhadap materi yang disampaikan, melainkan merasa didekati dengan bahasa dan sumber yang mereka pahami. Pesan moderasi dan kecintaan pada NKRI, oleh karena itu, diterima sebagai bagian inheren dari ajaran Islam, bukan doktrin baru.

Transformasi ideologis di kalangan eks Jamaah Islamiyah ini, menurut Para Wijayanto, berangkat dari 42 pertimbangan syar’i yang terangkum dalam buku "JI: The Untold Story". Salah satu konsep penting yang dibahas adalah siyasah syar’iyyah (politik yang syar’i). Konsep ini menjadi dasar legitimasi bagi penerimaan sistem politik modern seperti NKRI, yang sebelumnya mungkin ditolak oleh sebagian napiter.

Banyak yang dulu menolak politik karena menganggapnya tidak ada dalilnya. Namun, dalam kitab-kitab siasah disebutkan bahwa politik adalah apa pun yang mendekatkan pada kemaslahatan dan menjauhkan kemudaratan, selama tidak bertentangan dengan syariat, itu diperbolehkan. Dengan definisi ini, sistem negara republik dapat diterima sebagai maslahah mu’allaqah, yaitu kemaslahatan yang tinggi bagi umat Islam Indonesia.

Antusiasme para napiter selama mengikuti kegiatan ini sangat luar biasa. Para Wijayanto menceritakan bahwa sebagian dari mereka bahkan menangis karena merasa baru menemukan pencerahan setelah menjalani hukuman bertahun-tahun. Mereka mengungkapkan penyesalan, mengapa penjelasan seperti ini tidak diberikan sejak dulu, yang mungkin bisa mencegah mereka masuk penjara.

Visi Jangka Panjang dan Dukungan Pemerintah

Rumah Wasathiyah memiliki visi yang lebih luas daripada sekadar menyasar narapidana kasus terorisme. Meskipun pada tahun pertama, 70 persen program difokuskan kepada eks JI dan 30 persen untuk masyarakat umum, ke depan metode yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi solusi universal. Ini berlaku bagi siapa pun yang terpapar ideologi ekstrem, bahkan dapat digunakan sebagai upaya pencegahan sejak dini di kalangan remaja dan pelajar.

Para Wijayanto mengungkapkan harapannya untuk memberikan semacam "imunisasi wasathiyah" kepada generasi muda. Tujuannya adalah agar mereka tidak sampai terkena virus ekstremisme yang dapat merusak masa depan mereka. Inisiatif ini menunjukkan komitmen jangka panjang untuk membangun masyarakat yang lebih moderat dan toleran.

Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pemasyarakatan Provinsi Jawa Tengah, Mardi Santoso, menyambut positif safari dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Para Wijayanto di Nusakambangan. Ia menilai kegiatan ini memiliki nilai strategis yang tinggi dalam membangun kesadaran ideologis para napiter agar kembali setia kepada NKRI. Dukungan ini memperkuat legitimasi dan efektivitas program.

Mardi Santoso juga menyoroti pentingnya figur dan keteladanan dalam budaya Indonesia. Menurutnya, Ustadz Para Wijayanto adalah sosok yang sangat tepat karena merupakan tokoh dengan latar belakang yang pernah terpapar ekstremisme dan kini berkomitmen penuh untuk kembali ke NKRI. Pendekatan figuratif semacam ini dinilai efektif karena sesuai dengan karakteristik sosial budaya masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi peran tokoh dan panutan.

Berita Terbaru
  • Fakta Unik: Kabupaten Pati Genjot Produksi Padi hingga 10 Ton per Hektare, Ini Strateginya!
  • Apindo Rakerkonas 2025: Konsolidasi Nasional Hadapi Dinamika Global, Apa Saja yang Dibahas?
  • Fakta Unik Royalti Musik: Menkum Tegaskan Bukan Pajak Negara, Kini Capai Rp200 Miliar!
  • Perda Kearsipan Jaga Sejarah Banjarmasin, Kota Tua yang Segera Berusia 499 Tahun
  • Fakta Mengejutkan: Ribuan Reklame Tak Berizin di Bekasi Sorotan DPRD, Rugikan PAD Kota!
  • deradikalisasi
  • jamaah islamiyah
  • konten ai
  • moderasi beragama
  • napiter nusakambangan
  • nkri
  • nusakambangan
  • para wijayanto
  • #planetantara
  • rumah wasathiyah
  • terorisme
  • transformasi ideologi
Artikel ini ditulis oleh
Editor Redaksi Merdeka
R
Reporter Redaksi Merdeka
Disclaimer

Artikel ini ditulis ulang menggunakan artificial intelligence (AI). Jika ada kesalahan dalam konten, mohon laporkan ke redaksi.

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

Advertisement
Kontak Tentang Kami Redaksi Pedoman Media Siber Metodologi Riset Workstation Disclaimer Syarat & Ketentuan Privacy Kode Etik Sitemap

Copyright © 2024 merdeka.com KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved.