60 Anggota INASAR Jalani Cek Kesehatan Usai Misi Kemanusiaan di Myanmar
Setelah menjalankan misi kemanusiaan di Myanmar, 60 anggota tim INASAR menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh untuk memastikan kondisi kesehatan mereka pasca-tugas di tengah cuaca ekstrem.

Sebanyak 60 anggota tim Indonesia Search and Rescue (INASAR) telah menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh setelah kembali dari misi kemanusiaan di Naypyidaw, Myanmar. Mereka bertugas membantu pencarian dan pertolongan korban gempa bumi. Pemeriksaan kesehatan terpadu ini dilaksanakan di Klinik Pratama Kantor Basarnas Pusat, Jakarta, dengan pendampingan tenaga medis dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Pemeriksaan kesehatan pasca-tugas ini merupakan prosedur standar yang diterapkan INASAR. Hal ini dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan seluruh personel tetap terjaga setelah bertugas di daerah bencana. Sebelum berangkat, seluruh personel juga telah menjalani screening kesehatan untuk memastikan hanya personel yang fit yang diterjunkan ke lokasi bencana. "Pemeriksaan ini bagian dari prosedur standar. Seperti sebelum berangkat, kami juga melakukan screening kesehatan secara menyeluruh untuk memastikan hanya personel yang benar-benar fit yang diterjunkan ke lokasi bencana," jelas Team Leader INASAR Yopi Haryadi.
Pemeriksaan kesehatan pasca-misi ini sangat penting mengingat area terdampak gempa di Myanmar memiliki risiko paparan penyakit, seperti malaria, penyakit kulit, dan gangguan kesehatan lainnya yang umum terjadi di lingkungan darurat. Setiap keluhan personel akan dicatat dan ditindaklanjuti untuk memastikan kesehatan mereka tetap terjaga. "Setiap keluhan personel akan dicatat dan ditindaklanjuti agar kondisi kesehatan tetap terjaga," tambah Yopi.
Tantangan Cuaca Ekstrem di Myanmar
Salah satu tantangan utama yang dihadapi tim INASAR selama bertugas di Myanmar adalah kondisi iklim yang ekstrem. Berbeda dengan misi kemanusiaan di Turki yang menghadapi suhu dingin ekstrem, Myanmar memiliki suhu yang sangat panas, bahkan mencapai 44 derajat Celsius. Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. "Kami sampai tidak menggunakan seragam resmi INASAR saat operasi karena tidak cocok untuk cuaca panas ekstrem di Myanmar. Namun, itu bukan hambatan besar bagi kami," ungkap Yopi Haryadi.
Meskipun menghadapi cuaca yang sangat panas, tim INASAR tetap menjalankan tugasnya dengan profesional. Mereka tetap fokus pada misi kemanusiaan untuk membantu korban gempa bumi di Myanmar. Keuletan dan dedikasi mereka patut diapresiasi.
Suhu ekstrem ini tentu saja menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan para personel. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan pasca-misi ini sangat penting untuk mendeteksi dini potensi masalah kesehatan yang mungkin muncul akibat paparan cuaca ekstrem tersebut.
Misi INASAR di Myanmar
Tim INASAR yang terdiri atas komponen manajemen, operasi pencarian (search), pertolongan (rescue), medis, dan logistik dari Basarnas, bekerja selama lebih dari seminggu bersama otoritas SAR pemerintah Myanmar dan delegasi SAR internasional lainnya, seperti Urban SAR Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Selama misi tersebut, INASAR berhasil menemukan dan mengevakuasi lima korban meninggal dunia dari reruntuhan bangunan di Thukha Theiddhi Ward, Naypyidaw. Keberhasilan ini menunjukkan profesionalisme dan dedikasi tinggi tim INASAR dalam menjalankan tugas kemanusiaan.
Kerja sama internasional dalam operasi SAR ini juga sangat penting untuk memastikan efektivitas dan efisiensi dalam membantu korban bencana. Dukungan dari berbagai negara menunjukkan solidaritas global dalam menghadapi bencana alam.
Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, diharapkan seluruh anggota INASAR dapat kembali bertugas dengan kondisi kesehatan yang prima. Pengalaman berharga dari misi kemanusiaan di Myanmar ini tentu akan menjadi bekal berharga bagi tim INASAR dalam menghadapi misi kemanusiaan di masa mendatang.