Negara Kecil yang Kaya Karena Kotoran Burung dan Berakhir Tragis
Penulis : Ronin Alkaf
23 September 2016 15:44
Planet Merdeka - Ada yang tahu sebuah negara terkecil yang terletak di tengah samudera pasifik?. Sebahian orang tidak banyak yang mengenal Nauru, sebuah negara kepulauan yang kecil yang terletak tengah Samudera Pasifik. Jika kita melihat ke peta dunia, negara ini begitu kecil sehingga tak kelihatan di peta.
Negara ini hanya seluas 21 km2. Bila dibandingkan dengan dengan kota Batu, Malang, Jawa Timur..yang kecil, dan seluas lebih dari 200 km2, atau pulau Samosir di tengah Danau Toba yang seluas 640 km2. Negara berpenduduk sekitar 10 ribu jiwa ini adalah negara berbentuk republik dengan luas terkecil di dunia.
Apa istimewanya negara Nauru ini?
Di tahun 60-an hingga 80-an, negara Nauru sempat menjadi negara yang paling makmur di masanya. Pendapatan per kapita penduduk Nauru adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Namun, pelan tapi pasti, Nauru menjadi negara yang bangkrut dan kini miskin, dan berharap banyak dari bantuan pihak luar.
Apa yang terjadi?
Kemakmuran Nauru bermula ketika ditemukan fosfat yang berasal dari 'fosil' kotoran burung pada awal abad ke-20. Fosfat adalah bahan penting dalam industri pupuk. Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang menumpuk selama ribuan tahun lalu. Hal ini dikarenakan dulunya Nauru merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano.
Pulau ini adalah eksportir utama fosfat sejak 1907, saat Pacific Phosphate Company memulai pertambangan di sana, hingga pembentukan British Phosphate Commisision pada 1919, dan berlanjut hingga kemerdekaan Nauru pada 1968. Nauru adalah pulau fosfat berkualitas tinggi. Cadangan yang dekat dengan permukaan membuat penambangan zat ini mudah dilangsungkan. Pertambangan dilakukan secara besar-besaran dibawah kontrol pemerintah melalui Nauru Phosphate Corporation.
Sejak saat itulah, seketika Nauru menjadi negara kecil yang kaya raya daan mengangkat pendapatan rakyatnya secara drastis. Dan untuk periode waktu yang singkat, menikmati pendapatan perkapita tertinggi dibandingkan dengan negara lain di dunia pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.
Namun, bencana besar itu dimulai
Menjadi negara kaya baru membuat warga Nauru banyak meninggalkan pekerjaan mereka, dan memilih berlibur melanglang buana untuk berfoya-foya. Mereka juga mulai gemar mengonsumsi alkohol dan merokok. Negara mensubsidi kehidupan seluruh rakyatnya. Lebih dari 80% angkatan kerja diangkat sebagai pegawai negeri, bahkan mereka yang tidak bekerja pun disubsidi oleh negara. Pajak dihapuskan, pendidikan dan layanan kesehatan tersedia gratis, pangan disubsidi, dan mereka yang ingin sekolah ke luar negeri dibiayai oleh negara. Angkatan kerja menjadi sangat terbatas karena tak ada lagi yang mau bekerja keras yang membuat lelah. Mereka terpaksa mengimpor tenaga kerja dari negara-negara tetangganya seperti Tuvalu atau Kiribati.
Eksplorasi berlebihan kekayaan membuat Nauru terlena. Mereka mengeksplorasi sesuatu yang menjadi satu-satunya sandaran hidup negara itu secara besar-besaran, tanpa memikirkan dan berinvestasi untuk masa depan. Eksploitasi pertambangan Fosfat di kepulauan Nauru pun kini telah berubah menjadi bencana karena daerah-daerah yang telah selesai dieksploitasi mengalami kerusakan parah, dan terjadi kerusakan lingkungannya hingga mencapai 75 persen dari seluruh wilayahnya.
Bekas tambang Fosfat yang menganga lebar, membuat Nauru seperti permukaan bulan yang tandus.
Di sisi lain, saat fosfat benar-benar habis di awal tahun 2000, ekonomi negara langsung anjlok. Kekayaaan negara pun sudah hilang oleh gaya hidup foya-foya penduduknya, sedangkan investasi ke luar negeri yang diupayakan pemerintah tidak membuahkan hasil. Nauru menjadi yang bangkrut, dan jatuh miskin, serta tak memiliki industri sebagai penopang ekonomi. Semuanya sudah habis, satu-satunya bekas nyata tersisa dari era kemakmuran Nauru ialah kegemukan (obesitas) dan penyakit diabetes yang diderita sebagian besar penduduknya. Inilah negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia.
Untuk mengumpulkan uang, pemerintah mengeluarkan kebijakan tidak biasa. Pada tahun 1990-an, Nauru menjadi surga pajak dan pusat praktik pencucian uang. Sejak 2001 hingga 2008, Nauru mendapat bantuan dari pemerintah Australia, sementara Australia mendapat hak untuk mendirikan pusat penahanan bagi orang-orang yang mencoba untuk memasuki Australia tanpa dokumen di Nauru.
Dan itupun belum cukup menyelamatkan mereka.
Sejak Desember 2005 hingga September 2006, Nauru menjadi terisolasi dari dunia luar, karena "Air Nauru" yang sebelumnya menjadi satu-satunya maskapai penerbangan yang melayani penerbangan ke Nauru, memutuskan untuk berhenti beroperasi. Satu-satunya jalan keluar dari Nauru adalah kapal laut. Maskapai penerbangan tersebut akhirnya kembali dapat beroperasi dengan nama "Our Airline" dibawah bantuan dana dari China.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : ronin-alkaf
-
Keren dan Cakep, Masih Bocil Tapi Skillfull Masak Makanan, Besar Bisa Mandiri , Bantu Ayah Bunda Jua
-
Ada Bunyi Aneh Dari Balik Bantal, Saat Dibuka, Astagfirullah...
-
Agak Lain, Bule Ini Bikin Ular Hilang Harga Dirinya, Megang Ular ???? Kayak Nangkap Pokemon, Digigit
-
Kocak, Abang-Abang Thailand Ini Kejepret Mi, The Real Mi Karet
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Pernah Liat Komodo Maem? Ini nih Rusa Gede Sekali Telen Cui
26 Juni 2023 14:58 -
3 Tips Berlibur Hemat Dengan Lengkap
25 Juli 2022 11:49 -
Kisah Miris dari Pelosok Negeri, datang dari Desa Bombang Kabupaten Polewali Mandar
16 September 2021 18:12 -
7 Wisata Baru di Bandung yang Keren dan Populer, Wajib Dikunjungi
16 Agustus 2021 09:34 -
5 Wisata Yogyakarta Kekinian Terbaru, Cocok Untuk Semua Kalangan
9 Juni 2021 11:40
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.