Kelola Rammang-Rammang dengan Pendekatan ESG: Jaga Keseimbangan Konservasi dan Pariwisata
Peneliti Unhas tekankan pentingnya pengelolaan Karst Rammang-Rammang di Maros, Sulawesi Selatan, dengan pendekatan ESG untuk menyeimbangkan konservasi dan pembangunan berkelanjutan.

Kawasan Karst Rammang-Rammang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, tengah menjadi sorotan. Peneliti dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr. Sawedi Muhammad, menekankan perlunya pengelolaan kawasan ini dengan pendekatan Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk memastikan pembangunan berkelanjutan. Hal ini disampaikan dalam keterangannya di Makassar pada Kamis, 15 Mei 2024, menyusul meningkatnya arus pariwisata dan pembangunan di kawasan tersebut.
Rammang-Rammang, yang terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, merupakan ikon pariwisata Sulawesi Selatan. Kawasan ini terkenal dengan keindahan gugusan pegunungan karstnya yang megah, bahkan disebut-sebut sebagai yang terbesar di dunia setelah Chilind di China dan Tsingy di Madagaskar. Namun, keindahan alam ini perlu dijaga agar tetap lestari di tengah perkembangan pariwisata.
Tantangan utama pengelolaan Rammang-Rammang adalah menyeimbangkan antara upaya konservasi lingkungan, partisipasi aktif masyarakat lokal, dan keberlanjutan ekonomi. Dr. Sawedi menjelaskan bahwa pendekatan ESG dapat menjadi kerangka kerja strategis untuk mencapai keseimbangan ini. Hal ini membutuhkan kolaborasi dan adaptasi yang dinamis dari berbagai pihak yang terlibat.
Pendekatan ESG untuk Rammang-Rammang
Menurut Dr. Sawedi, penerapan prinsip ESG dalam pengelolaan Rammang-Rammang sangat krusial. Prinsip ini mencakup tiga aspek utama: Environmental (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (tata kelola). Aspek lingkungan menekankan pada pelestarian keanekaragaman hayati dan keindahan alam Rammang-Rammang. Aspek sosial memperhatikan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat lokal. Sementara aspek tata kelola memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan kawasan.
Lebih lanjut, Dr. Sawedi menjelaskan bahwa forum diskusi atau Focus Group Discussion (FGD) yang bertema "Navigasi Keberlanjutan dan Tantangan ESG di Kawasan Rammang-Rammang: Keseimbangan Partisipasi Masyarakat Lokal dan Konservasi Karst" bertujuan untuk menggali pandangan strategis dari berbagai pemangku kepentingan. FGD ini diharapkan dapat memperkuat tata kelola kawasan berbasis partisipasi dan keberlanjutan.
Bupati Maros, H.A.S. Chaidir Syam, juga menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif kolaboratif antara Unhas dan pemerintah daerah. Ia menekankan pentingnya peran akademisi dalam menjaga kelestarian Rammang-Rammang dan meningkatkan nilai sosial ekonomi masyarakat sekitar. "Melalui diskusi bersama masyarakat, kami berharap ada inovasi yang bisa kita gagas untuk menjaga dan melestarikan kawasan Karst Rammang-Rammang," katanya.
Nilai Arkeologis, Kultural, dan Biodiversitas Rammang-Rammang
Kawasan Rammang-Rammang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memiliki nilai arkeologis, kultural, dan biodiversitas yang tinggi. Keberadaan situs-situs sejarah dan budaya di kawasan ini perlu dijaga dan dilestarikan. Begitu pula dengan keanekaragaman hayati yang perlu dikaji dan dilindungi.
Pendekatan ESG diharapkan dapat mengintegrasikan aspek-aspek tersebut dalam pengelolaan kawasan. Dengan demikian, pembangunan pariwisata di Rammang-Rammang dapat berjalan beriringan dengan upaya konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Meskipun telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia, tantangan tetap ada. Penting untuk memastikan bahwa pembangunan pariwisata tidak merusak kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, kolaborasi dan komitmen dari berbagai pihak sangatlah penting untuk mencapai pengelolaan Rammang-Rammang yang berkelanjutan.
Kesimpulannya, pengelolaan Rammang-Rammang membutuhkan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan. Pendekatan ESG menjadi kunci untuk menyeimbangkan kepentingan konservasi, pembangunan ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat lokal sangat penting untuk memastikan keberhasilan pengelolaan kawasan ini untuk generasi mendatang.