1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. BACKPACKER

Cerita Buaya Putih dan Ikan Penjaga Danau Angker Pesona Wisata Tasikmalaya

Penulis : Yuli Astutik

28 Oktober 2021 20:08

Bagi warga Daracana, Situ Denuh adalah tempat yang masih menyimpan kemistisan. 

Mitos adanya buaya putih, dipercaya sebagai pertanda akan datangnya musim hujan atau kemarau, menjadi kepercayaan luas di masyarakat sekitar.

"Bisa dibilang Situ Denuh ini masih angker, ada mitos buaya putih dan ikan berukuran sebesar pintu," papar Dayat Hidayat (40), Punduh Kampung Daracana, Desa Cikuya, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya.

Dikutip dari AyoBandung.com, jaringan SuaraBogor.id, buaya putih itu, menurut Dayat, kerapkali datang  ketik terjadinya pergantian musim. Dilansir dari SuaraRiau.id.

2 dari 4 halaman

Setiap kali memasuki musim penghujan dari kemarau, buaya putih sering muncul ke permukaan.

Begitu pun pergantian musim dari kemarau ke penghujan.

"Mitosnya, buaya putih memberi petunjuk pergantian musim. Namun ia tidak mengganggu," lanjutnya.

Selain buaya putih, Situ Denuh pun ada mitos lainnya yakni, adanya ikan berukuran besar sampai seukuran pintu rumah.

Ikan ini sering memperlihatkan diri bila ada pengunjung atau pencari ikan yang berbicara sembarangan atau dalam bahasa Sunda disebut sompral.
3 dari 4 halaman

Tetapi di luar kisah misteri itu, Situ Denuh ialah danau atau telaga alami yang dikitari perbukitan.

Dari Kota Tasikmalaya, Situ Denuh dapat ditempuh dalam empat jam perjalanan berkendaraan, melalui beberapa kecamatan seperti Kecamatan Kawalu, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cibalong, dan Bantarkalong.

Dari pertigaan Simpang belok kiri arah Desa Darawati. Dari situ, tujuan berikutnya yaitu Kecamatan Culamega sampai sampai ke Desa Cikuya. Selanjutnya sampailah di Kampung Daracana.

4 dari 4 halaman

Cuma saja, jika mengemudikan kendaraan ke destinasi ini mesti berhati-hati. Pasalnya, jalan amat menanjak serta rusak.

Sesudah sampai di lokasi, di SD Denuh, kendaraan dapat dititipkan di area rumah perkampungan warga. Dari situ, diteruskan dengan jalan kaki berjarak lebih kurang 1 km menyusuri pegunungan.

Dayat Hidayat mengungkapkan bahwa Situ Denuh memang tak lepas dari adanya tokoh-tokoh dalam sejarah kebudayaan di Tanah Sunda.

Menurut Dayat, cerita legenda tadi berdasarkan informasi yang Tersebar dari mulut ke mulut warga Daracana.

Situ Denuh dipercaya mempunyai keterkaitan dengan Kerajaan Galuh, sebuah kerajaan besar di Tatar Sunda. Salah satu tokoh yang mendiami daerah di sekitar Situ Denuh ialah Rahiyang Kidul yang mempunyai gelar Batarahiang Karangnunggal atau Batara Karang.

"Makamnya ada di pegunungan dekat situ, makam itu diyakini warga sini sebagai makam Eyang Batara Karang," ungkapnya, Jumat (26/3/2021).

Ditambahkan Dayat, Eyang Batara Karang ialah salah satu putra dari Raja Galuh, Wretikandayun, tokoh pertama yang mendiami daerah ini.

Eyang Batara Karang membangun kerajaan di Sembah Lodong sekitar Situ Denuh.

"Kalau terbentuknya Situ Denuh, di sini tidak ada yang tahu. Tapi kalau berdasarkan cerita orang tua dulu begitu, di kawasan telaga ini ada kerajaan kecil," kata Dayat.

Selain makam yang dianggap keramat, yaitu makam Eyang Batara Karang, lanjut Dayat, di sekitar Situ Denuh juga banyak gua.

Tetapi ada sebagian yang belum terjamah oleh manusia dan dianggap angker.

"Ada gua, ada banyak petilasan. Banyak yang kemping atau memancing, kalau yang mancing di sini hampir tiap hari ada," tutupnya.

Bagaimana, ingin memuaskan keingintahuan tentang telaga asri yang masih angker ini? Silahkan berkunjung ke Tasikmalaya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : yuli-astutik

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya