Tahukah Anda? Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Juni 2025 Capai USD 4,10 Miliar, Perkuat Ketahanan Ekonomi
Bank Indonesia (BI) menyatakan Surplus Neraca Perdagangan Indonesia pada Juni 2025 sebesar USD 4,10 miliar memperkuat ketahanan eksternal. Apa dampaknya bagi ekonomi nasional?
Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa capaian surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 memberikan sinyal positif yang signifikan. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya surplus yang berkelanjutan dan kuat.
Surplus ini mencapai 4,10 miliar dolar Amerika Serikat (AS), melanjutkan tren positif dari bulan sebelumnya yang mencatat surplus 4,30 miliar dolar AS. Angka ini diharapkan mampu menopang ketahanan eksternal perekonomian nasional secara berkelanjutan di tengah dinamika global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyatakan komitmen bank sentral untuk terus bersinergi. Sinergi ini dilakukan bersama pemerintah dan otoritas terkait demi meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil dan berkelanjutan.
Detail Capaian Surplus Neraca Perdagangan
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 secara konsisten melanjutkan kinerja positif yang telah ditunjukkan sebelumnya. Angka 4,10 miliar dolar AS ini mengikuti surplus Mei 2025 sebesar 4,30 miliar dolar AS. Keberlanjutan surplus ini menjadi indikator penting bagi stabilitas ekonomi makro dan kemampuan negara dalam menghadapi gejolak ekonomi global.
Sumber utama dari surplus yang berkelanjutan ini berasal dari neraca perdagangan nonmigas yang menunjukkan performa sangat baik. Sektor nonmigas mencatat surplus sebesar 5,21 miliar dolar AS pada periode yang sama. Ini menunjukkan kekuatan fundamental ekspor nonmigas Indonesia yang mampu mengimbangi defisit di sektor lain.
Ekspor nonmigas menunjukkan performa yang sangat kuat, mencapai 22,33 miliar dolar AS pada Juni 2025. Kontribusi signifikan datang dari ekspor berbasis sumber daya alam seperti lemak dan minyak hewani/nabati. Selain itu, ekspor produk manufaktur seperti berbagai produk kimia juga berperan besar dalam mendorong capaian positif ini.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas Indonesia tetap didominasi oleh pasar utama. Tiongkok, Amerika Serikat, dan India menjadi kontributor utama penerimaan ekspor. Ketergantungan pada pasar-pasar ini menunjukkan pentingnya menjaga hubungan dagang yang kuat serta terus mencari peluang diversifikasi pasar.
Peran Sektor Migas dan Prospek ke Depan
Sementara itu, neraca perdagangan migas menunjukkan defisit pada Juni 2025, meskipun ada perbaikan. Defisit ini tercatat sebesar 1,11 miliar dolar AS, namun angka ini mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya, menunjukkan adanya upaya perbaikan di sektor ini.
Penurunan defisit migas ini disebabkan oleh penurunan impor migas yang lebih besar. Penurunan impor ini melampaui penurunan ekspor migas, sehingga secara keseluruhan sedikit meringankan tekanan pada neraca perdagangan. Efisiensi dalam impor migas menjadi salah satu faktor kunci dalam perbaikan ini.
Bank Indonesia (BI) secara proaktif akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan berbagai pihak. Kolaborasi dengan pemerintah dan otoritas lain menjadi kunci utama dalam menjaga momentum positif ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan eksternal perekonomian serta menjaga stabilitas makroekonomi.
Upaya ini juga ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Dengan sinergi yang kuat dan kebijakan yang tepat, diharapkan Indonesia dapat terus menghadapi tantangan ekonomi global dan memastikan stabilitas serta kemajuan ekonomi yang berkesinambungan.