Benih Berkualitas: Kunci Utama Swasembada Pangan Indonesia?
Pakar pertanian Unsoed, Prof. Totok Agung Dwi Haryanto, menekankan pentingnya ketersediaan benih berkualitas sebagai kunci utama pencapaian swasembada pangan di Indonesia, mengingat potensi peningkatan hasil panen yang signifikan.

Purwokerto, Jawa Tengah, 20 Februari 2024 (ANTARA) - Ketersediaan benih berkualitas menjadi sorotan utama dalam upaya Indonesia mencapai swasembada pangan. Prof. Totok Agung Dwi Haryanto, pakar pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, menyatakan bahwa benih berkualitas merupakan kunci awal keberhasilan program tersebut. Pernyataan ini disampaikannya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis lalu. Ia menjelaskan bahwa peningkatan produktivitas pertanian, khususnya padi, jagung, dan komoditas pangan lainnya, sangat bergantung pada kualitas benih yang digunakan.
Menurut Prof. Totok, fokus utama seharusnya diarahkan pada penyediaan benih yang memadai dan berkualitas tinggi. Benih unggul dari varietas unggul akan menjadi faktor penentu keberhasilan dalam mencapai target swasembada pangan nasional. "Sebenarnya pencapaian swasembada melalui ekstensifikasi atau perluasan area tanaman pangan, kunci awalnya ada pada benih," tegasnya. Ia menambahkan bahwa hasil panen padi yang baru-baru ini dilaporkan mencapai tiga ton per hektare masih belum maksimal dan masih dapat ditingkatkan dengan penggunaan benih berkualitas.
Beliau juga menyoroti pentingnya strategi untuk memastikan ketersediaan benih yang cukup. Sebagai contoh, untuk lahan sawah seluas satu juta hektare yang baru dibuka, dibutuhkan benih sebanyak 25 juta kilogram, dengan asumsi kebutuhan benih 25 kilogram per hektare. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, petani akan terpaksa menggunakan benih yang kualitasnya tidak terjamin, sehingga berdampak pada hasil panen. "Ini fokus kepada benih memang perlu diperhatikan lebih dalam," katanya menekankan.
Ketersediaan Benih dan Dukungan Pemerintah
Selain ketersediaan benih, Prof. Totok juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah melalui subsidi. Subsidi yang tepat sasaran akan membantu petani dalam memperoleh benih, pupuk, dan obat-obatan dengan harga terjangkau. Hal ini akan berdampak positif, tidak hanya pada lahan baru, tetapi juga pada lahan konvensional yang sudah ada. "Kalau ini bisa dipegang juga, maka bukan hanya di lahan-lahan yang baru dibuka, tapi di lahan-lahan konvensional yang ada di Jawa, yang sudah dikenal subur itu intensifikasi lebih bisa dimaksimalkan, hasilnya bisa lebih banyak," jelasnya. Ia mencontohkan potensi peningkatan indeks tanam dari 1,5 menjadi 1,75.
Lebih lanjut, beliau juga menyoroti pentingnya peran Bulog dalam menyerap hasil panen petani dengan harga yang sesuai, yaitu Rp6.500 per kilogram untuk gabah kering panen. Penyerapan yang tepat waktu akan menjamin kesejahteraan petani. "Kalau waktunya tidak tepat, petani terlanjur menjual ke pasar, saya meyakini tidak akan mencapai harga Rp6.500 per kilogram," ujarnya. Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk TNI, dianggap penting untuk mengoptimalkan penyerapan gabah tersebut.
Prof. Totok juga menambahkan bahwa peningkatan kualitas benih tidak hanya berdampak pada peningkatan hasil panen, tetapi juga pada peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian, swasembada pangan tidak hanya dilihat dari segi kuantitas, tetapi juga dari segi kesejahteraan petani. Ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian serius terhadap hal ini.
Kesimpulan
Swasembada pangan merupakan tujuan yang sangat penting bagi Indonesia. Ketersediaan benih berkualitas tinggi, didukung oleh kebijakan pemerintah yang tepat, seperti subsidi dan penyerapan hasil panen yang efektif oleh Bulog, merupakan kunci utama untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani Indonesia.