Menko PMK Pratikno: Buku "Narimo Peparingi Pangeran" dan Inspirasinya
Menko PMK Pratikno mengungkapkan buku berbahasa Jawa, "Narimo Peparingi Pangeran", sebagai inspirasi masa kecilnya dan menekankan pentingnya membaca di era digital.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, baru-baru ini berbagi kisah inspiratif tentang buku pertamanya dalam sebuah peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Perpustakaan Nasional. Kisah ini bermula dari pertanyaan seorang wartawan asing mengenai pengaruh pendidikan dalam hidupnya. Pratikno, yang saat itu menjabat sebagai rektor, mengungkapkan bahwa buku berbahasa Jawa berjudul Narimo Peparingi Pangeran (Menerima Anugerah Tuhan) yang dibacanya saat kelas 4 SD, telah memberikan dampak besar dalam hidupnya.
Buku tersebut menceritakan seekor kupu-kupu yang tidak puas dengan warna sayapnya dan berusaha mengubahnya dengan mendekati api. Namun, usahanya justru mengakibatkan sayapnya terbakar. Kisah sederhana ini, menurut Pratikno, mengajarkannya untuk mensyukuri anugerah Tuhan. Pengalaman masa kecilnya yang unik turut mewarnai cerita ini. Sekolah dasar Pratikno kala itu tidak memiliki gedung sendiri, sehingga kegiatan belajar mengajar menumpang di joglo kelurahan. Berkat profesi orang tuanya sebagai guru SD, rumahnya menjadi tempat penitipan buku-buku sekolah, memberikannya akses membaca lebih awal dibanding teman-temannya.
Pratikno menekankan pentingnya budaya membaca sejak dini, khususnya untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Ia percaya bahwa buku dapat membawa anak-anak berpetualang dalam imajinasi, menginspirasi, dan mendorong mereka untuk berpikir kritis serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, ia juga menyoroti pentingnya membaca di era digital dan kecerdasan buatan (AI) yang serba instan. Dalam konteks ini, membaca buku menjadi semakin krusial untuk mencegah anak-anak terjebak dalam arus informasi yang tak terkontrol dan potensi bahaya dari kecenderungan scrolling tanpa henti.
Pengaruh Buku "Narimo Peparingi Pangeran"
Buku Narimo Peparingi Pangeran, dengan ceritanya yang sederhana namun sarat makna, telah memberikan dampak yang mendalam bagi Pratikno. Cerita kupu-kupu yang tidak puas dengan anugerahnya dan berusaha mengubahnya secara paksa, mengajarkannya tentang penerimaan diri dan pentingnya mensyukuri apa yang telah diberikan. Pengalaman ini menunjukkan bagaimana sebuah buku anak-anak dapat menyampaikan pesan moral yang berharga dan membentuk karakter seseorang sejak usia dini.
Lebih dari sekadar cerita, buku tersebut menjadi jendela bagi Pratikno untuk memahami dunia dan merenungkan berbagai hal. Akses terhadap buku, meskipun dalam kondisi keterbatasan fasilitas sekolah, menjadi kunci bagi perkembangan intelektualnya. Kisah ini juga menggambarkan pentingnya peran orang tua dan lingkungan dalam menumbuhkan minat baca pada anak.
Pratikno juga menekankan pentingnya membaca dalam konteks perkembangan teknologi saat ini. Dengan kemudahan akses informasi melalui internet dan kecanggihan AI, kemampuan berpikir kritis dan selektif menjadi sangat penting. Membaca buku, menurutnya, dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan tersebut dan menghindari potensi bahaya dari informasi yang tidak terfilter.
Pentingnya Membaca di Era Digital
Di era digital saat ini, informasi tersedia dengan mudah dan cepat. Namun, hal ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal penyaringan informasi dan pengembangan kemampuan berpikir kritis. Pratikno mengingatkan akan pentingnya membaca buku sebagai penyeimbang di tengah arus informasi digital yang begitu deras.
Buku menawarkan pengalaman membaca yang lebih mendalam dan terstruktur dibandingkan dengan informasi yang tersedia secara online. Membaca buku melatih kemampuan konsentrasi, pemahaman, dan analisis. Kemampuan-kemampuan ini sangat penting untuk menyaring informasi yang benar dan akurat di tengah derasnya informasi yang beredar di dunia maya.
Selain itu, membaca buku juga dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan mendalam tentang berbagai isu dan permasalahan. Buku dapat menjadi sumber inspirasi, motivasi, dan pengetahuan yang berharga. Oleh karena itu, Pratikno menekankan pentingnya membiasakan diri membaca buku sejak usia dini untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan di era digital.
Dalam kesimpulannya, kisah Menko PMK Pratikno tentang buku pertamanya yang inspiratif, Narimo Peparingi Pangeran, menunjukkan betapa pentingnya peran buku dalam membentuk karakter dan kemampuan berpikir kritis seseorang. Di era digital yang serba cepat ini, membaca buku tetap menjadi kunci penting untuk perkembangan intelektual dan menghadapi tantangan masa depan.