Iptek: Tantangan Utama Pengembangan UMKM Indonesia, Akui Wamen
Wakil Menteri UMKM mengakui keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hambatan utama kemajuan UMKM Indonesia, membutuhkan kolaborasi untuk mencari solusi.

Wakil Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMKM), Helvi Yuni Moraza, mengakui bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) masih menjadi tantangan besar dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Pernyataan ini disampaikannya pada kegiatan Entrepreneur Hub Terpadu di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Rabu (14/5).
Menurut Wamen Helvi, tantangan ini bukan hanya tanggung jawab Kementerian UMKM semata, melainkan membutuhkan kolaborasi aktif dari berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Ia menekankan pentingnya solusi bersama untuk mengatasi kendala Iptek yang menghambat pertumbuhan UMKM.
Meskipun Kementerian UMKM telah berkolaborasi dengan berbagai bank, terutama Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), untuk pemodalan dan juga telah berupaya memperluas pasar UMKM hingga ke luar negeri melalui berbagai platform belanja daring, akses dan pemanfaatan Iptek oleh para pelaku UMKM masih menjadi kendala utama yang perlu diatasi.
Tantangan Iptek di Sektor UMKM
Wamen Helvi menuturkan, "Tantangan kami di Kementerian UMKM ialah iptek." Ia menegaskan perlunya komitmen dan konsistensi dari semua pihak untuk mengatasi permasalahan ini. Pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku UMKM sendiri harus bahu-membahu dalam mengembangkan solusi yang tepat dan berkelanjutan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan lebih dari 600 ribu pelaku UMKM tumbuh dan berkembang di Sumatera Barat, berkontribusi hingga 98 persen terhadap struktur ekonomi daerah. Potensi ini menjadi bukti kekuatan ekonomi berbasis rakyat di daerah tersebut, namun juga menyoroti pentingnya dukungan Iptek agar UMKM di Sumbar dapat berkembang lebih pesat.
Wamen UMKM mengajak perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam membantu pemerintah mencari solusi terbaik agar UMKM dapat naik kelas dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku UMKM menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi tantangan Iptek ini.
Kendala Akses dan Pemanfaatan Teknologi
Ratna, seorang pelaku UMKM asal Bukittinggi, menjadi contoh nyata dari kendala akses dan pemanfaatan teknologi di kalangan UMKM. Ia mengaku belum mampu memanfaatkan teknologi secara maksimal dalam memasarkan produknya. Keterbatasan kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi menjadi hambatan utama bagi Ratna dalam mempromosikan hasil kerajinannya secara daring.
Ratna mengungkapkan, "Sesekali saya menggunakan marketplace untuk menjual barang dagangan, itupun kalau dibantu anak saya yang cukup paham dengan teknologi." Pengakuan ini menunjukkan betapa pentingnya pelatihan dan pendampingan dalam hal pemanfaatan teknologi bagi para pelaku UMKM.
Minimnya literasi digital dan akses terhadap teknologi informasi menjadi tantangan yang harus diatasi. Program pelatihan dan pendampingan yang terstruktur dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan para pelaku UMKM dalam memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan usahanya. Hal ini akan membantu UMKM untuk dapat bersaing di pasar global dan meningkatkan daya saing produk mereka.
Kesimpulannya, pengembangan UMKM di Indonesia tidak hanya bergantung pada pemodalan dan perluasan pasar, tetapi juga sangat bergantung pada peningkatan akses dan pemanfaatan Iptek. Kolaborasi dan komitmen dari semua pihak sangat krusial untuk mengatasi tantangan ini dan mendorong pertumbuhan UMKM yang lebih berkelanjutan dan inklusif.