BRIN Ungkap Tantangan Revitalisasi Gambang Rancag Betawi
Peneliti BRIN temukan tantangan besar dalam menghidupkan kembali kesenian Gambang Rancag Betawi, tradisi Betawi yang hampir punah, terutama kesulitan generasi muda berpantun spontan dan perubahan metode pewarisan tradisi.
![BRIN Ungkap Tantangan Revitalisasi Gambang Rancag Betawi](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000137.756-brin-ungkap-tantangan-revitalisasi-gambang-rancag-betawi-1.jpeg)
Jakarta, 10 Februari 2024 - Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sastri Sunarti, baru-baru ini mengungkapkan tantangan besar dalam upaya revitalisasi kesenian Gambang Rancag Betawi. Dalam seminar internasional 'Pantun Nusantara: Strategi Kultural Merawat Warisan di Era Digital', Sastri menyoroti keterancaman tradisi ini yang nyaris punah.
Gambang Rancag Betawi: Antara Musik dan Pantun Naratif
Gambang Rancag Betawi merupakan kesenian unik yang memadukan musik dan pantun naratif. "Rancag," kata Sastri, "adalah istilah Melayu Betawi untuk pantun, namun bersifat naratif karena berisikan cerita-cerita." Kesenian ini pernah mencapai puncak kejayaannya pada era Gubernur Ali Sadikin (1966-1977), sering ditampilkan dalam berbagai acara. Namun, kini kondisinya memprihatinkan.
Satu-satunya Kelompok yang Tersisa
Hasil penelitian BRIN menunjukkan fakta mengejutkan: hanya satu kelompok, Jali Putra (pewaris Jali Jalut, maestro Gambang Rancag), yang masih aktif melestarikan tradisi ini. "Tradisi ini bisa dikatakan hampir punah. Hanya tersisa satu grup yang bertahan," ungkap Sastri. Kondisi ini menjadi alarm bagi upaya pelestarian budaya Betawi.
Tantangan Revitalisasi: Generasi Muda dan Metode Pewarisan
Berbagai upaya revitalisasi telah dilakukan, termasuk pelatihan oleh Badan Bahasa dan UPT Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Namun, hasilnya belum optimal. Salah satu kendala utama adalah kesulitan generasi muda dalam berpantun secara spontan. "Berpantun itu harus ada pasangan. Gambang Rancag juga dimainkan dua orang yang saling berbalas pantun," jelas Sastri. Selain itu, metode pewarisan tradisi juga berubah. Dahulu, para perancag belajar intensif dari pendahulunya, kini cenderung mengandalkan teks tertulis. Sastri mencontohkan, "Dulu Jali Jalut dengan Samad tidak pernah menuliskan pantun. Mereka melakukan dialog intensif, musik dan irama menjadi alat bantu mengingat rancag yang tepat."
Harapan untuk Masa Depan
Gambang Rancag Betawi, dengan pengaruh budaya Tionghoa kuno, memiliki nilai budaya yang tinggi. Sastri berharap revitalisasi dapat dilakukan dengan pendekatan tepat agar tradisi lisan ini kembali hidup dan berkembang di tengah masyarakat Betawi. Upaya pelestarian membutuhkan strategi yang komprehensif, memperhatikan tantangan yang ada, dan melibatkan generasi muda secara aktif.
Kesimpulan
Revitalisasi Gambang Rancag Betawi menghadapi tantangan serius. Minimnya kelompok yang masih aktif, kesulitan generasi muda berpantun spontan, dan perubahan metode pewarisan tradisi menjadi hambatan utama. Penelitian BRIN menyoroti pentingnya pendekatan yang tepat dan komprehensif untuk melestarikan warisan budaya Betawi ini agar tidak benar-benar hilang.